2. 3 Akses Masyarakat terhadap Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Ribot Pelusso 2003 menyatakan akses berbeda dengan properti dalam banyak hal. Akses adalah kemampuan ability untuk mendapatkan manfaat dari
sesuatu – termasuk materi, orang, institusi, dan simbol -- merupakan perluasan dari definisi klasik properti property sebagai hak untuk mendapat keuntungan
dari sesuatu. Dalam konteks ini, maka akses berkaitan dengan bundle of power daripada sebagai gagasan properti bundle of rights. Dengan memfokuskan
pada hal kemampuan, ketimbang dalam hal hak dalam teori properti, formulasi ini memberi cakupan yang lebih luas dalam hubungan sosial yang dapat mendesak
atau memungkinkan orang untuk memanfaatkan sumberdaya tanpa memfokuskan dalam hubungan properti
12
Analisis akses menurut Ribot Pelusso 2003 dapat membantu memahami mengapa beberapa orang atau institusi memperoleh manfaat dari
sumberdaya, apakah mereka mempunyai hak right atau tidak untuk menggunakannya. Hal inilah yang merupakan perbedaan penting antara analisis
akses dan properti. Studi tentang akses berkaitan dengan pemahaman bermacam cara orang untuk mendapatkan manfaat dari sumber daya termasuk hubungan
properti. Fokusing pada sumberdaya alam, memungkinkan diselidikinya jarak kekuasaan yang mempengaruhi kemampuan orang untuk mengambil manfaat
. MacPherson 1978 mengkarakteristikkan properti sebagai ”... hak dalam
pengertian sebagai klaim yang dapat dilaksanakan enforceable claim untuk menggunakan atau mendapatkan manfaat dari sesuatu. Enforceable claim adalah
sesuatu yang telah dikenal dan didukung oleh lingkungan masyarakat society melalui hukum, kebiasaan, atau konvensi. Properti dan akses berkaitan dengan
hubungan diantara orang dalam hal mendapatkan manfaat atau nilai. Konsep akses bertujuan untuk memfasilitasi analisis dasar terhadap siapa
yang sebenarnya memperoleh manfaat dari sesuatu dan melalui proses apa mereka dapat melakukannya. Akses secara empiris”...fokus terhadap isu siapa yang
menggunakan dan siapa yang tidak apa, dengan cara apa, dan kapan dalam hal apa”? Neale 1998. Menggunakan dapat berarti kesenangan terhadap semacam
manfaat atau urutan manfaat Hunt 1998.
12
Properti dapat menimbulkan semacam klaim atau hak right pengakuan dan dukungan sosial socially acknowledged and supported, baik pengakuan oleh hukum positif, kebiasaan, atau konvensi Ribot dan Pelusso , 2003.
benefit dari sesuatu dari sumberdaya. Kekuasaan ini merupakan rangkaian material, kultural dan politik ekonomi di dalam bundle dan jaring kekuasaan yang
membentuk akses sumber daya resource acces. Lebih lanjut, Ribot Peluso 2003 menyatakan bahwa analisis akses
dipergunakan untuk mengidentifikasi konstelasi dari arti, hubungan, dan proses yang memungkinkan bermacam-macam aktor untuk memanfaatkan sumberdaya
. Hal ini akan lebih memungkinkan untuk melakukan pemetaan secara empiris
proses dinamis dan hubungan dari akses itu. Analisis akses meliputi; 1 identifikasi dan pemetaan aliran keuntungan dari suatu kepentingan tertentu; 2
identifikasi mekanisme-mekanisme akses dimana para pelaku yang berbeda terlibat dalam memperoleh, mengontrol, dan mempertahankan aliran manfaat
benefit dan distribusinya; dan 3 analisis dari hubungan kekuasaan yang mendasari mekanisme akses yang melibatkan kejadian dimana manfaat itu
diperoleh.
Perbedaan penting antara akses dan properti terletak pada perbedaan antara kemampuan ability dan hak right. Kemampuan berkaitan dengan kekuasaan
power yang dapat didefinisikan dalam dua pengertian; Pertama: sebagai kapasitas para pelaku untuk mempengaruhi praktik dan ide dari orang lain Weber
1978; Lukes 1986 dan, Kedua:
kekuasaan dilihat sebagai kemunculanpembuktian emergent dari rakyat Ribot Peluso 2003.
Ghai 1994 penganut mazhab eko-populis menyatakan bahwa konservasi dan pembangunan berkelanjutan hanya akan berhasil pada suatu skala tertentu jika
memperhatikan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi rakyat dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor-faktor itu mencakup akses pada lapangan kerja dan
sumberdaya penting seperti tanah, air pengairan, kredit dan pangan. Selain itu adalah sistem-sistem harta milik, masalah gender, akses perempuan terhadap
modal, tenaga kerja, waktu, masalah pemberdayaan, tingkat kontrol rakyat terhadap SDAL dan proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi
pengelolaan SDAL. Dalam praktiknya, akses masyarakat atas SDAL mencakup dua hal, yakni;
1 akses kontrol control access, dan; 2 akses pemeliharaan maintenance access Ribot Peluso 2003. Akses kontrol adalah kemampuan untuk
menengahi akses lain. Kontrol ”.... menunjukkan mengecek dan mengarahkan aksi, fungsi atau kekuatan untuk mengarahkan dan mengatur aksi bebas free
action Rangan 1997. Pemeliharaan maintenance pada akses membutuhkan pengerahan sumber daya atau kekuasaan untuk menjaga agar sumber daya akses
yang demikian itu terbuka Berry 1993. Di antara maintenance dan control saling melengkapi. Keduanya terdapat
hubungan diantara para pelaku dalam kaitannya dengan pemberian sumber daya resource, manajemen, atau penggunaannya. Di saat yang sama, arti dan nilai
dari sumber daya seringkali diperebutkan oleh pihak yang mengontrol dan pihak yang mempertahankan akses. Ide daripada properti yang tersusun dari hak rights
dan kewajiban duties dapat dilihat sebagai perbedaan yang paralel dimana klaim suatu hak adalah pengertian akses kontrol sementara pelaksanaan kewajiban
merupakan bentuk dari akses pemeliharaan maintenance yang bertujuan untuk mempertahankan hak tersebut Hunt 1998.
2. 4 Hak-hak Masyarakat dalam Pengelolaan SDA-L
Hak atas tanah dan sumberdaya alam budle of rights menurut Bruce 1993 merupakan relasi sosial terkait dengan kepemilikan atau penguasaan atas
suatu objek atau benda “tenure dan property” yang dalam konteks sekarang diartikan sebagai hak atas tanah dan sumberdaya alam budle of rights.
Pengertian tenurial dapat dipahami sebagai hubungan relasi, baik berdasarkan kesepakatan atau kebiasaan yang dipraktikan dalam suatu kelompok masyarakat
atas SDAL. Dietz 1998 menyatakan bahwa bentang alam dan cadangan SDA-L
dalam suatu kawasan adalah gelanggang politik yang diperebutkan. Berkaitan dengan beragam SDA-L, maka pengakuan hak mencakup tiga hal; 1 hak atas
sumberdaya sendiri, 2 hak untuk memanfaatkannya, dan 3 hak untuk ikut serta dalam proses pembuatan keputusan-keputusan pengelolaannya.
Hubungan tenurial atas SDA-L adalah sebuah institusi sosial yang dibuat oleh sekelompok masyarakat untuk mengatur tingkah-lakunya. Aturan-aturan
tersebut menentukan bagaimana hak-hak atas tanah dapat dialokasi dalam masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah akses untuk hak memanfaatkan,
mengontrol dan mengalihkan tanah atau SDAL lainnya, yang mencakup tanggung-jawab dan larangan FAO 2002.
Sistem tenurial atas tanah dan SDA-L dapat dikalsifikasi menjadi 4 empat kategori umum kepemilikan, yakni; 1 kepemilikan privat, artinya hak
diberikan kepada suatu badan privat yang dapat terdiri dari seseorang, kelompok, lembaga swasta ataupun lembaga nirlaba, 2 kepemilikan komunal, artinya
dimiliki secara komunal dan hanya dapat dimanfaatkan anggota dari masyarakat itu, 3 open access siapa saja dapat memanfaatkan SDAL tersebut, dan 4
kepemilikan publik atau negara adalah hak yang diklaim oleh negara yang tanggung-jawab kepengurusannya diserahkan kepada satu sektor tertentu dalam
pemerintah FAO 2002. Hak pemilikan atas sumberdaya alam menurut Lynch 1995 terdiri dari;
1 hak menggunakan secara langsung, 2 hak memperoleh keuntungan ekonomi secara tidak langsung, 3 hak untuk mengontrol, 4 hak memindah-tangankan`
5 hak residual atau mewariskan, dan 6 hak simbolik. Kondisi kepemilikan atas SDA-L di sejumlah kawasan di Indonesia kebanyakan berada dalam kondisi
ketidak pastian tenurial insecurity. Kondisi ini dijelaskan oleh Ellsworth 2004 melalui 4 empat aliran pemikiran utama, yakni;
1. Aliran hak-hak property Property Rights yang memberikan hak-hak kepemilikan properti melalui sertifikasi atas SDAL tanah secara individu dan privat yang dapat
diperdagangkan secara bebas; 2. Aliran ketimpangan struktur agraria Agrarian Structure Traditions, memandang
bahwa ketimpangan terjadi karena adanya perdagangan aset. Sertifikasi individual atas aset SDAL tidaklah secara otomatis meningkatkan efisiensi dan menguntungkan
masyarakat petani. Dalam hal ini harus ada political will dari pemerintah untuk melindungi masyarakat miskin melalui strategi land reform;
3. Aliran advokasi hak property masyarakat adat Common Property Advocates atau Common Property Shcool, memandang pentingnya pengakuan dan dukungan politik
bagi hak-hak atas SDAL yang secara turun temurun hak ulayat yang dimiliki oleh masyarakat adat, dan;
4. Aliran institusionalis Institutionalist berangkat dari pengaruh makro politik ekonomi terhadap rezim-rezim properti yang ada, yang selanjutnya akan menentukan kepastian
hukum hak atas suatu properti. Aliran Institusinalis memandang bahwa tidak ada satu pun rezim kepemilikan properti yang benar-benar ideal. Kekuasaan politik dan
keadilan distribusi SDAL jauh lebih penting dan lebih menentukan siapa yang dapat memperoleh kepastian hukum tenurial dan siapa yang tidak.
Schlager Ostrom 1992 menyatakan bahwa untuk di negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin, hak-hak atas SDAL dapat diklasifikasi menjadi 5