Kelebihan dan Kekurangan Scaffolding

memberikan dorongan secara aktif hingga siswa merasakan bahwa motivasi tumbuh sendiri setelah merasa mampu menyelesaikan tugas Menandai ciri-ciri penting Menggiring siswa ke arah tugas yang paling relevan sehingga siswa dapat membandingkan hasilnya sendiri dengan hasil yang benar dan melihat perbedaanya Demonstrasi Menyiapkan contoh penyelesaian tugas yang sebagiannya telah dselesaikan oleh siswa sehingga siswa dapat mencontoh

2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Scaffolding

Salah satu manfaat utama scaffolding adalah karena melibatkan siswa. Siswa tidak pasif hanya mendengarkan informasi yang disajikan oleh guru, melainkan guru juga mendorong siswa dengan memberikan informasi yang didasarkan pada pengetahuan sebelumnya dan membentuk pengetahuan baru. Berhadapan dengan siswa yang mudah putus asa dan ketidakmampuan belajar, memberikan kesempatan untuk memberikan umpan balik positif kepada siswa. Ini mengarah ke keuntungan lain dari scaffolding yaitu jika dilakukan dengan benar, instruksi scaffolding dapat memotivasi siswa sehingga mereka ingin belajar lebih lagi. Manfaat lainnya adalah dapat meminimalkan tingkat frustrasi pelajar. Hal ini sangat penting karena dengan banyaknya kebutuhan khusus siswa, siswa bisa sangat mudah frustasi sehingga menutup diri dan menolak untuk berpartisipasi dalam pembelajaran selanjutnya. Dengan adanya scaffolding, bisa meminimalisir adanya kondisi tersebut. Scaffolding bersifat individual sehingga dapat memberi manfaat kepada setiap siswa. Namun, ini juga merupakan kelemahan terbesar bagi guru yaitu dengan mengembangkan dukungan dan pelajaran scaffolding sejak awal untuk memenuhi kebutuhan setiap individu, hal ini akan sangat memakan waktu. Pelaksanaan scaffolds secara individu di kelas dengan sejumlah siswa yang banyak akan lebih menantang. Kerugian lain adalah jika dalam memberikan scaffolding kurang terlatih dengan baik, maka tidak mungkin bisa melihat efek penuh dalam menggunakan scaffolding kepada banyak siswa. Scaffolding juga mensyaratkan guru untuk memberikan beberapa kontrol dan memungkinkan siswa untuk membuat kesalahan. Ini mungkin sulit bagi guru untuk melakukan Stuyf, 2002:11-12 Meskipun ada beberapa kelemahan penggunaan scaffolding sebagai strategi pengajaran, dampak positif scaffolding yaitu dapat membantu belajar siswa dan pengembangan pengetahuan serta meningkatkan kemampuan siswa jauh lebih penting. 2.6.4 Scaffolding dalam Pemecahan Masalah Memecahkan soal-soal tipe pemecahan masalah adalah metode yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri jawabannya Nasution, 2003: 173. Walaupun demikian perlu kita hindari anggapan bahwa pemecahan masalah harus dilakukan dengan memberikan instruksi atau petunjuk seminimal mungkin dan aturan-aturan sesedikit mungkin. Dalam praktiknya banyak soal-soal yang tidak dapat dipecahkan oleh siswa bila sama sekali tidak diberikan suatu petunjuk. Instructional scaffolding merupakan bantuan yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa membangun kemampuannya Kauchak, 1998: 273. Scaffolding merupakan dukungan yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam menyelesaikan masalah yang tingkat kesulitannya lebih tinggi dari kemampuan dasarnya. Pemberian dukungan juga dibatasi sebatas untuk mengarahkan siswa, sehingga siswa itu sendiri yang memutuskan sendiri untuk memilih strategi yang mana yang akan digunakan untuk memecahkan soal. Petunjuk dari guru dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah. Menurut Hujodo 2005: 141-144 pemberian petunjuk oleh guru dalam membantu siswa di dalam menyelesaiakan masalah sebagai berikut. 1 Membuat siswa megerti masalahnya. Bila seorang siswa tidak mengerti masalah yang akan diselesaikan, biasanya siswa tidak lagi mempunyai perhatian terhadap masalah tersebut sehingga pertanyaan yang diajukan oleg guru menjadi bukan masalah baginya. Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus diperhatikan oleh guru ketika menyajikan masalah. a. Apakah siswa sudah mengerti istilah-istilah yang dipergunakan di dalam masalah itu? b. Apakah siswa sudah menggunakan semua informasi yang relevan data maupun kondisinya? c. Apakah siswa tahu apa yang dicari? d. Dapatkah peserta diddk menyetakan kembali masalah yang dihadapi kata- kata sendiri? e. Dapatkah siswa menjelaskan masalah dengan gambar? 2 Membantu siswa menghimpun pengalaman-pengalaman belajar yang relevan yang sekiranya memudahkan perencanaan penyelesaian. Misalnya sebagai berikut. a. Membantu siswa menganalisis data dan kondisi dari masalah tersebut. b. Membantu siswa mendapatkan indformasi dengan menganalisis suatu masalah. c. Bila siswa tidak menghasilkan suatu penyelesaaian, coba tolong mereka dengan elihat masalah tersebut dari sudut lain. 3 Membawa peserta ke situasi yang mendorong untuk menyelesaikan suatu masalah. Misalnya dengan pernyataan sebagai berikut: “Nah bagus, coba terus.”, “Soal itu memang memakan waktu, sabarlah akan memakan waktu bagimu.” Aspek pemecahan masalah yang diamati dalam penelitian ini difokuskan pada empat langkah pemecahan masalah menurut Polya yang telah diuraikan sebelumnya yaitu: 1 memahami masalah; 2 merencanakan penyelesaian masalah; 3 menyelesaikan masalah sesuai rencana; dan 4 melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Adapun hasil proses berpikir yang diharapkan muncul dengan adanya praktek scaffolding ini adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Praktik Scaffolding dalam Mengajar Pemecahan Masalah Aspek Praktek scaffolding yang dilakukan Hasil yang diharapkan Memahami masalah Meminta siswa - Siswa dapat memahami untuk teliti dan cermat dalam membaca soal. masalah dengan benar - Siswa dapat menemukan semua fakta yang ada dalam masalah dengan benar Merencanakan penyelesaian masalah Meminta siswa untuk memperbaiki cara menyatakan fakta-fakta yang telah ditemukan - Siswa dapat memperbaiki penulisan data fakta yang telah ditemukan. - Siswa dapat melengkapi penulisan data fakta yang telah ditemukan dengan gambar ataupun keterangan- keterangan lain yang diperlukan. Menyelesaikan masalah sesuai rencana Mengajukan pertayaan arahan agar siswa tidak hanya terpaku pada apa yang baru saja dipelajarinya - Siswa dapat menghubungkan masalah yang dihadapi dengan apa yang dipelajari sebelumnya - Siswa dapat menggunakan apa yang dipelajari sebelumnya untuk menyelesaikan masalah. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan Mengajukan pertanyaan arahan agar siswa meninjau kembali apa yang telah dilakukan dan apa yang menjadi pokok permasalahan yang dihadapinya. - Siswa melakukan koreksi memeriksa kembali apa yang telah dilakukan - Siswa memperbaiki pengkomunikasian jawaban sesuai dengan masalah yang ada.

2.6.5 Langkah-Langkah

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

KOMPARASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X MATERI TRIGONOMETRI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN MMP DAN PAIRS CHECK

0 10 423

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TAPPS BERBANTUAN KARTU PERMASALAHAN KELAS VII PADA MATERI SEGIEMPAT

3 95 456

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

1 22 376

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM POSING BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI SEGITIGA KELAS VII

3 35 466

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL SCAFFOLDING FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROBING PROMPTING BERBANTUAN MATERI BARISAN

23 182 303

PENGEMBANGAN KARAKTER KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL LAPS HEURISTIK MATERI LINGKARAN KELAS VIII

11 81 302

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SUPERITEM DENGAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 4 PURWOKERTO

1 0 17