Karakter Rasa Ingin Tahu Subjek 5

Lembar pengamatan karakter rasa ingin tahu untuk subjek 4 dapat dilihat pada lampiran 43. Berikut adalah skor yang diperoleh subjek 4 untuk karakter rasa ingin tahu dari pertemuan I-V. Tabel 4.4 Perolehan Skor Afektif Karakter Rasa Ingin Tahu Subjek 4 Pertemuan I II III IV V Skor Total 23 37 43 41 46 Gain perpertemuan 0,37 0,26 -0,11 0,26 Kriteria Sedang Rendah Rendah Rendah Gain P.I ke P.V 0,62 Kriteria Sedang

4.1.2.5 Karakter Rasa Ingin Tahu Subjek 5

Subjek 5 merupakan siswa yang tergolong kelas bawah, sehingga dalam penelitian ini S5 perlu diberikan scaffolding yang lebih intensif daripada keempat subjek yang lain. Terkait rasa ingin tahunya dalam memperhatikan penjelasan guru di kelas, S5 baru menunjukkan perhatian penuhnya pada pertemuan IV dan V. Untuk pertemuan I dan II, S5 terlihat kurang antusias dan masih sering bergurau dengan temannya di belakang. Sedangkan pada pertemuan III, S5 sedikit berubah dengan lebih memperhatikan penjelasan guru dan mengurangi bergurau dengan temannya. Ketika temannya sedang presentasi di depan kelas, S5 sering terlihat tidak mendengarkan. S5 malah asik bercerita sendiri dengan temannya meskipun sesekali mendengarkan. S5 baru menunjukkan sikap antusias mendengarkan penjelasan teman pada pertemuan V. S5 termasuk siswa yang hiperaktif dan mudah bergaul. Sehingga dia tidak malu-malu bertanya kepada guru ataupun teman. Apabila ada materi yang belum ia mengerti, secara spontan S5 mengajukan pertanyaan. Namun pada pertemuan pertama S5 masih terlihat malu-malu. Pada pertemuan pertama, S5 juga tidak membaca tentang hal-hal yang baru. Setelah diberikan dorongan, S5 baru mau membaca tentang sesuatu yang baru. Pada pertemuan III, IV, dan V, S5 membaca lebih sering meskipun tidak terlalu antusias. Meskipun S5 mudah bergaul dan cenderung banyak cerita dengan temannya, namun S5 jarang mendiskusikan hal-hal baru terutama yang bersifat pengetahuan umum. Pada peretemuan I dan II, S5 tidak mendiskusikannya sama sekali. Hal ini dikuatkan dengan pengakuan S5 saat ditanya, berikut petikan percakapan tersebut. P : Apa yang kamu bicarakan dengan temanmu? S5 : Tidak ada bu. Hanya bercanda sedikit bu. Wawancara tanggal 13 Mei 2013 Selain buku yang digunakan guru dikelas, S5 hampir tidak pernah membaca buku selain itu. Pada pertemuan III, IV dan V, S5 baru mencoba membaca buku selain yang digunakan guru di kelas. Itupun setelah diberikan dorongan dan terlihat kurang antusias. Pada pertemuan I, S5 tidak mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran diluar jam pelajaran. Pada pertemuan I, S5 terlihat sangat cuek dengan pelajaran. Kemudian setelah diberikan scaffolding, pada pertemuan II baru mengajukan pertanyaan meskipun masih terlihat kurang antusias. Untuk pertemuan III, S5 menunjukkan peningkatan dengan mengajukan pertanyaan kepada guru pada jam istirahat. Namun, pertemuan berikutnya S5 terlihat biasa saja dalam mengajukan pertanyaan yang belum ia mengerti. Dan pertemuan terakhir, S5 terlihat antusias lagi mengajukan pertanyaan. Meskipun pertanyaan yang diajukan kurang berbobot, tetapi sering diajukan secara spontan baik kepada guru maupun teman. Untuk materi pelajaran yang belum dibahas di kelas, S5 juga jarang menanyakannya. Pada pertemuan I, S5 tidak mengajukan pertanyaan sama sekali. Melalui tugas terstruktur yang diberikan selama 5 kali pertemuan yaitu menyusun pertanyaan yang akan diajukan dalam kelas, S5 baru menulis pada pertemuan II. Pada pertemuan III tidak menunjukkan perubahan dari pertemuan sebelumnya. Untuk pertemuan IV dan V, S5 lebih spontan dalam mengajukan pertanyaan yang belum dibahas di kelas meskipun tidak sering. Selama 5 kali pertemuan, S5 selalu mengerjakan soal yang diberikan guru. Namun pada pertemuan I dan II, pekerjaan S5 tidak tuntas dan bukan hasil pemikiran sendiri. Hal ini terbukti ketika peneliti masuk kelas, terlihat S5 sedang menyalin pekerjaan teman. Setelah S5 diberikan scaffolding, pada pertemuan III dan IV mengerjakan soal yang diberikan dengan hasil pemikiran sendiri meskipun belum tuntas. Hal ini juga diakui oleh S5 sendiri saat ditanya. P : Apakah kamu sudah mengerjakan soal yang kemarin? S5 : Sudah bu. P : Mengapa belum selesai? S5 : Saya masih bingung caranya bu. P : Apakah kamu mengerjakan sendiri? S5 : Iya bu. P : Yakin? S5 : Iya bu, saya mengerjakan sendiri. Wawancara tanggal 20 Mei 2013 Pada pertemuan I dan II, S5 tidak mengerjakan soal-soal yang belum diperintahkan oleh guru. Setelah diingatkan untuk sering berlatih soal-soal yang ada dibuku meskipun belum ditugaskan oleh guru, S5 baru mengerjakan pada pertemuan III. Meskipun pekerjaannya tidak tuntas dan masih asal mengerjakan karena bukan hasil pemikirannya. Pada pertemuan IV, pekerjaan S5 lebih baik dan merupakan hasil pemikiran sendiri meskipun kurang tuntas. Namun pada pertemuan V, S5 kembali mengerjakan soal dengan asal-asalan. Karena S5 merupakan siswa yang kurang peduli dengan pelajaran, pada pertemuan I dan II dia terlihat kurang menikmati saat mengerjakan soal-soal. S5 mengutarakan bahwa soal yang diberikan terlalu banyak. Kemudian S5 diberikan scaffolding agar lebih antusias menerima soal. Dan pertemuan III, S5 lebih menunjukkan antusiasnya meskipun pada saat mengerjakan kurang menikmati. Pertemuan IV, S5 sudah menikmati mengerjakan soal yang diberikan meskipun kurang keasyikan mengerjakan. S5 cenderung tidak pernah mencari hal-hal baru yang dapat ia lakukan atau lihat dimanapun berada. Pada pertemuan I dan II, S5 tidak mencari hal-hal baru yang dapat dilakukan atau dilihat. Setelah diberikan dorongan, S5 mencari-cari sesuatu yang dapat ia lihat pada pertemuan III dan IV. Pada pertemuan V, S5 sudah mulai antusias. S5 kurang peduli dengan wawasan yang ia miliki. Pada pertemuan I dan II, S5 tidak berusaha menambah wawasannya baik dengan bertanya maupun membaca buku. Setelah diberikan dorongan, pada pertemuan berikutnya S5 mulai peduli dan mencoba pergi ke perpustakaan. Namun sayangnya, setelah ditanya ternyata S5 ke perpustakaan tidak membaca buku dan hanya mengobrol dengan temannya. Meskipun begitu, yang dibicarakan kepada temannya mengenai produk dari tugas pelajaran komputer. Pada pertemuan IV, S5 mengaku membaca koran di rumah maupun di perpustakaan meskipun antusiasnya masih biasa saja. Pertemuan V, S5 menunjukkan penurunan dan lebih jarang mencari peluang untuk menambah wawasan. Pada pertemuan pertama, S5 tidak terlalu peduli darimana asal-usul rumus yang diberikan. Setelah diberikan scaffolding, S5 membaca di buku siswa kegiatan menemukan rumus pada pertemuan II dan III. Pada pertemuan IV dan V, S5 lebih antusias mencari tahu bagaiman rumus diturunkan yang diperlukan. S5 juga merasa jika mengetahui asal-usul rumus diturunkan sangat penting. P : Apakah kamu merasa perlu mengetahui bagaimana rumus diturunkan? S5 : Perlu bu. P : Mengapa? S5 : Biar lebih mudeng mengerjakan soal bu. Wawancara tanggal 20 Mei 2013 Apabila dihadapkan dengan masalah, S5 baru berusaha secara tuntas mencari tahu informasi pemecahan masalahnya pada pertemuan V. Pertemuan sebelum- sebelumnya, S5 kurang maksimal berusaha mencari informasi penyelesaian. Apalagi pada pertemuan I, S5 tidak berusaha mencari informasi penyelesaian masalah yang ia dapatkan. Namun pada pertemuan II dan III, S5 memberikan perubahan yang baik meskipun informasi yang didapatkan berasal dari temannya. Lembar pengamatan karakter rasa ingin tahu untuk subjek 5 dapat dilihat pada lampiran 45. Berikut adalah skor yang diperoleh subjek 5 untuk karakter rasa ingin tahu dari pertemuan I-V: Tabel 4.5 Perolehan Skor Afektif Karakter Rasa Ingin Tahu Subjek 5 Pertemuan I II III IV V Skor Total 20 25 37 44 48 Gain perpertemuan 0,12 0,34 0,30 0,25 Kriteria Rendah Sedang Sedang Rendah Gain P.I ke P.V 0,7 Kriteria Sedang

4.1.3 Deskripsi Data Keterampilan Pemecahan Masalah Psikomotorik

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

KOMPARASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X MATERI TRIGONOMETRI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN MMP DAN PAIRS CHECK

0 10 423

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TAPPS BERBANTUAN KARTU PERMASALAHAN KELAS VII PADA MATERI SEGIEMPAT

3 95 456

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

1 22 376

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM POSING BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI SEGITIGA KELAS VII

3 35 466

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL SCAFFOLDING FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROBING PROMPTING BERBANTUAN MATERI BARISAN

23 182 303

PENGEMBANGAN KARAKTER KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL LAPS HEURISTIK MATERI LINGKARAN KELAS VIII

11 81 302

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SUPERITEM DENGAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 4 PURWOKERTO

1 0 17