4 Rasa ingin tahu membawa kejutan-kejutan kepuasan dalam diri siswa dan
meniadakan rasa ingin tahu akan sesuatu, maka mereka akan dengan segala keinginan dan kesukarelaan akan mempelajarinya. Setelah memuaskan rasa
ingin tahunya mereka akan merasakan betapa menyenangkannya hal tersebut. Rasa inilah yang membuat mereka tak merasa bosan belajar.
Itulah beberapa hal yang membuat rasa ingin tahu dalam diri siswa perlu dibentuk dan dikembangkan. Ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan oleh
guru untuk membangun dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa Suhadi, 2010, yaitu: 1 ajari siswa untuk selalu membuka pemikiran mereka terhadap hal-hal baru,
ataupun hal-hal yang sudah pernah mereka pelajari; 2 ajari siswa untuk tidak selalu menerima suatu hal sebagai sesuatu kebenaran yang bersifat final; 3 ajari siswa
untuk selalu dan banyak bertanya; 4 ajari anak untuk jangan pernah sekalipun memberikan label terhadap sesuatu hal sebagai sesuatu yang membosankan atau tidak
menarik; 5 ajari anak untuk melihat dan menyadari bahwa belajar itu sesuatu yang menyenangkan; 6 biasakan siswa untuk membaca beragam jenis bacaan untuk
mengeksplorasi dunia-dunia baru bagi mereka.
2.4.2 Keterampilan Pemecahan Masalah
Seringkali guru memberikan penilaian di kelas dalam hal penguasaan materi atau kemampuan pemecahan masalah, namun mampu memecahkan masalah saja
tidak cukup untuk menjadikan siswa sebagai problem solver yang handal. Siswa juga harus terampil memecahkan masalah sehingga mereka mampu memecahkan masalah-
masalah baru. Hal ini didukung oleh Kuswana 2012:27 yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kemampuan merupakan salah satu hal penting dari hasil
pendidikan, namun kita memandang bahwa pendidikan tidak semata-mata sebagai hasil pembelajaran tunggal. Siswa dapat membuktikan bahwa ia memiliki
pengetahuan dalam menerapkannya pada situasi baru. Secara umum, siswa dapat menangani materi dan masalah baru, siswa dapat memilih teknik yang tepat untuk
digunakan baik bersifat fakta, prinsip dan prosedur. Hal itu merupakan hasil belajar dalam pembelajaran. Jadi, kemampuan pemecahan masalah saja tidak cukup untuk
menunjukan hasil belajar, tetapi keterampilan pemecahan masalah juga merupakan suatu prestasi yang dapat diamati oleh guru terhadap siswa.
John Dewey dalam Kuswana 2012:28 mengistilahkan “pemecahan masalah” sebagai dua hal yang terpisah, yaitu “kemampuan” dan “keterampilan” intelektual
pemecahan masalah. Istilah keterampilan disamakan sebagai seni dan kemampuan sebagai pengetahuan. Seni atau keterampilan intelektual mengacu pada model dari
teknik operasi umum untuk memecahkan masalah. Seni dan keterampilan intelektual, menekankan pada proses mental, pengorganisasian, dan reorganisasi materi untuk
mencapai tujuan tertentu Kuswana, 2012:28. Sehingga soal-soal yang berfungsi untuk mengukur keterampilan pemecahan masalah harus mengarah pada kebutuhan
teknis atau prosedur dengan kandungan sedikit informasi dan ditekankan pada situasi yang memerlukan pendekatan tertentu dalam pemecahan masalah.
Keterampilan memecahkan masalah merupakan teknik atau seni yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah. Keterampilan masalah merupakan
penilaian hasil belajar yang dapat diamati perubahannya. Sehingga dengan terampil memecahkan masalah, siswa diharapkan mampu mengatur atau mengorganisasikan
masalah, mengenali materi yang tepat dan ingat terhadap materi tersebut sehingga dapat dimanfaatkan dalam situasi baru. Sedangkan kemampuan memecahkan masalah
lebih cenderung pada sejauh mana peserta didik memahami materi kemudian mengorganisasikannya
untuk memecahkan
masalah. Setelah
mengetahui perbedaannya, akan semakin mudah untuk mengukur kemampuan dan keterampilan
pemecahan masalah. Selain itu keterampilan dan kemampuan pemecahan masalah merupakan dua ranah yang berbeda yaitu ranah psikomotorik dan ranah kognitif. Jadi
keterampilan pemecahan masalah merujuk pada perubahan tingkah laku peserta didik berupa aspek psikomotorik untuk berproses pada keempat langkah pemecahan
masalah. Keterampilan pemecahan masalah yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan
mendefinisikan masalah, tujuan, dan menghasilkan serta mengevaluasi pemecahan masalah menurut Kuswana 2012: 190 adalah sebagai berikut.
1 Pengulangan tujuan dan masalah yang berbeda untuk mempertimbangkan jenis
pemecahannya. 2
Pengakuan peran yang penting dari ketelitian. 3
Penggunaan representasi masalah melalui grafik, diagram pohon, matrik dan model.
4 Pemahaman kendala.
5 Pemilihan strategi terbaik untuk pemecahan jenis masalah.
6 Pencarian analogi.
Sangatlah penting untuk disadari bahwa guru tidak dapat mengharapkan peserta didik menggunakan strategi yang tidak dikenalnya. Seperti keterampilan yang lain,
keterampilan pemecahan masalah diperoleh setelah dipelajari. Oleh karena itu kepada peserta didik perlu diberikan masalah-masalah yang luas dan bervariasi sehingga
mereka dapat mencoba strategi baru dan praktik menggunakannya Wardhani, 2010: 38.
2.4.3 Kemampuan Pemecahan Masalah