Pembahasan Berkaitan dengan Karakter Rasa Ingin Tahu Aspek

4.2.1 Pembahasan Berkaitan dengan Karakter Rasa Ingin Tahu Aspek

Afektif Hasil pengamatan dan wawancara terhadap kelima subjek penelitian menunjukkan bahwa masing-masing memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Peneliti mengamati sikap dan perilaku yang mewakili masing-masing indikator karakter rasa ingin tahu yang ditunjukkan oleh masing-masing subjek. Pada pertemuan pertama S1 belum terbiasa menggali karakter rasa ingin tahunya seperti membaca atau mendiskusikan tentang hal-hal baru. Setelah diberikan dorongan, pada pertemuan selanjutnya S1 menunjukkan perubahan. Meskipun perubahan yang ditunjukkan tidak begitu signifikan namun perubahan yang diberikan bersifat meningkat. Dan pada pertemuan terakhir S1, perubahan S1 jauh meningkat jika dibandingkan dengan pertemuan pertama. S1 merupakan siswa yang termasuk dalam kelompok atas, sehingga tidak begitu banyak scaffolding yang diberikan untuknya. Hampir sama dengan S1, subjek penelitian 2 atau S2 juga termasuk siswa yang mudah diatur. Scaffolding yang diberikan untuk S2 tidak begitu intensif karena S2 mampu mengimbangi dengan melakukan perubahan pada dirinya sendiri. Pada pertemuan II, perubahan yang dilakukan S2 cukup banyak namun pada pertemuan III dan IV secara umum tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Dan pada pertemuan terakhir, S2 lebih antusias meningkatkan karakter rasa ingin tahunya, sehingga menunjukkan perubahan yang meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan kelima. Untuk subjek penelitian 3 atau S3, perubahan yang dilakukan berubah-ubah. Kadang S3 menunjukkan perubahan yang cukup tinggi, namun terkadang biasa saja. Meskipun demikian, perubahan yang dilakukan S3 selalu meningkat dari pertemuan pertama sampai pertemuan kelima. Sama halnya dengan S3, subjek penelitian 5 atau S5 juga menunjukkan perubahan yang berubah-ubah. Namun bedanya, S5 cenderung kurang terbiasa menanamkan karakter rasa ingin tahu ketimbang S3. Sehingga S5 perlu diberikan scaffolding yang sangat intensif agar dapat meningkatkan karakter rasa ingin tahunya. Meskipun demikian, perubahan yang dilakukan S5 bersifat meningkat dari hari-kehari. Sedangkan subjek penelitian 4 atau S4, juga menunjukkan perubahan yang meningkat secara umum. Namun pada pertemuan IV, karakter rasa ingin tahu S4 mengalami penurunan dari pertemuan III. Dan jika dibandingkan dengan pertemuan I, S5 telah mengalami perubahan yang cukup signifikan pada pertemuan terakhir. Berikut adalah grafik perubahan gain pada kelima subjek penelitian. Dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap kelima subjek penelitian, secara umum kelima subjek penelitian memberikan perubahan yang baik yaitu -0,2 -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 Gain I Gain II Gain III Gain IV Gain V Grafik Perubahan Gain Karakter Rasa Ingin Tahu S1 S2 S3 S4 S5 dengan meningkatnya karakter rasa ingin tahu dari pertemuan pertama hingga pertemuan kelima yang ditunjukkan dengan skor gain. Meskipun dari kelima subjek penelitian hanya subjek 1 saja yang mendapatkan kriteria tinggi, namun keempat subjek penelitian yang lain sudah memberikan peningkatan karakter rasa ingin tahu dengan kriteria sedang. Pada dasarnya S1 memang berbeda dengan subjek penelitian yang lain karena berada pada peringkat pertama dalam tes pendahuluan. Temuan ini dapat dimaknai bahwa bagi siswa dengan kemampuan tinggi lebih mudah meningkatkan karakter rasa ingin tahunya daripada siswa dengan kemampuan yang lebih rendah. Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran superitem, S1 tergolong siswa yang mampu menyelesaikan soal-soal dalam tahap extrended abstract. Sejalan dengan penelitian Lim Hooi Lian dan Wum Thiam bahwa siswa yang berada pada tahap relasional dan extrended abstrak berkemampuan tinggi mampu mengkoordinasikan semua informasi yang diberikan. Informasi yang dimaksud dalam penelitian ini dikaitkan dengan scaffolding yang diberikan oleh guru sebagai fasilitator bagi siswa untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahunya. Dengan demikian pembentukan karakter rasa ingin tahu aspek afektif siswa dapat dilakukan melalui model pembelajaran Superitem berbantuan scaffolding. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan model Superitem berbantuan scaffolding dapat membentuk karakter rasa ingin tahu kelima subjek penelitian. Hal itu ditunjukkan dengan perubahan sikap dan tingkah laku serta kebiasaan kelima subjek penelitian yang semakin meningkat dari setiap pertemuan. Model pembelajaran Superitem berbantuan scaffolding yang diterapkan memiliki proses- proses yang memungkinkan siswa merubah perilaku dan sikapnya sehingga mencerminkan karakter rasa ingin tahu. Berikut ini merupakan keterkatian antara penerapan model pembelajaran Superitem berbantuan scaffolding dengan perubahan perilaku siswa untuk indikator yang mewakili karakter rasa ingin tahu. Tabel 4.12 Keterkaitan Penerapan Model Pembelajaran Superitem Berbantuan Scaffolding dengan Karakter Rasa Ingin Tahu No Indikator Karakter Rasa Ingin Tahu Kekuatan Penerapan Model Pembelajaran Superitem Berbantuan Scaffolding 1. Memperhatikan penjelasan guru dan mendengarkan penjelasan teman di kelas Soal-soal yang diberikan kepada siswa membutuhkan konfirmasi dari guru, sehingga siswa dapat mencari tahu dengan memperhatikan konfirmasi yang diberikan oleh guru. Pada fase pemberian soal superitem berdasarkan taksonomi solo, siswa dipersilahkan mempresentasikan hasil pekerjaannya kemudian siswa yang lain diberikan kesempatan untuk memperhatikan dan memberikan komenter atas jawaban tersebut. 2. Bertanya kepada guru atau teman. Pembelajaran dengan model Superitem berbantuan scaffolding dituangkan dalam buku siswa yang berisi materi yang dapat ditanyakan kapanpun dan dimanapun oleh siswa. Model Superitem dilengkapi dengan tugas terstruktur untuk setiap pertemun, salah satu tugasnya adalah mencatat materi apa yang tidak diketahui untuk didiskusikan pada pertemuan selanjutnya. Fase ilustrasi konsep dan analogi menyajikan soal ilustrasi pada buku siswa sebelum membahas materi sehingga memungkinkan siswa untuk bertanya-tanya pemecahan masalahnya. 3. Membaca dan mendiskusikan sesuatu. Model Superitem yang dituangkan dalam buku siswa dilengkapi dengan bacaan tentang manfaat atau kegunaan materi yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari. 4. Mengerjakan soal, Soal-soal yang dituangkan dalam buku siswa baik yang diperintahkan maupun belum. memungkinkan siswa untuk mengerjakannya baik diperintah maupun belum, hal ini diikuti dengan umpan balik pemberian reward nilai. 5. Berusaha untuk mencari informasi dari berbagai sumber. Soal-soal yang ada di buku siswa memungkinkan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.

4.2.2 Pembahasan Berkaitan dengan Keterampilan Pemecahan Masalah

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

KOMPARASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X MATERI TRIGONOMETRI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN MMP DAN PAIRS CHECK

0 10 423

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TAPPS BERBANTUAN KARTU PERMASALAHAN KELAS VII PADA MATERI SEGIEMPAT

3 95 456

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

1 22 376

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM POSING BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI SEGITIGA KELAS VII

3 35 466

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL SCAFFOLDING FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROBING PROMPTING BERBANTUAN MATERI BARISAN

23 182 303

PENGEMBANGAN KARAKTER KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL LAPS HEURISTIK MATERI LINGKARAN KELAS VIII

11 81 302

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SUPERITEM DENGAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 4 PURWOKERTO

1 0 17