Kec. Pasanggaran Tingkat pendidikan

Dinamika politik global 16 , nasional dan lokal yang dicengkram oleh hegemoni kapitalisme global atau neoliberalisme; globalisasi atau globalisme kehidupan sosial yang diproduksi oleh imperialisme dan neo-imperialisme menurut pandangan Giddens 1989 berdampak pada dinamika dan pola hubungan antara pemerintah negara-negara maju dengan pemerintah di negara- negara dunia ke-3, antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan juga antara negara pemerintah dengan kelompok-kelompok masyarakat pada tingkat nasional dan lokal 17 . Pengaruh dinamika politik global terbukti telah, sedang dan akan tetap mengintervensi kebijakan politik suatu negara --termasuk kebijakan politik lingkungan, kehutanan Combatting deforstration; Forest principles dan konservasi 18 16 Dampak dinamika politik global menyebabkan soliditas solidity kotak hitam Eastonian yang mendefinisikan sistem politik secara terbatas dalam konteks domestik tidak dapat dipertahankan lagi. Batas-batas sistem politik akan makin kabur dan tidak lagi mampu menahan pengaruh dan tekanan dari luar Parsons, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Penterjemah: Tri Wibowo Budi Santoso, Dari Edisi Asli: Public Policy: An Introduction to the Theory and Practice of Policy Analysis. Kencana, Jakarta 17 Pertemuan di Stockholm Swedia tahun 1972, KTT Bumi di Rio de Janeiro Brazil tahun 1992 dan KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg Afrika Selatan tahun 2002 merupakan bentuk nyata dari intervensi dunia terhadap kebijakan politik pembangunan suatu negara. Setelah pertemuan Rio de Janeiro, PBB membentuk Commission on Sustainable Development CSD. Hutan dan Konservasi menjadi salah satu fokus penting CSD, yang tetuang dalam Bab 11 Agenda 21: Combatting Deforestration dan suplemen tentang: Forest Principles Deplu RI 2002. Deklarasi Johannesburg Mengenai Pembangunan Berkelanjutan dan Rencana Pelaksanaan KTT Pembangunan Berkelanjutan Kerja-sama UNDP dan Direktorat Jenderal Multilateral Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Departemen Luar Negeri. Jakarta. 18 Combatting deforstration memiliki 4 empat program: memelihara seluruh jenis hutan; melakukan proteksi, penegelolaan secara berkelanjutan dan konservasi hutan yang meliputi penghijauan areal yang telah mengalami degradasi; mempromosikan penilaian dan pemanfaatan hutan; dan penguatan kemampuan perencanaan, penelitian, dan aktivitas-aktivitas komersial dalam kehutanan. Artinya, mempertahankan keseimbangan antara konservasi hutan dan penggunaan SDH menurut prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan; Forest principles, mencakup hak dan tanggungjawab untuk melakukan konservasi hutan, manajemen pembangunan secara berkelanjutan, focus pada hubungan Negara, komunitas internasional, dan pendudukan lokal. Deplu RI, 2002. Ibid. --, dinamika politik nasional juga mengintervensi politik lokal sehingga keduanya menjadi sumber kerusakan dan kepunahan keanekaragaman hayati, sumber ketiakadilan distribusi SDA-L yang memicu konflik vertikal dan horizontal, termasuk dalam kawasan TNMB. Dinamika dan pola hubungan tersebut menjadi salah satu fokus utama dalam analisis politik ekologi. Dinamika politik dimaksud berpengaruh terhadap pola-pola hubungan sebagai berikut; 1 Pola hubungan Balai TNMB dengan Pemerintah Kabupaten, 2 Pola hubungan Balai TNMB dengan LSM-L, 3 Pola hubungan Balai TNMB dengan masyarakat desa-desa penyangga, 4 Pola hubungan Balai TNMB dengan PT. Perkebunan LDO dan Masyarakat Kebun, 5 Pola hubungan PT. LDO Jember PT. Sukamade dan PT. Bandealit dengan Masyarakat, 6 Pola hubungan Masyarakat dengan LSM: Kasus Desa Wonoasri.

5.1.1.1 Pola hubungan Balai TNMB dengan Pemerintah Kabupaten

Pola hubungan Balai TNMB dengan Pemkab Jember dan terutama kabupaten Banyuwangi dalam pengelolaan TNMB yang sudah dan sedang berjalan hingga saat ini lebih bersifat seremonial dan tergantung kebutuhan. Sinergitas konsolidasi dan interaksi antara Balai TNMB dengan sejumlah Dinas di Pemkab Jember dan Pemkab Banyuwangi serta para pihak lainnya, diakui dan disadari sebagai sesuatu yang sangat penting dilakukan bagi pencapaian tujuan institusional. Namun, hal itu tidak dilakukan secara maksimal, dan bahkan sangat minim sekali Tabel 23, sehingga melahirkan polarisasi dan konflik argumentasi terhadap eksistensi dan manfaat TNMB yang bersifat ego sektoral institusi masing-masing, Tabel 24. Di dalam kawasan TNMB beroperasi PT. Bandelait dan PT. Sukamade, anak perusahaan PT. Perkebunan LDO Jember. Perkebunan itu seperti VOC pada zaman penjajahan Belanda. Semua hasil kekayaan di bawa ke Jakarta. Sedangkan kabupaten Jember yang punya wilayah tidak mendapatkan apa-apa. 19 Seharusnya kabupaten dapat royalty 20-30 persen. Eksistensi TNMB bagi pengembangan aspek sosial budaya, ekonomi dan ekologi masyarakat menurut Kepala Bappekab Jember 20 19 Radar Jember, 8 February 2010, Statemen politik Bupati Jember, Gakin Terpusat di Perkebunan hal 33 dan 43 20 Statemen dan jawaban Kepala Bappekab Jember dalam diskusi terbatas IKAPMII 17 April 2007, di kediaman Cak Simon Samanhudi, Kaliwates Jember. , tidak penting untuk ikut ditangani oleh Pemkab Jember; ”Masa diskusi harus pakai deadlock dulu baru sampean paham aturan, itu -- TNMB dan Perhutani-- bukan wilayah saya, itu wilayah Jakarta. Jika saya ikut menangani itu, saya melanggar UU. Kita sudah mempunyai tupoksi masing- masing, saya jangan disuruh menabrak UU UU No: 322004 tentang Pemda. Kita menangani masalah lingkungan hidup, tetapi tidak harus masuk di wilayah TNMB dan Perhutani”. Yang ”menduduki lahan” --bertani dan berladang-- di lahan TNMB dan Perhutani kan warga Jember pak...? Ya, menangani masyarakat tidak harus mengurus wilayah orang lain”