Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa

tuntas naik menjadi 15 siswa dan sisanya yaitu sejumlah 21 siswa belum tuntas sehingga ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus ini adalah 41,67. Pada siklus ini, ketuntasan belajar siswa belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti sehingga perlu untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Siklus II, nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 63,99 dengan nilai terendah 48,3 dan nilai tertinggi 83,3, sedangkan jumlah siswa tuntas meningkat menjadi 22 siswa dan 14 siswa belum tuntas sehingga diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 61,1. Hal ini menunjukkan bahwa target yang ditentukan belum tercapai sehingga peneliti merencanakan siklus selanjutnya untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Kemudian pada siklus III, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 68,90 dengan nilai terendah 53,6 dan nilai tertinggi 87,2. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus ini sebanyak 29 siswa dan sisanya belum tuntas. Berdasarkan data tersebut maka ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus ini sebesar 80,55. Hal ini menunjukkan bahwa target telah tercapai dimana siswa mencapai ketuntasan belajar minimal yaitu 75. Berdasarkan pemaparan data tersebut terjadi adanya peningkatan hasil belajar serta ketuntasan belajar klasikal dari siklus I, II, sampai dengan siklus III dengan perolehan ketuntasan belajar siswa dari 41,67 menjadi 61,1 kemudian meningkat menjadi 80,55. Hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa telah dapat menggunakan ragam krama lugu dengan baik. Diagram 4.17 Rekapitulasi Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IVB Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Pemaparan data tersebut menunjukan bahwa hasil belajar pada siklus III telah mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu 80,55 siswa mencapai ketuntasan minimal SDN Purwoyoso 03 Semarang pada mata pelajaran bahasa Jawa yaitu ≥60. Terjadinya kenaikan hasil belajar dikarenakan dalam setiap tahap pembelajaran guru melakukan kegiatan tersebut dengan terencana, dan sistematis.

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan model Direct Instruction berbantukan media Flash Player dalam pembelajaran Jawa, implikasi hasil penelitian tersebut adalah adanya peningkatan terhadap keterampilan guru, aktivitas siswa, keterampilan berbicara siswa, karakter yang diharapkan pada siswa, serta hasil belajar siswa pada kelas IVB SDN Purwoyoso 03 Semarang. Kemudian implikasi lain yang didapat dari penelitian ini antara lain adalah implikasi teoritis, implikasi praktis, dan implikasi paedagogis. Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah adanya temuan-temuan ke arah positif berupa perbaikan kualitas pembelajaran bahasa Jawa terutama perbaikan keterampilan berbicara siswa. Penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan guru tentang model Direct Instruction yang dipadukan dengan media Flash Player. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah penambahan ilmu pengetahuan tentang Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas berdasarkan masalah yang ditemukan oleh guru, sehingga hal ini dapat menarik guru untuk melakukan penelitian yang sejenis untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran kelas yang mereka ampu. Sedangkan implikasi paedagogis dari penelitian ini adalah keterampilan serta peranan guru di dalam kelas yang sesuai dengan pendapat Pullias dan Young dalam Aprietha, 2013: 24 antara lain sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, inovator, model dan teladan, peneliti, dan evaluator.