Kab. Banyuwangi KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

Catatan: √ : Ada dalam waktu yang terbatas √ : Ada dalam waktu dan lokasi yang terbatas, tidak ada pengembangan √IN : Ada, bersifat internal dan tidak melibatkan para pihak yang terkait K1 : Ada --sekali, sifatnya koordinasi rencana dengan beberapa pihak terkait √K : Ada, sifatnya koordinasi √KA : Ada, koordinasi dan aksi, belum maksimal Kerjasama dengan Dinas-dinas terkait di Pemkab Jember yang telah berlangsung selama ini, hanya sebatas koordinasi, tergantung situasi dan keadaan yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Kerja-sama pada tingkat implementasi belum ada yang rill, semuanya sebatas seremonial, dalam wacana pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan keberlanjutan hidup dan kesejahteraan masyarakat, masih sebatas wacana, saling menunggu dan saling melempar tanggung-jawab Tabel 24. 21 Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala Bappeda kabupaten Banyuwangi 22 bahwa sinergitas kebijakan pengelolaan TNMB dengan pihak Pemkab Banyuwangi yang berjalan selama ini masih bersifat koodinasi, tidak dan belum implementatif, ini terjadi pada semua Dinas terkait di kabupaten Banyuwangi. Kepala BLH kabupaten Banyuwangi 23 Kerja-sama di bidang ekowisata dengan pihak Balai TNMB, menurut Kepala Dinas DisBudpar kabupaten Banyuwangi mempertegaskan statemen Kepala Bappeda kabupaten Banyuwangi, bahwa: ”Kerja-sama kita dengan Balai TNMB belum sinergis, sifatnya sebatas koordinasi, sehingga tidak mampu menyelesaikan masalah TN dan juga masalah masyarakat desa penyangga. Ada wacana pengelolaan kawasan untuk ekowisata dan penelitian, karena sifatnya wacana, itu tidak ada arti dan kontribusinya pada Pemkab Banyuwangi”. 24 ”Kerja-sama ekowisata dengan TNMB, ”katanya” sudah ada pembicaraan dengan Bupati, tapi dengan Disbudpar Banyuwangi yang bertanggung-jawab di bidang ekowisata hingga kini belum ada koordinasi langsung. Katanya lagi...,sudah ada MoU dengan Pemerintah Desa di 3 tiga kawasan TN dan 1 satu Cagar Alam yang ada di Banyuwangi TNMB, TN Alas Purwo, TN Baluran, dan Cagar Alam Gunung Ijen untuk pengembangan ekowisata tidak jelas proses awalnya, juga tidak jelas penyelesaian akhirnya; 25 21 Wawancara dengan Dishut, BLH, Disbudpar, Bapemas, dan Diknas Pemkab Jember, Juli 2007. 22 Wawancara Oktober 2007 23 Wawancara Oktober 2007 24 Wawancara Oktober 2007 25 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDAHE, Pasal 3 ayat 3 untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak penguasaan atas zona pemanfaatan TN, Tahura dan Taman wisata alam dengan mengikut-sertakan rakyat. , itu diluar pengetahuan kita. Jika ini benar terjadi, ini baru MoU terjun bebas alias tidak prosesdural 26 Menanggapi tuntutan dan penilaian pihak Pemkab Jember dan Pemkab Banyuwangi, Kepala Balai TN Meru Betiri . Ini berbahaya terhadap posisi masyarakat desa. Ini kebijakan macam apa? Masa tidak ada koordinasi dengan kita. Apa mereka TNMB gak pernah baca itu UU ?”. Lebih lanjut, dengan mimik yang sangat serius dan kecewa terhadap sikap dan perilaku kebijakan Balai TNMB selama ini, Kepala Dinas DisBudpar kabupaten Banyuwangi menyatakan; ”Kita sudah habis-habisan mempromosikan kawasan ekowisata Segi-Tiga Berlian TNMB; Sukamade, TN Alas Purwo, TN Baluran, dan CA Gunung Ijen, kontribusi TN pada APBD Banyuwangi nol . Keuntungan dari potensi TNMB semuanya lari ke Jember, Banyuwangi hanya dapat PBB-nya saja. Pemkab Banyuwangi seperti makelar tanpa porsen , mempromosikan kawasan yang bukan miliknya. Respon pihak pengelola TN tidak seimbang dengan semangat dan kontribusi pemkab Banyuwangi pada pihak TN. Kita Pemkab Banyuwangi menghendaki pengelolaan TN seperti pengelolaan ASDP Ketapang, kita ikut bantu TN dengan kontribusi yang jelas pada APBD Banyuwangi. Jadi para pihak sudah jelas melakukan apa, dengan cara bagaimana, dan mendapatkan apa? ini harus dirumuskan bersama Ini tidak jelas Pihak Balai TNMB selalu mintanya ke kita aman gratis,... Jika ada kasus, seperti konflik dengan masyarakat Banyuwangi, siapa yang menyelesaikan? Sudah pasti Banyuwangi, bukan Jember ”. 27 ”Kerja-sama dan konsolidasi dengan Pemda Jember dan Banyuwangi selama ini memang masih bersifat seremonial dan sebatas koordinasi, belum pro aktif dan belum maksimal, seperti sebagai instruktur Dinas Perindag dan Dinas Koperasi dan Dept. Kehutanan UKM, hanya itu......Teman-teman kita di Pemkab. Jember dan Banyuwangi sepertinya ”mati rasa” .....sejak tahun 19992000, lebih dari 5.000 KK masyarakat Jember dan Banyuwangi bertani dan berladang di lahan TNMB. Tahun-tahun awal 2000-2003 mereka masuk sudah ada yang berani mendirikan beberapa bangunan semi permanen occupation, tapi sudah kita robohkan. Sejak tahun 19992000 sampai saat ini masyarakat desa penyangga masih bertani dan berladang dengan gratis dalam zona rehabilitasi, masih bertanya apa sumbangan TNMB” , menyatakan: 28 26 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Penda Pasal 214 1 desa dapat mengadakan kerja sama untuk kepentingan desa yang diatur dengan keputusan bersama dan dilaporkan kepada BupatiWalikota melalui camat 27 Wawancara, Mei 2007 28 UU No: 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan dalam Pasal 50 ayat 3 bahwa setiap orang dilarang: a. Mengerjakan, dan b. merambah kawasan hutan melakukan pembukaan kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang berwenang; .