LATAR BELAKANG MASALAH PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA LUGU MELALUI MODEL DIRECT INSTRUCTION BERBANTUKAN MEDIA FLASH PLAYER SISWA KELAS IVB SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global. Pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang paling penting untuk dilaksanakan dimana melalui akan terlahir sumber daya manusia yang berkualitas yang merupakan salah satu syarat terbentuknya proses peradaban yang lebih baik. Di dalam proses menuju peradaban yang lebih baik tersebut, terjadi perubahan-perubahan sosial yang diharapkan menjadi gerbang bagi negara ini untuk berbenah diri menjadi negara yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan saat ini telah mengalami penyelarasan dengan dinamika perkembangan masyarakat lokal, nasional, dan global untuk mewujudkan fungsi pendidikan nasional yang dituangkan dalam PP No.32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang baru menerbitkan berbagai pro dan kontra di masyarakat dimana pada kurikulum baru menekankan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif Hermawan, 2013: 1. Hal ini berdampak pada pembentukan karakter siswa sebagai salah satu output dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, namun belum semuanya terlaksana dengan baik dalam sistem pendidikan di negara ini. Menurut data yang dikeluarkan oleh UNESCO pada tahun 2011, Indonesia berada di urutan ke-69 2 dari 127 negara dalam hal pendidikan kompas.com, 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia masih sangat kurang, penyebabnya adalah berbagai masalah yang timbul akibat perubahan-perubahan sosial masyarakatnya. Masalah yang terjadi bukan hanya terletak pada sistem pendidikannya, namun juga pada pelaku pendidikan yang ada didalamnya. Proses perubahan sosial memberikan dampak yang kurang baik bagi generasi penerus bangsa dimana perubahan sosial menjadikan pelaku pendidikan memiliki cara pemikiran yang logis serta menghilangnya sedikit demi sedikit nilai-nilai budi pekerti, terutama unggah-ungguh atau sopan santun. Sehubungan dengan peningkatan penanaman nilai-nilai budi pekerti dan penguasaan bahasa Jawa berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang menjelaskan bahwa standar kompetensi muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah, kemudian ditetapkan Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.552010 yang mengatur tentang penetapan kurikulum Bahasa Jawa untuk jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan dasar maupun menengah sebagai mata pelajaran muatan lokal.. Menurut Kurikulum KTSP 2006, muatan lokal bahasa Jawa mencakup beberapa aspek didalam materinya, antara lain; 1 Kemampuan berkomunikasi yang meliputi mendengarkan ngrungoake, berbicara micara, membaca maca, dan menulis nulis, 2 Kemampuan menulis huruf Jawa, 3 Meningkatkan kepekaan 3 dan penghayatan terhadap karya sastra Jawa, 4 Memupuk tanggung jawab untuk melestarikan hasil kreasi budaya sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional. Menurut Husniya 2010, bahasa Jawa sebagai bahasa ibu merupakan fakta di lingkungan yang biasa digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Sementara pengetahuan terhadap bahasa Indonesia anak sangat terbatas, khususnya bagi anak di pedesaan maupun di pinggir kota sehingga anak-anak tersebut berbicara, menjawab ataupun bertanya dalam bahasa Jawa ngoko. Fenomena lain yang menjadi keprihatinan terhadap eksistensi bahasa Jawa adalah anak-anak usia sekolah yang berada di perkotaan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam kesehariannya baik di keluarga, di sekolah, maupun di masyarakat serta lebih ditekankannya siswa untuk lebih menguasai bahasa asing daripada memahami bahasa Jawa. Padahal di dalam bahasa daerah, selain mengajarkan bahasa juga terselip pendidikan budi pekerti, sikap santun, dan unggah-ungguh kepada orang yang lebih tua. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Panca Dewi Purwati dalam Rohmadi, 2011 mengenai kondisi pembelajaran bahasa Jawa di lapangan dimana ada tiga indikator yang menyebutkan bahwa siswa belum terlibat secara emosional untuk memperta- hankan dan mengembangkan budaya Jawa secara luas. Ketiga indikator yang disebutkan oleh Purwati antara lain; 1 siswa kurang dapat berkomunikasi secara lancar menggunakan bahasa Jawa, 2 siswa kurang percaya diri dalam menggunakan bahasa Jawa, 3 siswa kurang antusias dalam mempelajari norma- norma bahasa Jawa. 4 Kondisi tersebut juga terjadi pada pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas IVB SDN Purwoyoso 03 Semarang. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa selain kondisi tersebut terjadi karena faktor dari guru yaitu kurang terampilnya guru dalam memilih metode yang menarik siswa, kurangnya penggunaan media, serta kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran berbicara krama lugu, faktor dari siswa juga menjadi salah satu permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran berbicara krama lugu. Permasalahan yang terjadi antara lain adalah siswa kurang antusias dalam mempelajari bahasa Jawa, siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa pasif dan tidak fokus dalam memperhatikan pembelajaran, serta siswa tidak terbiasa menjadikan kurangnya perbendaharaan kata yang dimiliki siswa sehingga siswa kurang dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa terutama menggunakan bahasa krama. Hal ini didukung oleh data hasil belajar bahasa Jawa kelas IVB SDN Purwoyoso 03 dengan materi mengungkapkan gagasan secara lisan diketahui bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai KKM 60 yaitu dari 36 siswa, 24 66 diantaranya belum mencapai KKM. Adapun nilai terendah 48 sedangkan nilai tertinggi yang dicapai adalah 78 dengan rata-rata kelas hanya 59,44. Dengan melihat hasil observasi, wawancara maupun evaluasi, perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran agar kualitas pembelajaran bahasa Jawa khususnya keterampilan berbicara di SDN Purwoyoso 03 meningkat. Peneliti bersama kolaborator memutuskan untuk menggunakan model Direct Instruction berbantukan media Flash Player untuk meningkatkan 5 keterampilan berbicara krama lugu pada siswa kelas IVB SDN Purwoyoso 03 Semarang. Model Direct Instruction adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses pembelajaran siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap atau langkah demi langkah Uno: 2012. Dalam model ini, terdapat tiga hal penting yang menjadi fokus kegiatan utama dalam pembelajaran, yaitu penyampaian materi, demonstrasi, dan kegiatan pelatihan. Hal ini memungkinkan siswa mengalami sendiri pembelajaran secara langsung sehingga materi yang disampaikan lebih optimal dan keterampilan siswa dalam berbicara krama lugu dapat meningkat. Model pembelajaran Direct Instruction memiliki banyak kelebihan yang diantaranya guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa, merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah dan memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa Sudrajat: 2011. Media yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran berbicara krama lugu dengan model pembelajaran Direct Instruction , berupa penggabungan antara media audio, dan media visual yang dikemas menjadi suatu produk sehingga akan digunakan media Flash Player dengan tujuan agar siswa lebih tertarik dan lebih mudah memahami bahasa krama 6 lugu. Selain itu, guru juga lebih mudah dalam penyampaian materi pembelajaraninformasi kepada siswa. Bertolak dari paparan latar belakang di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Krama Lugu Melalui Model Direct Instructions Berbantukan Media Flash Player Siswa Kelas IVB SDN Purwoyoso 03 Semarang”.

1.2 PERUMUSAN MASALAH