2.1.10.1 Kelebihan dan Kekurangan Model Direct Instruction
2.1.10.1.1 Kelebihan Model Direct Instruction Model pembelajaran Direct Instruction memiliki beberapa kelebihan.
Kelebihan model pembelajaran Direct Instruction menurut Sudrajat 2011 antara lain: 1 Guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh
siswa, 2 Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun yang kecil, 3 Dapat digunakan untuk menentukan poin-poin penting, 4 efektif untuk
mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur, 5 efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada
siswa yang berprestasi rendah, 6 menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat dan dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa, 7
Memungkinkan guru
untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran yang dapat merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa, 8 Guru
dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan, 9 menekankan
kegiatan mendengar dan mengamati sehingga dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini, 10 Bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan
yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, 11 Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran
langsung digunakan secara efektif, 12 bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga
guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
2.1.10.1.2 Kekurangan Model Direct Instruction Kekurangan dari model ini adalah walaupun model ini dapat diterapkan
pada mata pelajaran apapun, tetapi paling tepat untuk mata pelajaran yang berorientasi-kinerja, seperti membaca, menulis, matematika, musik, pendidikan
jasmani Arends, 2008: 300. Sehingga untuk menutupi kekurangan tersebut, peneliti memadukan model pembelajaran Direct Instruction dengan media Flash
Player .
2.1.10.2 Teori yang Mendasari model Direct Instruction
2.1.10.2.1 Teori Behaviorisme Belajar merupakan proses perubahan perilaku. Belajar sendiri menurut
Teori Behavioristik merupakan perubahan perilaku khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku yang baru sebagai hasil belajar. Perubahan
perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak overt behavior atau perilaku yang tidak tampak inert behavior menurut Skinner dalam
Winataputra, 2008: 2.4. Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar
adalah bahwa hasil belajar perubahan perilaku itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia insight, tetapi karena faktor stimulus yang
menimbulkan respons. Manusia belajar dan bertindak dengan cara spesifik sebagai hasil dari perilakunya-perilakunya didukung oleh penguatan
reinforcement. Berdasarkan aspek tersebut, agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat
mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian
rupa menarik dan spesifik sehingga mudah direspons oleh siswa. Oleh karena itu siswa akan memperoleh hasil belajar, apabila dapat mencari hubungan antara
stimulus S dan respons R tersebut. Rifa’i, 2009: 106. 2.1.10.2.1 Teori sosio-kognitif
Teori belajar sosial membedakan antara belajar dengan perilaku yang dapat diobservasi. Karena konsep dalam teori belajar sosial menekankan pada
komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Teori pembelajaran sosial membahas tentang 1 bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan
melalui penguat reinforcement dan observational learning, 2 cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, 3 begitu pula sebaliknya,
bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat reinforcement dan observational opportunity.
Menurut Bandura dalam Arends, 2008 orang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan mencontoh model. Orang belajar dari
apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya. Seorang individu belajar banyak tentang perilaku melalui
peniruan modeling, bahkan tanpa adanya penguat reinforcement sekalipun yang diterimanya. Proses belajar semacam ini disebut observational learning atau
pembelajaran melalui pengamatan. Kemudian, dijelaskan juga oleh Bandura bahwa belajar observasional adalah sebuah proses tiga langkah : 1 siswa harus
memperhatikan aspek-aspek kritis dari apa yang akan dipelajari atensi, 2 siswa mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati maka
seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model retensi, 3
siswa mencoba menirukan a tau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model reproduksi.
2.1.11 Media Flash Player sebagai Media Pembelajaran