Exponential Smoothing Method expo, 2. Stepwise Autoregressive Method

menggunakan program software Statistical Analysis System SAS, yakni The SAS System for Window v6.12. Beberapa metoda prediksi yang digunakan, yaitu: 1 Exponential Smoothing Method expo; 2 Stepwise Autoregressive Method Stepar; dan 3 Winters Exponentially Smoothed Trend-Seasonal Method winters. Diagram alir proses penentuan prediksi model kelayakan pasar secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14. Diagram alir model prediksi permintaan pasar dan ketersediaan produk B. Model Pemilihan Produk Agroindustri Sapi Potong. Model pemilihan produk agroindustri sapi potong dirancang menggunakan Metoda Perbandingan Eksponensial MPE berdasarkan penilaian kriteria dan alternatif produk yang telah direkomendasi, yaitu: 1 potensi pasar, 2 lokasi, 3 bahan baku, 4 sarana produksi, 5 aksesibilitas, 6 dukungan pemerintah, 7 gangguan dan pencemaran lingkungan, 8 peralatan dan alat teknologi penunjang, dan 10 sumberdaya manusia. Alternatif produk yang sesuai dikembangkan di Sumatera Barat, yaitu: 1 sosis, 2 abon, 3 bakso, 4 dendeng kering, 5 rendang, 6 kerupuk kulit, 7 kulit lapis, 8 kulit sol, 9 tepung tulang, dan 10 pupuk kandang. Diagram alir pemilihan produk agroindustri sapi potong yang akan dikembangkan secara rinci ditunjukkan pada Gambar 15. Perhitungan: • Model Permintaan Total = Jumlah Konsumen x Kebutuhan per kapita, • Model Ketersediaan Produk = Produksi produk – Permintaan Total Basis data: a. Jumlah konsumenpengguna b. Kebutuhan per kapita per tahun c. Produksi penyediaan produk Cetak Hasil Prediksi Periode yang akan datang Basis Data Permintaan Metoda Prediksi

1. Exponential Smoothing Method expo, 2. Stepwise Autoregressive Method

Stepar, 3. Winters Exponentially Smoothed Trend- Seasonal Method winters . Hitung Analisis Statistik MAE, MSE, R 2 Kesalahan Terkecil R 2 Terbesar? Metoda Prediksi yang Digunakan Metoda Prediksi Tidak Dipilih Tidak Ya Mulai Selesai Gambar 15. Diagram alir model pemilihan produk agroindustri sapi potong C. Model Perencanaan Lokasi Agroindustri Sapi Potong. Model perencanaan pemilihan lokasi pengembangan agroindustri sapi potong dirancang pada kawasan sentra peternakan sapi potong yang menjadi lumbung ternak nagari pada delapan kabupaten di Sumatera Barat Dinas Peternakan Propinsi Sumbar, 2002 sebagai alternatif lokasi pengembangan agroindustri sapi potong, yaitu Kabupaten Lima Puluh Kota, Agam, Sawahlunto Sijunjung Dharmasraya, Tanah Datar, Solok, Padang Pariaman, Pesisir Selatan dan Kabupaten Pasaman. Pemilihan lokasi ditentukan oleh rating tertinggi dari jumlah rata-rata skor terbobot dari semua faktor yang berpengaruh terhadap alternatif lokasi sebagai dasar pilihan. Diagram alir model perencanaan lokasi ditunjukkan pada Gambar 16. Gambar 16. Diagram alir model perencanaan lokasi pengembangan agroindustri sapi potong Menyusun semua alternatif keputusan Menentukan kriteria- kriteria keputusan Penilaian Alternatif dan Kriteria Nilai total atau skor alternatif setiap kriteria dihitung dengan MPE: ∑ = = m 1 j TKKj RKij TN1 nilai Total Urutan prioritas keputusan pada skor masing-masing alternatif Prioritas keputusan Penentuan alternatif pilihan lokasi pengembangan agroindustri Penentuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap alterntif lokasi Menilai peringkat faktor-faktor dengan membuat urutan berdasarkan urutan tingkat kepentingan: Urutan tertinggi adalah 1, kemudian 2, dan seterusnya Menilai skala faktor faktor yang mempengaruhi lokasi pengembangan agroindustri. Skala 1 sangat rendah sampai dengan nomor 5 sangat tinggi Penghitungan bobot dengan membagi kebalikan urutan dengan total jumlah urutan Menghitung skor terbobot dengan mengalikan bobot dengan skala masing-masing kriteria lokasi Menjumlahkan skor terbobot masing-masing alternatif lokasi Lokasi terpilih dengan jumlah skor tertinggi Mulai Selesai Mulai Selesai Model perencanaan pemilihan lokasi menggunakan metoda Faktor Peringkat Factor-Rating Method. Kriteria yang diidentifikasi sebagai faktor yang berpengaruh pada pemilihan lokasi pengembangan agroindustri sapi potong adalah 1 kondisi wilayah belakang hinterland, 2 lokasi strategis, 3 infrastruktur dan teknologi, 4 ketersediaan jaringan utilitas, 5 masalah lingkungan sosial, 6 ketersediaan sumber daya manusia, 7 jaminan keamanan, 8 pemasok bahan baku, dan 9 kondisi iklim dan topografi. D. Perencanaan Kapasitas Produksi. Model perencanaan kapasitas produksi menggunakan metoda Break Event Point BEP. Perencanaan kapasitas yang digunakan adalah jumlah output produk yang dihasilkan perusahaan tidak mengalami kerugian di atas kapasitas BEP berdasarkan asumsi biaya variabel per unit, biaya tetap per tahun dan harga jual per unit. Diagram alir perencanaan kapasitas produksi disajikan pada Gambar 17. Gambar 17. Diagram alir model perencanaan kapasitas produksi E. Model Pembiayaan Pengembangan Agroindustri Sapi Potong. Model pembiayaan pengembangan agroindustri sapi potong dirancang berdasarkan penilaian pakar terhadap tiga 3 alternatif sumber pembiayaan, yaitu 1 perbankan konvensional, b perbankan syariah, dan c pola bagi hasil “saduoan” menggunakan metoda Fuzzy Investmen Model. Metoda Fuzzy Investmen Model yang digunakan adalah metoda Fuzzy semi numeric. Data-data Produksi: • Data Harga Jual Produk P per unit • Data Variabel cost Vc per unit • Data Fixed cost Fc per tahun Hitung Kuantitas atau Kapasitas Produksi untuk Mencapai Titik Impas: Vc P Fc Q − = Kapasitas Produksi yang Digunakan Penghasilan total sama dengan biaya total? P x Q = Fc + Q x Vc Kapasitas Tidak Dipilih Ya Tidak Mulai Selesai Gunakan kapasitas produksi BEP dan asumsi perubahan kapasitas di atas BEP Penilaian terhadap alternatif sumber pembiayaan menggunakan preferensi fuzzy multi person, dibagi kedalam lima 5 label linguistik, yaitu: Sangat Tinggi ST, Tinggi T, Sedang S, Rendah R, Sangat Rendah SR. Tahapan dalam merumuskan model sumber pembiayaan agroindustri secara rinci ditunjukkan pada Gambar 18. Gambar 18. Diagram alir model pembiayaan pengembangan agroindustri sapi potong F. Model Resolusi Konflik Stakeholders Resolusi konflik dibangun dalam dua model, yaitu model prioritas resolusi konflik dan model resolusi konflik melalui stakeholders dialogue. Model prioritas resolusi konflik merupakan model yang menghasilkan prioritas untuk penyelesaian resolusi konflik yang dapat disebabkan dari pengembangan agroindustri di Sumatera Barat yang masih kuat memegang teguh adat istiadat. 1. Prioritas Resolusi Konflik Penggunaan aset tanah atau lahan ulayat untuk tujuan komersil, baik yang dilakukan antara masyarakat maupun oleh pihak lain di Sumatera Barat perlu kejelasan sesuai prinsip adat atau dengan alternatif penyelesaian yang lain, seperti “adat diisi limbago dituang” yaitu adanya kejelasan pembagian hak dan kewajiban. Penilaian relatif pentingnya suatu komponen resolusi konflik terhadap komponen resolusi lainnya secara rinci ditunjukkan pada Gambar 19. Mulai Penentuan Bobot Masing-masing Kriteria Jumlah Alternatif Jumlah Kriteria Jumlah Skala Label Penilaian Jumlah Pakar Menilai Peringkat Faktor yang Mempengaruhi Objek Berdasarkan Urutan Tingkat Kepentingan Menilai skala faktor-faktor yang mempengaruhi objek dengan membubuhkan nomor 1 sangat rendah sampai dengan nomor 5 sangat tinggi. Penentuan Rata-rata Terbobot Fuzzy Computation dengan mencari sensor agregasi pakarresponden. Pengembalian bilangan fuzzy ke ekspresi natural digunakan dengan Centre of Grafity CoG Defuzzification Selesai Nilai Tingkat Pembiayaan Pengembangan Agroindustri Gambar 19. Diagram alir model prioritas resolusi konflik Penyelesaian resolusi konflik yang digunakan disesuaikan dengan prioritas resolusi yang dihasilkan untuk disepakati. Pendapat pakar dapat digunakan untuk menentukan prioritas resolusi. Pendekatan Fuzzy-AHP digunakan dalam memprioritaskan resolusi konflik yang terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan hirarki yang telah dirancang, yaitu: fokus, faktor penentu, pelakuaktor, dan resolusi atau penyelesaiannya. 2. Resolusi Konflik. Model resolusi konflik stakeholders dialogue dirancang untuk mendapatkan nilai kesepakatan bersama dari pihak yang berperkara. Nilai kesepakatan yang diperoleh menggunakan besaran nilai lahantanah pemilik hak ulayat yang digunakan pengelola investor sebagai keikutsertaan modal investasi pemilik hak selama industri berjalan. Tahapan model resolusi konflik stakeholders disajikan pada Gambar 20. Mulai Susunan Hirarki Penilaian Berpasangan untuk Setiap Elemen dengan kaidah preferensi fuzzy Matriks Pairwise Comparison Perhitungan Eigen Vector pada Setiap Hirarki Penentuan Lokal Prioritas Perhitungan Indeks Konsistensi CI Perhitungan Rasio Konsistensi CR Konsisten ? Penyusunan Matriks Gabungan Perhitungan Indeks Konsisten Gabungan dan Rasio Konsistensi Gabungan Konsisten ? Pengolahan Vertikal Prioritas Resolusi Konflik Selesai Ya Ya Tidak Tidak Gambar 20. Diagram alir model resolusi konflik stakeholders G. Penilaian Komitmen stakeholders Metoda Fuzzy Multi-Expert Multi-Criteria Decision Making ME-MCDM merupakan metoda analisis non numerik digunakan untuk menilai komitmen dalam mengembangkan peternakan sapi potong di Sumatera Barat. Identifikasi alternatif penilaian, yaitu: 1 mengembangkan kawasan sentra produksi peternakan lumbung ternak, 2 mengembangkan unit usaha kecil, 3 melayani kebutuhan sarana semen beku dan vaksin dan sumber daya manusia SDM, dan 4 penyerahan kewenangan ke kabupaten dan kota dalam rangka mempercepat pembangunan peternakan. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam melakukan penilaian komitmen adalah: 1 kawasan terdiri dari 60 KK peternak, 2 sosial budaya masyarakat terhadap penguasaan teknologi dan pasar, 3 Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, 4 kepemilikan sapi, 5 pengusahaan ternak secara intensif, 6 akses terhadap permodalan, 7 akses kepada pasar, 8 perizinan investasi dan usaha, 9 pengaturan pemasok dan kebutuhan pangan dan sanitasi bahan asal hewan, 10 pengaturan Mulai Identifikasi Kepentingan Investor, Pengusaha Swasta investor, dan Masyarakat sekitar Kawasan Pemegang Hak Ulayat. Perbedaan Kepentingan Pengusaha Swasta Investor dan Masyarakat Sekitar Kawasan atas Kepemilikan Lahan Dialogue: Kesepakatan Menerima Keputusan Prioritas. Proses Iterasi Kompromi Nilai Keputusan Prioritas atas penggunaan Lahan untuk Agroindustri Sapi Potong Berdasarkan kompromi. Nilai Pembagian Keuntungan yang Diterima Pemegang Otoritas Aset Adat tanah Ulayat: Persentase nilai kesepakatan x Nilai Keuntungan yang diperoleh industri Nilai Anggaran yang perlu Dialokasikan Agroindustri Sapi Potong industri Selesai kemitraan dengan swasta swasta dan peternak, 11 p emberantasan penyakit hewan menular, 12 pemeliharaan aset peternakan di daerah, 13 pemusnahan bahan asal ternak yang masuk secara illegal. Diagram alir penilaian kriteria-kriteria terhadap alternatif dalam menilai komitmen pengembangan peternakan sapi potong secara rinci ditunjukkan pada Gambar 21. Gambar 21. Diagram alir model penilaian komitmen stakeholders H. Kelayakan Ekonomi dan Finansial Perancangan implementasi model perencanaan dilakukan sebelum suatu program atau kegiatan dilaksanakan dengan penekanan pada kelayakan ekonomis dan kelayakan finansial. Menurut Nitisemito dan Burhan 1995, evaluasi dari suatu gagasan model dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan suatu gagasan dapat diteruskan diterima atau ditolak diteruskan. Kelayakan ekonomi dalam perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong dianalisa menggunakan Metoda Fuzzy Multi-Expert Multi-Criteria Decision Making ME-MCDM terhadap aspek ekonomis, yaitu: 1 manfaat benefits, terdiri atas: a manfaat langsung direct benefits, b manfaat tidak langsung indirect benefits, dan c manfaat tidak kentara intangible benefits, dan 2 biaya tidak langsung indirect costs. Kriteria penilaian dalam evaluasi kelayakan investasi finansial pembangunan agroindustri sapi potong yang digunakan adalah Net Present Mulai Jumlah Alternatif Jumlah Kriteria Jumlah Skala Label Penilaian Jumlah Pakar Penilaian Para Pakar Terhadap Alternatif dan Kriteria Perhitungan Negasi Skala Penilaian Neg W k = W q-k+1 Pengolahan Alterbatif Berdasarkan IPE dengan Kaidah Fuzzy ME-MCDM Perhitungan Iterasi dari Kriteria: V ij = min [Neg W ak v V ij a k ] Penentuan Bobot Faktor Nilai W Q k = Int [ 1 + k q-1r] Penentuan Nilai Gabungan Vi = fV j = Max [ Q j Λ b j ] Hasil Akhir Keputusan Alternatif Pembiayaan Pengembangan Agroindustri Selesai Value NPV, Profitability Index PI, Internal Rate Return IRR, Net Benefit Ratio Net BC, Payback Period PBP. Tahapan model kelayakan ekonomi dan finansial ditunjukkan pada Gambar 22. Ya Gambar 22. Diagram alir model kelayakan ekonomi dan kelayakan finansial 6.3.3. Evaluasi Model Perencanaan Tahap perancangan evaluasi model perencanaan merupakan tahapan terakhir dalam rekayasa model perencanaan. Model evaluasi perencanaan menggunakan metoda Fuzzy dengan kaidah IF THEN Rule di dalam sistem manajemen basis pengetahuan knowledge base management system, KBMS. Evaluasi model perencanaan secara rinci disajikan pada Gambar 23. Mulai • Identifikasi kriteria-kriteria kelayakan ekonomi manfaat dan biaya • Kebutuhan Pasar, Jumlah dalam kapasitas produksi • Biaya Tetap : Tenaga kerja, Penyusutan, perbaikan dan pemeliharaan investasi lainnya. • Biaya Variabel: Bahan baku dan tambahan dan biaya variabel lainnya. • Penilaian pakar terhadap kelayakan ekonomi menggunakan kaedah dan pendekatan metoda Fuzzy • Skenario Model Kelayakan Kerjasama pembagian saham Agroindustri dengan Pemilik hak ulayat • Skenario Model Kelayakan proyek, Waktu Pengembalian Kredit, Umur Proyek, Harga Produk. Evaluasi Perencanaan Evaluasi Kelayakan Kelayakan Ekonomis Kualitatif dan Kuantitatif Manfaat: Biaya: 1. Langsung 1. Langsung 2. Tidak Langsung 2. Tidak Langsung 3. Tidak Kentara Kelayakan Finansial Hitung : NPV, PI, IRR, Net BC, PBP, Cash Flow, BEP, Analisis Sensitivitas Layak? Perhitungan agregasi Kelayakan Ekonomis Analisa Kelayakan Investasi Pengembangan Agroindustri Sapi Potong Layak Selesai TolakPerbaiki Gambar 23. Diagram alir evaluasi model perencanaan pengembangan agroindustri sapi potong KBMS merupakan akuisisi pendapat pakar ke dalam sistem pakar. Penilaian pakar merupakan acuan dalam evaluasi dari model perencanaan yang telah dihasilkan. Hasil keputusan evaluasi merupakan keputusan setelah dilakukan verifikasi dan validasi terhadap model yang telah dirancang. Keputusan akan memberikan gambaran apakah model yang telah dirancang sesuai dengan yang di harapandiinginkan atau perlu dilakukan perbaikan. Model KBMS terdiri dari 1 input parameter, merupakan hasil analisis model perencanaan yang dijadikan sebagai masukan model dalam parameter yang akan dievaluasi, 2 deskripsi keputusan evaluasi, 3 masukaninput aturan rule base model yang menghasilkan rule base model, 4 aturan rule base, dan 5 sistem dialog lembar konsultasi.

6.4. Sistem Manajemen Basis Pengetahuan