Pembahasan Berkaitan dengan Keterampilan Pemecahan Masalah

baik yang diperintahkan maupun belum. memungkinkan siswa untuk mengerjakannya baik diperintah maupun belum, hal ini diikuti dengan umpan balik pemberian reward nilai. 5. Berusaha untuk mencari informasi dari berbagai sumber. Soal-soal yang ada di buku siswa memungkinkan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.

4.2.2 Pembahasan Berkaitan dengan Keterampilan Pemecahan Masalah

Aspek Psikomotorik Penilaian keterampilan pemecahan masalah tidak hanya didasarkan pada hasil akhir pemecahan masalah melainkan diamati dari proses siswa dalam memecahkan masalah. Wawancara juga dilakukan untuk memadukan hasil pengamatan. Hasil pengamatan dan wawancara mengenai keterampilan pemecahan masalah menunjukkan bahwa secara umum kelima subjek penelitian mengalami peningkatan dalam keterampilan pemecahan masalah. Besarnya peningkatan tersebut dilihat berdasakan gain skor keterampilan pemecahan masalah dari kelima subjek penelitian. Secara umum, keterampilan pemecahan masalah S1 selalu meningkat. Meskipun pada pertemuan II ke pertemuan III hanya meningkat sangat sedikit. Jika keterampilan pemecahan masalah S1 pada pertemuan V dibandingkan dengan pertemuan I maka terlihat jauh perubahannya. Subjek penelitian 2 atau S2 mengalami perubahan yang lumayan tinggi. Hanya pada pertemuan I dan II saja perubahan yang ditunjukkan kecil. Dan jika dibandingkan dengan pertemuan I, keterampilan pemecahan S2 meningkat tinggi pada pertemuan V. Untuk S3 sendiri, peningkatan keterampilan pemecahan masalah yang dihasilkan cukup memuaskan dibanding S1 dan S2. Sebab pada pertemuan III ke pertemuan IV, S3 menunjukkan peningkatan yang tinggi. Hampir sama dengan S3, peningkatan keterampilan pemecahan masalah S4 tinggi pada pertemuan I ke pertemuan II. Namun pada pertemuan IV dan V, S4 tidak memberikan perubahan secara umum. Sedangkan S5 merupakan subjek yang perlu diberikan scaffolding yang cukup intensif, sebab hasil pekerjaan S5 pada pertemuan I kurang memuaskan dibanding keempat subjek penelitian yang lain. Meskipun sudah diberikan scaffolding, ternyata pada pertemuan II tidak memberikan perubahan secara umum. Baru pada pertemuan III dengan dorongan yang lebih, keterampilan S5 meningkat tinggi. Namun pertemuan selanjutnya turun lagi meskipun masih lebih baik dibandingkan dengan pertemuan I dan II. Dan pada pertemuan terakhir, keterampilan pemecahan masalah S5 meningkat cukup tinggi lagi. Berikut perubahan gain ketrampilan pemecahan masalah dari kelima subjek penelitian. -1,5 -1 -0,5 0,5 1 1,5 Gain I Gain II Gain III Gain IV Gain V Grafik Perubahan Gain Ketrampilan Pemecahan Masalah S1 S2 S3 S4 S5 Hasil temuan diatas, menunjukkan bahwa model pembelajaran Superitem dapat mendukung terbentuknya keterampilan pemecahan masalah siswa. Hal ini dikarenakan model pembelajaran superitem yang diterapkan dalam penelitian ini menyajikan bentuk soal yang meningkat sesuai dengan tingkatan pada taksonomi Solo siswa. Dengan soal yang disusun berdasarkan taksonomi solo memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami persoalan secara bertahap sesuai dengan kesiapannya. Selain itu guru juga dapat memberikan bantuan atau scaffolding yang tepat kepada siswa berdasarkan respon dari siswa. Menurut Vigotsky Suryadi, 2005: 34 proses peningkatan pada diri siswa terjadi sebagai akibat dari adanya pembelajaran, diskusi yang dilakukan antara guru dan siswa dalam pembelajaran mengilustrasikan interaksi sosial mampu memberikan kesempatan siswa untuk mengoptimalkan proses belajarnya. Proses ini mampu menjembatani siswa pada tahap yang lebih tinggi sesuai dengan yang diutarakan oleh Vigotsky yang disebut sebagai Zone of Proximal development ZPD. Hal ini pula yang mendasari terbentuknya keterampilan pemecahan masalah siswa melaui model pembelajaran Superitem berbantuan scaffolding. Model pembelajaran Superitem sebenarnya memang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Penerapan model pembelajaran Superitem berbantuan scaffolding dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat meningkatkan keterampilannya dalam memecahkan masalah. Berikut ini merupakan keterkatian antara penerapan model pembelajaran Superitem berbantuan Scaffolding dengan pembentukan keterampilan pemecahan masalah. Tabel 4.9 Keterkaitan Penerapan Model Pembelajaran Superitem Berbantuan Scaffolding dengan Keterampilan Pemecahan Masalah No Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah Kekuatan Penerapan Model Pembelajaran Superitem Berbantuan Scaffolding 1. Menunjukkan pemahaman masalah. Siswa dibiasakan mengerjakan soal dengan menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan. 2. Memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah. Soal superitem berdasarkan taksonomi solo merupakan soal dengan tahap yang semakin meningkat, dengan demikian siswa ditantang untuk dapat memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah. 3. Menyajikan masalah matematika dalam berbagai bentuk. Soal-soal yang disusun dalam buku siswa lebih banyak soal cerita yang dalam penyelesaiannya membutuhkan sketsa atau gambar. 4. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat Bentuk soal superitem yang terdiri dari empat tahap taksonomi solo memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih terampil memilih metode pemecahan masalah yang tepat. Siswa juga dapat menganalogikan permasalahan yang dihadapi dengan persoalan yang lain. 5. Mengembangkan strategi pemecahan masalah Dalam memecahkan masalah, siswa diberikan kebebasan dalam menjalankan strategi yang dipilihnya. Siswa juga dibiasakan menuliskan langkah-langkah penyelesaian dengan jelas. 6. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah Soal-soal yang dituangkan dalam buku siswa lebih banyak soal cerita yang membutuhkan pemisalan atau model matematika agar lebih praktis dalam menyelesaikannya. 7 Menyelesaikan masalah yang tidak rutin Selain diberikan soal superitem, siswa juga diberikan soal ilustrasi, analogi konsep, tugas, dan latihan mandiri sehingga siswa semakin sering berlatih mengerjakan soal agar terampil mengerjakan soal yang tidak rutin.

4.2.3 Pembahasan Berkaitan dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Aspek

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

KOMPARASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X MATERI TRIGONOMETRI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN MMP DAN PAIRS CHECK

0 10 423

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TAPPS BERBANTUAN KARTU PERMASALAHAN KELAS VII PADA MATERI SEGIEMPAT

3 95 456

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

1 22 376

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM POSING BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI SEGITIGA KELAS VII

3 35 466

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL SCAFFOLDING FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROBING PROMPTING BERBANTUAN MATERI BARISAN

23 182 303

PENGEMBANGAN KARAKTER KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL LAPS HEURISTIK MATERI LINGKARAN KELAS VIII

11 81 302

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SUPERITEM DENGAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 4 PURWOKERTO

1 0 17