Pendidikan Karakter Perencanaan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran.

24 terkandung unsur moral, sikap, dan perilaku yang membangun karakter individu tersebut. Karakter akan selalu terintegrasi dengan kematangan intelektual dan emosional seseorang Cronbach: 1997. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang berkarakter, tercermin dari bagaimana tingkat kematangan intelektual dan emosional individu tersebut sehingga dapat mengontrol emosi dan menggunakan keintelektualannya terhadap hal-hal yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun masyarakat. Lickona 1992 berpendapat bahwa karakter terbagi dalam tiga bidang yang saling berkaitan yang akan dituangkan dalam bagan di bawah ini: Bagan 2.1 Komponen Karakter Lickona, 1992

2.1.5.2 Pendidikan Karakter

Tujuan adanya pendidikan karakter menurut Mulyasa 2012: 9 adalah untuk meningkatkan mutu, proses, dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan, khususnya pendidikan dasar. Hal ini menjadikan pendidikan karakter mulai 25 dilaksanakan di sekolah karena mengingat kondisi generasi penerus bangsa yang mulai kehilangan jati diri dan karakter bangsa. 2.1.5.2.1 Pendidikan Karakter Berbasis Kultur Sekolah Pendidikan dasar khususnya jenjang Sekolah Dasar merupakan jenjang penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Sehingga diperlukan adanya pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Pendidikan karakter berbasis kultur sekolah pada dasarnya merupakan salah satu desain dasar dari pendidikan karakter yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah dengan tujuan pencapaian pendidikan karakter yang optimal. Sekolah berperan sebagai penyelenggara pendidikan serta penyedia sarana dan sumber belajar yang diperlukan untuk meningkatkan mutu dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter peserta didik. 2.1.5.2.2 Pendidikan Karakter Berbasis Kelas Proses belajar mengajar lebih banyak terjadi di kelas. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak berinteraksi dengan guru. Dengan adanya interaksi tersebut, guru lebih bisa fokus terhadap penerapan pendidikan karakter yang terselip pada pelaksanaan pembelajaran. Badiran dalam Sagala, 2011: 158-159 menjelaskan bahwa guru harus mampu melaksanakan tugasnya penuh tanggung jawab, dapat menerapkan prinsip-prinsip etika dan moral pembelajaran sehingga proses pembelajaran akan berjalan efektif. Selain itu, akan tampak dampak pengiring berupa karakter yang diharapkan. 26

2.1.5.3 Perencanaan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran.

Terdapat sembilan pilar dalam pendidikan karakter yaitu: 1 karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya, 2 kemandirian dan tanggung jawab, 3 kejujuran, 4 hormat dan santun, 5 dermawan, suka tolong menolonggotong royong, 6 percaya diri dan pekerja keras, 7 kepemimpinan dan keadilan, 8 baik dan rendah hati, 9 karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan Umi dalam Fauziyah, 2011: 2. Guru memerlukan suatu perencanaan agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik, salah satunya adalah dengan menggunakan RPP berkarakter. RPP berkarakter pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan RPP-RPP yang sering dibuat dan digunakan sebagai acuan pembelajaran oleh guru, hanya saja perbedaan yang sangat mencolok adalah terselipnya pendidikan karakter pada proses pembelajaran yang nantinya siswa diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai karakter tersebut. Terdapat enam prinsip dalam penyusunan RPP berkarakter Mandiri: 2012, antara lain; 1 memperhatikan perbedaan individu peserta didik, 2 mendukung partisipasi aktif dari peserta didik, 3 mengembangkan budaya membaca dan menulis, 4 memberikan umpan balik dan tindak lanjut, 5 keterkaitan dan keterpaduan, 6 menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter sangat penting diterapkan di bangku sekolah dasar. kemudian, sekolah, dan keluarga berperan penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Namun, guru memiliki tugas dan peran yang lebih besar. Pelaksanaan pendidikan 27 karakter berpedoman pada RPP berkarakter yang disusun oleh guru sebagai perencanaannya.

2.1.6 Profesionalisme Guru dalam Pendidikan