Ragam Basa Ngoko Ragam Basa Madya

49 yang sering bertemu akan menggunakan bahasa yang berbeda dalam percakapannya. Bahasa Jawa dibagi menjadi beberapa ragam menurut unggah-ungguhing basa , seperti tabel 2.1. Tabel 2.1 Pembagian Ragam Basa Jawa Basa Ngoko Ngoko Lugu Ngoko Alus Basa Madya Madya Ngoko Madya Krama Madyantara Basa Krama Mudha Krama Kramantara Wredha Krama Krama Inggil Krama Desa Basa Kedhaton Bagongan dalam Setiyanto, 2007: 26-27.

2.1.9.3.1 Ragam Basa Ngoko

a Ngoko Lugu Jawa Dipa Merupakan ragam bahasa Jawa yang digunakan untuk percakapan antara dua orang atau lebih yang sejajar, seumuran atau antara orang tua terhadap anak muda yang tidak menghormati Soewarso, 2010: 47 Contoh : aku arep menyang pasar, kowe tungga omah. b Ngoko AlusAndhap Berbeda dengan ngoko lugu, ngoko alus merupakan ragam campuran yang menggunakan tembung ngoko dan krama inggil dimana ragam ini dibagi lagi ke dalam dua jenis yaitu antya basa dan basa antya. Perbedaan antara antya basa dengan basa antya terletak pada penggunaan awalan dan akhiran serta penggunaan bahasa tersebut kepada orang lain Soewarso, 2010: 47 50

2.1.9.3.2 Ragam Basa Madya

a Madya Ngoko Ragam ini merupakan bahasa yang sering digunakan oleh antar sesama penjual di pasar. Terdiri dari campuran tembung madya dengan ngoko dimana ater-ater dan panambang yang digunakan tetap menggunakan ngoko Soewarso, 2010: 47 Contoh: dika kok sajak kesusu ngajak mulih kula, onten prelune napa, ta? b Madya Krama Bahasa Jawa krama madya adalah bahasa yang digunakan oleh orang desa yang satu dengan yang lain yang dianggap lebih tua atau yang dihormati. Contoh: Ibu ajeng têng pasar c Madyantara Merupakan campuran antara tembung madya dengan ngoko dimana ragam ini sering digunakan oleh priyayi muda, atau priyayi kepada saudara yang lebih rendah pangkatderajatnya Soewarso, 2010: 47. Contoh: sampeyan rak empun duwe tumbak sing luwih apik, ta? 2.1.9.3.3Ragam Basa Krama Bahasa Jawa Krama merupakan ragam bahasa Jawa yang pilihan katanya terdiri dari kosa kata krama dan kosa kata krama inggil yang diperuntukkan bagi orang yang dihormati Bimo, 2008 dalam Rohmadi, 2011: 268. Bahasa Krama tingkatannya lebih tinggi daripada basa ngoko. Seperti skema di atas, bahasa krama dibagi lagi menjadi 5 tingkatan ditambah madya krama atau krama tengahan Setiyanto, 2007: 38: a Mudha Krama Bahasa krama yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat dengan benar sesuai dengan jaman sekarang, dimana pada jaman dahulu disebut bahasa krama yang normatif Harjawiyana dan Supriya, 2009. Sedangkan Setiyanto 2007 menjelaskan bahwa bahasa mudha krama adalah bahasa yang luwes sekali, untuk semua orang tidak ada jeleknya. Biasanya 51 menjadi bahasa yang digunakan dalam percakapan antara orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, contohnya murid kepada guru. Contoh : Nardi: “Lo, adhi badhe tindak pundi?” Niken: “Badhe dhatêng Klathen, dipuntimbali Bapak.” Kegunaan bahasa mudha krama untuk percakapan yang terjadi antara: a Orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua b Murid kepada guru c Pembantu kepada majikannya majikan bukan bangsawan d Sesama teman yang belum terbiasa e Orang yang sederajat f Karyawan terhadap atasannya atasan bukan bangsawan b Kramantara Bahasa kramantara adalah bahasa krama yang di dalam kalimatnya menggunakan kata atau tembung krama semua dan tidak dicampur dengan tembung krama inggil dalam Setiyanto, 2007: 41. Bahasa kramantara biasanya menjadi bahasa orang tua kepada orang yang lebih muda. Namun, pada masa sekarang bahasa kramantara sudah jarang digunakan karena orang tidak keberatan menggunakan basa mudha krama. c Wredha Krama Basa wredha krama hampir sama dengan kramantara. Yang membedakan antara basa wredha krama dengan kramantara terletak pada ater-ater di-, Panambang –e, Panambang –ake. Dimana pada bahasa wredha krama tidak berubah atau tetap. d Krama Inggil Bahasa krama inggil bahasa yang tingkatannya tinggi dalam ragam basa krama. Bahasa krama inggil biasa digunakan oleh priyayi cilik kepada priyayi gedhe. Orang muda kepada orang tua. Namun, di dalam masyarakat, basa krama inggil jarang terdengar, kecuali di lingkungan keraton. Basa krama inggil juga sering digunakan pada saat seseorang berdoa kepada Tuhan. 52 Penjelasan basa krama inggil menurut Setiyanto 2007 adalah sebagai berikut: Aku diubah menjadi kawula, dalem Kowe diubah menjadi panjenengan dalem, nandalem Ater-ater dak- diubah menjadi kawula Ater-ater ko- diubah menjadi panjenengan dalem Ater-ater di- diubah menjadi dipun Panambang –ku diubah menjadi kawula Panambang –mu diubah menjadi dalem Panambang –e diubah menjadi ipun Panambang –ake diubah menjadi aken e Krama Desa Menurut Setiyanto 2007: 45 bahasa krama desa adalah bahasa krama yang menggunakan tembung krama dicampur dengan tembung krama desa. Sedangkan menurut Soewarso 2010: 49, kramadesa digunakan oleh masyarakat desa yang masih buta sastra. Contoh kata krama desa: Kedhele Æ kedhangsul Kwali Æ kwangsul Jaran Æ kepel Kacang Æ kaos Wedi Æ wedos Dhuwit Æ yatra Wani Æ wantun

2.1.9.3.4 Ragam Basa Kedhaton