42
6. Fungsi imajinatif, bahasa difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi.
7. Fungsi representasional, bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat untuk bertukar informasi, alat interaksi dengan seseorang, alat
belajar untuk mengungkapkan gagasan ataupun imajinasi yang akan mengendalikan perilaku seseorang. Bahasa juga sebagai alat komunikasi antar
orang untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya. Oleh karena itu, bahasa merupakan titik kunci untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat dan
lingkungan.
2.1.9.1 Pembelajaran Bahasa Jawa
Diantara beberapa fungsi bahasa yang telah dijelaskan di atas, terdapat salah satu fungsi bahasa yang menunjukkan bahwa bahasa digunakan untuk
berinteraksi dengan orang lain. Salah satu contohnya yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa yang mayoritas digunakan penduduk suku bangsa Jawa di
Jawa Tengah, Yogyakarta Jawa Timur sebagai bahasa keseharian. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai 1
lambang kebanggaan daerah, 2 lambang identitas daerah, dan 3 alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa dalam Rohmadi, 2011: 7. Bahasa Jawa memiliki kaidah- kaidah tertentu yang disebut unggah-ungguhing basa, yakni tata bahasa dan siapa
yang diajak bicara. Menurut Setiyanto 2007: 15 unggah-ungguhing basa pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yakni: basa ngoko, madya, dan krama.
43
Wibawa 2012: 1 menjelaskan bahwa dalam bahasa Jawa, terkandung tata nilai kehidupan Jawa, seperti norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, konsepsi,
dan simbol-simbol yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa, toleransi, kasih sayang, gotong royong, andhap asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu
berterimakasih, dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi alasan kenapa bahasa Jawa sangat penting untuk dilestarikan karena erat kaitannya dengan unggah-
ungguh atau sopan santun. Caranya adalah dengan menanamkan sejak dini kepada
anak salah satunya melalui pembiasaan. Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang kini
mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah. Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran yang diharapkan selain melestarikan budaya daerah, juga mampu
sebagai media peningkatan budi pekerti siswa yang mengalami penurunan akhlak sopan santun. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.552010 yang mengatur dan mengamanatkan penetapan kurikulum mata pelajaran bahasa Jawa sebagai
kurikulum muatan lokal mulai dari jenjang SDMI, SMPMTs. Bahasa Jawa juga turut berperan sebagai salah satu sumber pendidikan
karakter, dimana sebagai sumber pendidikan karakter bahasa Jawa setudaknya harus dibawa pada tiga fungsi pokok bahasa yang dipaparkan oleh Wibawa 2012:
5-8, yaitu:
44
1. Fungsi Komunikatif
Fungsi komunikatif diarahkan agar siswa dapat menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar untuk keperluan alat perhubungan dalam keluarga
maupun masyarakat. Orang tua membiasakan melakukan percakapan pada anak menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar dengan tujuan agar anak
dapat terbiasa menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar baik di lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitar, bukan karena rasa hormat.
Hal ini sesuai dengan salah satu komponen situasi tutur yang disampaikan oleh Leech dalam Rustono, 1999: 29 yaitu tujuan tuturan yang merupakan
apa yang ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. 2.
Fungsi Edukatif Fungsi edukatif diarahkan agar siswa dapat memperoleh nilai-nilai budaya
Jawa untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. 3.
Fungsi Kultural Fungsi kultural berkaitan dengan penanaman kembali nilai-nilai budaya Jawa
sebagai upaya untuk membangun identitas bangsa. Berdasarkan ketiga fungsi yang telah dipaparkan sebelumnya, kemudian
dirancang suatu kurikulum yang mengatur tentang kegiatan pembelajaran bahasa Jawa sehingga ketiga fungsi tersebut dapat terealisasikan dengan baik, contohnya
adalah kurikulum KTSP 2006. Menurut kurikulum KTSP mata pelajaran bahasa Jawa
memiliki tujuan untuk mengembangkan apresiasi terhadap bahasa dan budaya Jawa Tengah, mengenalkan identitas masyarakat Jawa Tengah
dan menanamkan kecintaan terhadap bahasa dan budaya Jawa Tengah. Standar Kompetensi Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa, Sastra, dan
45
Budaya Jawa terdiri atas kompetensi berbahasa dan bersastra dalam kerangkan budaya Jawa. Kompetensi berbahasa dan bersastra
diarahkan agar siswa terampil dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Keterampilan berkomunikasi disini diperjelas dengan
fungsi utama sastra dan budaya Jawa berupa penanaman budi pekerti, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan
apresiasi sastra dan budaya Jawa, serta sebagai sarana pengungkapan gagasan, imajinasi, dan ekspresi kreatif, baik lisan maupun tulisan.
Keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Jawa didukung oleh kemampuan memahami dan menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan
unggah-ungguh basa
Wibawadalam Rohmadi, 2007: 11. Kompetensi keterampilan berbahasa dan bersastra dikelompokkan
menjadi empat, meliputi : 2.1.9.1.1
Kompetensi Mendengarkan Meliputi kegiatan memahami wacana lisan yang didengar baik teks sastra
maupun nonsastra dalam beragam bahasa berupa cerita teman, teks karangan, pidato, pesan, cerita rakyat, cerita anak, geguritan, tembang macapat, dan cerita
wayang. 2.1.9.1.2
Kompentensi Membaca Menggunakan berbagai keterampilan membaca untuk memahami teks
sastra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa berupa teks bacaan, pidato, cerita rakyat, percakapan, geguritan, cerita anak, cerita wayang, dan huruf Jawa.
2.1.9.1.3 Kompetensi Menulis
Melakukan berbagai keterampilan menulis baik sastra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi berupa karangan sederhana, surat, dialog, laporan, ringkasan, parafase, geguritan
, dan huruf Jawa.
46
2.1.9.1.4 Kompetensi Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, baik sastra maupun nonsastra menggunakan berbagai ragam bahasa berupa
menceritakan berbagai keperluan, mengungkapkan keinginan, menceritakan tokoh wayang, mendeskripsikan benda, menanggapi persoalan faktapengamatan,
melaporkan hasil pengamatan, berpidato, dan mengapresiasikan tembang.
2.1.9.2 Keterampilan Berbicara