Model Perencanaan Pengembangan Industri

2.3. Model Perencanaan Pengembangan Industri

Perencanaan secara umum menurut Kunarjo 2002 adalah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian sasaran tertentu. Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar domestik hasil ternak sapi potong perlu dilakukan perencanaan dalam penyiapan keputusan pengembangan agroindustri untuk masa yang akan datang, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor Gumbira-Sa’id, 2000. Beberapa model perencanaan dan kelayakan pengembangan industri atau agroindustri secara agregat yang diidentifikasi, dikelompokkan ke dalam berbagai aspek, yaitu: 1 seleksi produk yang akan dikembangkan sesuai dengan permintaan pasar, 2 aspek pasar, 3 aspek teknis, yaitu penentuan lokasi, kapasitas produksi, dan perencanaan bahan baku, dan 4 aspek keuangan. Selain masalah teknis adalah kondisi pasar, pasokan bahan baku, biaya investasi, pertimbangan sisi kelayakan lingkungan dan sosial serta aspek lainnya seharusnya sudah ada, yaitu aspek legalitasizin usaha, aspek tenaga kerja atau sumber daya manusia dan manajemen, aspek kelayakan ekonomis dan investasi, aspek pembiayaan serta dapat dilengkapi dengan penyelesaian resolusi konflik Dekopin, 1999; Saragih, 2000; Sutojo, 2002; Yusdja dan Iqbal, 2002; Haming dan Basalamah, 2003; Umar, 2003; Unido, 1978; Clifton dan Fyffe, 1977; Austin, 1981; FAO, 1972; Husnan dan Suwarsono, 2000; Balai Penelitian Pengembangan Pertanian, 2002 dan Sulistyadi, 2005. Kelayakan ekonomis dikaji untuk mendapatkan manfaat dan biaya terhadap perekonomian secara keseluruhannya. Manfaat benefits diklasifikasikan ke dalam direct benefits manfaat langsung, indirect benefits manfaat tidak langsung, dan intangible benefits manfaat tidak kentara. Manfaat langsung, seperti kenaikan nilai hasil produksi dengan meningkatnya jumlah produksi atau meningkatnya mutu produk atau terjadinya penurunan biaya. Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang ditimbulkan secara tidak langsung yang merupakan multiplier effects dari pembangunan agroindustri, sedangkan manfaat tidak kentara adalah manfaat yang sukar diukur dengan uang, misalnya manfaat dalam perbaikan lingkungan hidup, berkurangnya pengangguran, peningkatan ketahanan nasional, sedangkan biaya diklasifikasikan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan semua pengeluaran langsung untuk keperluan pengembangan pembangunan agroindustri, seperti biaya investasi, biaya operasi, dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak kentara, seperti terjadinya polusi udara, bising, dan perubahan nilai-nilai norma dalam masyarakat dalam pembangunan agroindustri Nitisemito dan Burhan, 1995. Aspek kelayakan keuangan finansial meliputi sumber dan kebutuhan dana investasi, aliran kas, nilai bersih saat ini Net Present Value yang merupakan selisih antara capital inflow yang didiskonto pada tingkat bunga minimum atau pada tingkat cost of capital perusahaan dikurangi dengan nilai investasi. Tingkat pengembalian modal Internal Rate Return-IRR merupakan tingkat suku bunga yang akan disamakan terhadap present value cash inflow dengan jumlah investasi dari pembangunan yang sedang dinilai. Tahun kembali modal Pay Back Period-PBP merupakan penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan initial investmen dari pembangunan agroindustri berdasarkan penggunaan cash inflow, dan nisbah biaya dan manfaat Benefit Cost Ratio Gray et al. 1992; Haming dan Basalamah, 2003; Simarmata, 1984 dan Sutojo, 2002.

2.4. Evaluasi Model Perencanaan