Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa

persentase keberhasilan sebesar 47,9 sehingga termasuk kedalam kategori cukup dengan kualifikasi belum tuntas. Adapun indikator yang diamati adalah pelafalan, sikap siswa, ketepatan berbicara krama lugu, kelancaran berbicara krama lugu, dan pemahaman siswa terhadap materi yang dibicarakan dimana indikator pertama mendapat 7,5, kedua 10, ketiga memperoleh 2,5, keempat 17,5, dan indikator terakhir memperoleh 55. Siklus II, rata-rata skor keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa aspek berbicara krama lugu menggunakan model Direct Instruction berbantukan media Flash Player memperoleh jumlah rata-rata skor 12,17 dengan persentase keberhasilan sebesar 60,8 sehingga termasuk kedalam kategori cukup dengan kualifikasi belum tuntas. Adapaun indikator yang diamati antara lain adalah 1 pelafalan yang memperoleh 25 ketuntasan, 2 sikap siswa memperoleh 35, 3 ketepatan berbicara krama lugu 30, 4 kelancaran berbicara krama lugu 55, dan 5 pemahaman siswa terhadap materi yang dibicarakan 75. Siklus III, rata-rata skor keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa aspek berbicara krama lugu menggunakan model Direct Instruction berbantukan media Flash Player memperoleh jumlah rata-rata skor 13,68 dengan persentase keberhasilan sebesar 68,4 sehingga termasuk kedalam kategori baik dengan kualifikasi tuntas. Adapun indikator yang diamati antara lain adalah 1 pelafalan, 2 sikap siswa, 3 ketepatan berbicara krama lugu, 4 kelancaran berbicara krama lugu, dan 5 pemahaman siswa terhadap materi yang dibicarakan dimana masing-masing indikator memperoleh persentase ketuntasan sebesar 65, 45, 52,5, 47,5, dan 70. Berdasarkan pemaparan data di atas maka dapat dikatakan adanya peningkatan keterampilan berbicara krama lugu siswa dari siklus I sampai dengan siklus III, yaitu dari 47,9 menjadi 60,8 kemudian meningkat lagi menjadi 68,4. Jika dilihat dari rerata skor yang diperoleh peningkatan tersebut yaitu 13,68 termasuk kedalam kategori tuntas sehingga penelitian berakhir pada siklus III dan tidak berlanjut ke siklus selanjutnya.

4.2.1.4 Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa

Pembahasan hasil belajar keterampilan berbicara siswa didasarkan pada hasil nilai akhir pada siklus I, II, dan III. Tabel 4.13 Analisis Data Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, Siklus III No. Pencapaian Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III 1. Nilai rata-rata 59,44 56,8 63,99 68,90 2. Nilai terendah 48 41,6 48,3 53,6 3. Nilai Tertinggi 78 79,3 83,3 87,2 4. Jumlah tuntas 12 15 22 29 5. Jumlah tidak tuntas 24 21 14 7 6. Persentase keberhasilan 34 41,67 61,1 80,55 Berdasarkan tabel 4.13, dapat dipaparkan bahwa data awal menunjukkan rata-rata nilai siswa sebesar 59,44 dengan nilai terendah 48 dan nilai tertinggi 78, serta siswa tuntas sejumlah 12 siswa sedangkan sisanya 24 siswa tidak tuntas, sehingga diperoleh ketuntasan klasikal pada data awal yang ditunjukkan dengan persentase yakni sebesar 34. Pelaksanaan siklus I, rata-rata nilai siswa yang diperoleh adalah sebesar 56,8 dengan nilai terendah 41,6 dan nilai tertinggi 79,3, sedangkan jumlah siswa tuntas naik menjadi 15 siswa dan sisanya yaitu sejumlah 21 siswa belum tuntas sehingga ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus ini adalah 41,67. Pada siklus ini, ketuntasan belajar siswa belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti sehingga perlu untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Siklus II, nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 63,99 dengan nilai terendah 48,3 dan nilai tertinggi 83,3, sedangkan jumlah siswa tuntas meningkat menjadi 22 siswa dan 14 siswa belum tuntas sehingga diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 61,1. Hal ini menunjukkan bahwa target yang ditentukan belum tercapai sehingga peneliti merencanakan siklus selanjutnya untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Kemudian pada siklus III, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 68,90 dengan nilai terendah 53,6 dan nilai tertinggi 87,2. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus ini sebanyak 29 siswa dan sisanya belum tuntas. Berdasarkan data tersebut maka ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus ini sebesar 80,55. Hal ini menunjukkan bahwa target telah tercapai dimana siswa mencapai ketuntasan belajar minimal yaitu 75. Berdasarkan pemaparan data tersebut terjadi adanya peningkatan hasil belajar serta ketuntasan belajar klasikal dari siklus I, II, sampai dengan siklus III dengan perolehan ketuntasan belajar siswa dari 41,67 menjadi 61,1 kemudian meningkat menjadi 80,55. Hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa telah dapat menggunakan ragam krama lugu dengan baik.