VII. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL
7.1. Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mengaktifkan sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model dan sistem manajemen basis
pengetahuan yang berinteraksi dengan sistem dialog. Hasil keluaran berupa data atau informasi dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dari
sistem penunjang keputusan SPK AGRIBEST. 7.2. Identifikasi Model Pengembangan Agroindustri
Pembangunan peternakan sapi potong di Sumatera Barat selama ini belum mampu meningkatkan perkembangan industri hilir agroindustri sapi potong dan
belum memenuhi harapan keinginan berbagai pihak yang berkepentingan. Peternak sapi belum mengusahakan ternak sapi potong sebagai usaha utama, terbatasnya
akses permodalan untuk menambah jumlah ternak dan seringkali peternak berada pada posisi yang lemah dalam hal pemasaran sapi. Pengembangan wilayah atau
daerah masih diperuntukkan sebagai pengembangan komoditi ternak sapi, baik untuk pembibitan atau penggemukkan. Belum berkembangnya agroindustri sapi potong
sebagai penggerak dan mempercepat pembangunan peternakan dan perekonomian masyarakat dalam suatu wilayahdaerah memerlukan komitmen dari seluruh
stakeholder dalam mengembangkan agroindustri sapi potong terutama pihak pemerintah, pengusaha dan masyarakat di kawasan serta mamberikan solusi
penyelesaian konflik yang mungkin terjadi dalam pengembangan agroindustri sapi potong.
Perencanaan pembangunan suatu agroindustri menurut Yusdja dan Iqbal 2002 dalam suatu kebijaksanaan paling tidak mempunyai dua simpul utama, yaitu 1
agroindustri tersebut mampu menggerakkan pembangunan masyarakat di wilayah produksi pertanian, dan 2 mampu mendorong pertumbuhan suplai hasil-hasil
pertanian untuk kebutuhan agroindustri. Perencanaan pembangunan agroindustri minimal harus mempertimbangkan kelayakan dari sisi teknis, biaya investasi,
kelayakan dari sisi ekonomi, kondisi pasar dan pasokan bahan baku serta kelayakan lingkungan fisik dan pertimbangan sosial budaya.
Pembangunan agroindustri sapi potong terlebih dahulu dimulai dengan menentukan pola perencanaan pembangunan agroindustri yang sesuai dengan
kondisi wilayahdaerah setempat dengan mengidentifikasi model dan elemen
penyusunnya. Berdasarkan identifikasi beberapa model perencanaan pengembangan industriagroindustri dari hasil studi literatur dan perbandingannya dengan model
perencanaan pengembangan agroindustri yang dibangun, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komparasi beberapa model perencanaan pengembangan industriagroindustri.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
No.
Diskripsi Aspek Model Perencanaan
F A
O C
L F
U N
D A
U S
G T
G N
T S
B R
W D
K P
H S
N S
T Y
B P
P H
M G
U M
R S
L D
A S
P
I Strategi Perencanaan :
1. Evaluasi Faktor
Lingkungan
√
2. Posisi dan Alternatif Strategi
√ √
3. Strategi Prioritas
√ √
II Teknis Perencanaan :
1. Izin Usaha
√ √
√ √
+
2. Pasar √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
3. KapasitasBahan baku
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
4. Tenaga kerjaSDM
√ √
√ √
√ √
√ +
5. Lokasi √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
6. Pengembangan produk
TeknikTeknologi √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
7. Lingkungan √
√ √
√ √
+
8. Manajemen √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ +
Pembiayaan :
9. Sumber Pembiayaan
√ √
√ √
√ √
Resolusi Konflik :
10. Prioritas Resolusi
√
11. Penyelesaian Konflik
√ √
Komitmen dan Kelayakan
12. Komitmen Stakeholder
√
13. DampakKelayakan
Ekonomi
√
14. Kelayakan Finansial
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ III
Evaluasi Model Perencanaan
1. Parameter Penilaian
√
2. Rule Base Aturan
√
3. Penilaian konsultasi
√
4 Deskripsi Keputusan
√
Keterangan: FAO -
Food and Agricultures HSN - Husnan dan Suwarsono, 2000
Organization, 1972 STY
- Sutojo, 2002 CLF
- Clifton and Fyffe, 1977 BPP
- Balai Penelitian Pengembangan Pertanian, 2002 UND
- UNIDO, 1978 HMG
- Haming dan Basalamah, 2003 AUS
- Austin, 1981 UMR
- Umar, 2003 GTG
- Gittinger, 1982 SLD
- Sulistyadi, 2005 NTS
- Nitisemito dan Burhan, 1990 ASP
- Agroindustri Sapi Potong
BRW - Brown
et.al., 1994 √
- Kajian yang dibahas DKP
- Dekopin, 1999 +
- Persyaratan yang seharusnya sudah ada
Memperhatikan Tabel 1, terlihat jelas bahwa dalam perencanaan pengembangan industri selama ini lebih menekankan secara teoritis kepada
kelayakan finansial dalam prospektif kepentingan investor, tidak melihat kelangsungan dari pembangunan industri, manfaat dan biaya terhadap perekonomian dan
pertimbangan aspek sosial budaya serta evaluasi model sebagai umpan balik dalam perencanaan yang dibangun. Akibatnya dalam pelaksanaan terjadi kendala-kendala,
seperti tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena terjadi penyimpangan dan model atau program tidak dapat terlaksana, sehingga tidak tercapai sasaran yang
diinginkan dari perencanaan yang dibangun. Di lain pihak Nitisemito dan Burhan 1995 dan Yusdja dan Iqbal 2002 menyatakan bahwa suatu proses pengambilan
keputusan untuk dapat diteruskan atau tidak, di samping penekanan kelayakan finansial juga dapat dari sisi kelayakan ekonomi dan mempertimbangkan sosial
budaya setempat dalam perencanaan pengembangan agroindustri. Untuk mengurangi terjadinya penyimpangan dari sasaran, pada penelitian ini dirancang evaluasi model
perencanaan pada pengembangan agroindustri sapi potong, sehingga dapat mengakomodasikan kepentingan berbagai pihak.
Model perencanaan dan evaluasi perencanaan pada pengembangan agroindustri sapi potong yang dibangun agar memenuhi keinginan berbagai pihak,
perlu merancang faktor penting dalam menentukan kriteria setiap elemen model perencanaan pengembangan. Model perencanaan dimulai dengan menganalisa faktor
eksternal dan faktor internal lingkungan pengembangan usaha sapi potong, merumuskan strategi dan merancang perencanaan dari aspek teknis, pembiayaan,
dan resolusipenyelesaian konflik serta melakukan kelayakan dan evaluasi terhadap perencanaan dalam model pengembangan agroindustri sapi potong.
7.3. Strategi Pengembangan Agroindustri Sapi Potong