9.2. Impelementasi Model Perencanaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong
Pada tahap perencanaan, perlu didisain program bagi pengembangan produk dan pasar hasil analisis strategi dalam rekayasa model pengembangan agroindustri
sapi potong di Sumatera Barat. Perencanaan pengembangan harus berwawasan lingkungan yang kondusif dan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek-aspek
teknis, yaitu aspek permintaan dan potensi pasar, ketersediaan bahan baku, pemilihan lokasi usaha dan pemilihan jenis produk agroindustri yang akan dikembangkan serta
aspek perencanaan kapasitas produksinya. Pada Gambar 38 disajikan keseluruhan model perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat.
Gambar 38. Rancangan implementasi model perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat
9.2.1. Teknis Perencanaan Pengembangan Selain memperhatikan aspek-aspek teknis, disain program produk agroindustri
yang dikembangkan dilengkapi dengan mempertimbangkan aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan dalam model pemilihan sumber pembiayaan. Pada pelaksanaan
implementasi, program pengembangan agroindustri harus menjaga karakteristik sosial
Strategi Terpilih Strategi Prioritas
Rancangan Implementasi Model Perencanaan
Pembiayaan Pengembangan Produk
Kelayakan Pasar Pemilihan Produk
Perencanaan Kapasitas Produksi
Perencanaan Lokasi Resolusi Konflik
Pengembangan
Komitmen Stakeholders dan Kelayakan Ekonomi dan Finansial
Prioritas Resolusi Resolusi Konflik
Aspek Tenis Alternatif Sumber
Pembiayaan Sensor Agregasi
Pakar
budaya dan adat-istiadat setempat pada kawasan atau lokasi pengembangan, kejelasan kepastian status dan fungsi lahantanah untuk pengembangan usaha agar
tidak menimbulkan konflik dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, disain program untuk model prioritas resolusi dan model penyelesaian dari konflik resolusi konflik
dirancang berdasarkan kesepakatan antara pemilih hak ulayat dan pengguna dalam pemanfaatan lahanlokasi ulayat berdasarkan skala prioritas dalam model prioritas
resolusi. Disain program pengembangan produk dan pasar dalam rekayasa model
pengembangan agroindustri sapi potong di Sumatera Barat berdasarkan kepada permintaan dan potensi pasar hasil ternak sapi potong yang paling menguntungkan
untuk dikembangkan menjadi produk agroindustri. Ada 10 sepuluh jenis alternatif produk agroindustri sapi potong yang dipilih dalam disain model pemilihan produk,
lima diantara alternatif produk tersebut berbahan baku daging, seperti sosis, bakso, abon, dendeng kering, dan rendang. Daging merupakan hasil utama sapi potong yang
bernilai tinggi. Alternatif produk lain yang menjadi alternatif pengembangan, yaitu: kerupuk kulit, kulit lapis, kulit sol, tepung tulang, dan pupuk kandang.
Model kelayakan pasar didisain berdasarkan data permintaan dan data produksi dengan inisialisasi tahun 1993 sampai 2005. Prediksi dilakukan 20 tahun ke
depan menggunakan Stepwise Autoregressive Method Stepar terhadap variabel jumlah konsumen dan jumlah konsumsi produk mempunyai tingkat kesalahan paling
kecil. Metoda Stepar merupakan metoda terbaik dibandingkan beberapa model prediksi lain. Hasil analisa kelayakan pasar menunjukkan bahwa permintaan pasar
daging sapi di Sumatera Barat terus meningkat dan mempunyai potensi dikembangkan ke dalam berbagai produk olahannya. Berdasarkan penilaian urutan
peringkat hasil analisa menggunakan metoda perbandingan eksponensial MPE terhadap 9 sembilan kriteria, yakni potensi pasar, lokasi, bahan baku, sarana
produksi, aksesibilitas, dukungan pemerintah, gangguan dan pencemaran lingkungan, peralatan dan alat teknologi penunjang, dan sumberdaya manusia, diperoleh
dendeng kering sebagai produk peringkat pertama dikembangkan dalam rekayasa model.
Pemilihan lokasi pengembangan produk yang akan dihasilkan juga ditetapkan sebagai model pemilihan lokasi. Disain pemilihan lokasi dalam model pengembangan
agroindustri sapi potong menggunakan metoda faktor peringkat Factor-Rating Method. Ada 9 sembilan faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi, yaitu:
kondisi wilayah belakang hinterland, lokasi strategis, infrastruktur dan teknologi,
ketersediaan jaringan utilitas, masalah lingkungan sosial budaya, ketersediaan sumberdaya manusia, jaminan keamanan, pemasok bahan baku, dan kondisi iklim
dan topografi terhadap alternatif lokasi pilihan. Sedangkan beberapa nagari dalam kabupaten yang mempunyai kawasan peternakan sapi potong dijadikan alternatif
lokasi pengembangan agroindustri sapi potong. Kabupaten tersebut adalah: 1 Kabupaten Lima Puluh Kota, 2 Kabupaten Agam, 3 Kabupaten Sawahlunto
Sijunjung Dharmasraya, 4 Kabupaten Tanah Datar, 5 Kabupaten Solok, 6 Kabupaten Padang Pariaman, 7 Kabupaten Pesisir Selatan, dan 8 Kabupaten
Pasaman. Model perencanaan lokasi pengembangan agroindustri yang dipilih berdasarkan kepada urutan peringkat. Hasil analisis diperoleh lokasi pengembangan
yang memiliki skor terbobot dan peringkat tertinggi adalah Kabupaten Agam. 9.2.2. Pembiayaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong
Sumber pembiayaan pengembangan agroindustri sapi potong yang direkomendasi ada tiga 3 alternatif, yaitu perbankan konvensional, perbankan
syariah dan modal perantau dengan sistem “saduoan”. Analisis Fuzzy investmen model dengan kaidah logika fuzzy semi numerik digunakan dalam penentuan
perkiraan sumber pembiayaan dalam pengembangan agroindustri sapi potong. Hasil defuzzifikasi agregasi pakar terhadap alternatif sumber pembiayaan pengembangan
agroindustri sapi potong menunjukkan perbankan konvensional memiliki nilai tinggi dalam perkiraan sumber pembiayaan pengembangan agroindustri sapi potong di
Sumatera Barat. Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa akses terhadap perbankan konvensional rendah. Salah satu penyebabnya adalah masih tingginya bunga kredit
pinjaman modal investasi. Oleh karena itu, agar akses ke perbankan konvensional dapat ditingkatkan, disarankan untuk menurunkan tingkat suku bunga pinjaman
tambahan modal bagi usaha pengembangan agroindustri sapi potong.
9.3. Pemanfaatan Tanah Ulayat