Kondisi faktual; Dilema konservasi alam klasik versus konservasi alam

dengan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan akses SDH; kayu jati dan kayu yang sulit dan mahal, menjadi bagian penting dari proses pelumpuhan penegakan hukum. Dengan kata lain, aparat penegakan hukum di Jember dan Banyuwangi, menjadi operator atau otak pelanggaran hukum. Tabel 40 Akses ilegal pengambilan kayu perkakas tahun 19951996-2004 dalam kawasan TNMB Tahun Lokasi Jenis Frekuensi Per Lokasi Total kali 19951996 a. Resort KSDA Guci Betiri b. Resort KSDA Mandilis c. Resort KSDA Sabrangtrate d. Resort KSDA Bandealit Kayu jati Rotan Kayu jati Kayu rimba Kayu jati Kayu rimba Rotan 14 kali 1 kali 6 kali 1 kali 19 kali 1 kali 2 kali Kayu jati Kayu rimba Rotan : : : 39 2 3 19961997 a. Resort KSDA Guci Betiri b. Resort KSDA Mandilis c. Resort KSDA Sabrangtrate d. Resort KSDA Karangtambak e. Resort KSDA Sukamade f. Resort KSDA Malangsari Kayu jati Kayu rimba Kayu jati Kayu rimba Kayu lain Kayu jati Kayu rimba Kayu jati Kayu rimba Bambu Telur Penyu Kayu rimba 35 kali 1 kali 20 kali 4 kali 1 kali 31 kali 1 kali 4 kali 4 kali 1 kali 2 kali 1 kali Kayu jati Kayu rimba Bambu Telur penyu Kayu lain : : : : : 90 11 1 2 1 19971998 a. Resort KSDA Guci Betiri b. Resort KSDA Mandilis c. Resort KSDA Sabrangtrate d. Resort KSDA Karangtambak e. Resort KSDA Malangsari f. Resort KSDA Sukamade Kayu jati Kayu rimba Kayu jati Kayu rimba Kayu jati Kayu rimba Bambu Kayu rimba Telur Penyu 19 kali 1 kali 18 kali 2 kali 24 kali 3 kali 1 kali 2 kali 1 kali Kayu jati Kayu rimba Bambu Telur penyu Kayu lain : : : : : 61 8 1 1 - 19981999 Sub SWK Ambulu Kayu jati 170 ha 19992000 a. Sub SWK Ambulu b. Sub SWK Sarongan Kayu jati Kayu rimba Kayu jati Kayu rimba 72 kali - 8 kali Kayu jati Kayu rimba : : 72 8 Sumber: Sub BKSDA Jawa Timur II 19951996-19971998; BTNMB 2000 Berdasarkan Tabel 40 dan Gambar 13, kasus pelanggaran hutan tertinggi terfavorit adalah akses kayu jati sebanyak 262 kasus 87,04, kemudian akses kayu rimba sebanyak 29 kasus 9,63, akses rotan 4 kasus 1,32, akses telur penyu 3 kasus 0,99, akses kayu lain1 kasus 0,33, dan akses bambu 2 kasus 0,66. Jika ditotal, jumlah akses kayu ilegal pada periode ini mencapai 296 kasus 98,32 . Dalam periode ini tidak menemukan dokumen jumlah kasus yang berhasil di P-21, kecuali hanya catatan kasus yang mencapai 301 kasus 100. Secara lebih rinci, kasus pelanggaran hutan akses kayu ilegal diperlihatkan dalam Tabel 41. Gambar 14 Dinamika pelanggaran hutan dalam kawasan TNMB pada situasi politik nasional chaos tahun 19951996-19992000 Pada periode 5 tahun kedua, yakni tahun 2000-2004, sebagai periode transisional, situasi politik nasional masih sangat labil. Kasus pelanggaran hutan, walaupun secara kuantitatif dan prosentase menurun dibandingkan periode 5 lima tahun pertama, tetapi masih relatif tinggi. Pada tahun pertama periode ini menurun tajam, tetapi pada tahun-tahun berikutnya kembali naik secara linier, dengan nilai R2= 93, 60, seperti ditunjukan pada Tabel 41 dan Gambar 14. Faktor penting yang menyebabkan turunnya angka pelanggaran hutan, adalah keberhasilan masyarakat desa-desa penyangga mengakses okupasi lahan dalam kawasan TNMB dan lahan Perhutani. Tabel 41 Frekuensi pelanggaran hutan dalam kawasan TNMB tahun 2000-2004 Tahun Frekuensi pelanggaran hutan dalam kawasan TNMB Jumlah Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Telur Penyu Kayu Lain 2000 7 12 - 19 2001 14 9 23 2002 1 20 12 3 1 kayu sadeng 37 2003 1 44 8 2 55 2004 73 4 4 bahan perahu 81 Jumlah 9 4,18 163 75,81 33 15,34 5 2,32 5 2,32 215 100 Sumber: Sub BKSDA Jawa Timur II 19951996-19971998; BTNMB 2000 setelah diolah 39 90 61 72 2 11 8 8 3 1 2 1 1 1 1 44 105 71 80 20 40 60 80 100 120 19951996 19961997 19971998 19981999 19992000 Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Telur Penyu Kayu Lain Bambu Jumlah Akses Ilegal SDH Gambar 15 Frekuensi pelanggaran hutan dalam kawasan TNMB tahun 2000-2004 Kurun waktu tahun 2000 – 2004, kasus pelanggaran hutan mencapai 215 dua ratus lima belas kasus, dengan total nilai kerugian mencapai Rp. 448.839.771 Tabel 42. Berdasarkan Tabel 42 dan Gambar 14 tersebut, terjadi pergeseran akses kayu, yakni akses kayu jati turun sangat tajam menjadi 9 kasus 4,18 bergeser ke akses kayu rimba, naik hingga 163 kasus 75,81. Pergeseran tersebut terjadi karena kawasan jati eks Perhutani yang ditetapkan masuk dalam kawasan penyangga TNMB berhasil dihabiskan oleh para pelaku penjarahan sistemik, sehingga pilihan pelanggaran hutan bergeser ke kayu rimba. Tingginya pelanggaran hutan itu, terjadi karena sinergitas antara faktor kemiskinan, keterbatasan lahan, pendidikan rendah, kepadatan pendudukan, tingginya tingkat pengangguran di perdesaan dengan instabilitas politik nasional akibat konflik elite politik, yang merembes ke regional Jawa Timur. Kawasan hutan konservasi dan pelestarian alam di Jawa Timur, sebagian besar berada dalam wilayah tapal kuda. Ketika terjadi konflik elite politik di Jakarta pada tahun 2000 – 2004, maka eskalasi suhu politik di wilayah tapal kuda pun ikut memanas. Dalam kurun waktu tersebut, para aktor dan elite lokal, telah memposisikan SDA-L TNMB dan di beberapa kawasan hutan lainnya di Jawa Timur, sebagai tameng bargaining politik, spirit gerakan dan ”landasan hukum” untuk menekan pengelola TNMB dan Perhutani, agar para aktor bebas mengambil SDH kayu dan non kayu serta menggarap lahan. Secara rinci, kasus pelanggaran hutan akses kayu ilegal diperlihatkan dalam Tabel 42. Frekuensi pelanggaran hutan dalam kawasan TNMB Tahun 2000-2004 7 1 1 12 14 20 44 73 9 12 8 4 3 2 1 4 19 23 37 55 81 y = 15.6x - 3.8 R 2 = 0.936 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2000 2001 2002 2003 2004 Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Telur Penyu Kayu Lain Bambu Jumlah Akses Ilegal SDH Linear Jumlah Akses Ilegal SDH Tabel 42 Kasus pelanggaran hutan dan kerugian tahun 2000-2004 Balai TNMB. Tahun Lokasi Jenis Kerugian Frekuensi Fisik Rupiah 2000 a. Sub seksi wilayah konservasi Ambulu b. Sub seksi wilayah konservasi Sarongan Kayu rimba Perambahan Kayu jati 31 tgkn, 265 btg 1300 ha 9 tgkn, 173 btg 9.194.075,- 3.036.850,- 12 kali 7 kali Jumlah - 40 tgkn, 438 btg, 1300 ha 12.230.925,- 19 kali 2001 c. Sub seksi wilayah konservasi Ambulu d. Sub seksi wilayah konservasi Sarongan Kayu rimba Rotan Perambahan Kayu rimba Rotan 21 tgkn, 363 btg 2002 btg 1500 ha 87 tgkn, 583 btg 680 btg 28.775.197,- - - 32.900.025,- 8 kali 5 kali - 6 kali 4 kali Jumlah - 108 tgkn, 3628 btg, 1500 ha 61.675.222,- 23 kali 2002 a. Sub seksi wilayah konservasi Ambulu b. Sub seksi wilayah konservasi Sarongan Kayu sadeng Rotan Perambahan Kayu rimba Kayu jati Rotan Telur penyu Kayu rimba 44 btg 155 btg 1500 ha 376 btg, 30 tgkn 1 tgkn 7605 btg 1200 btr 385 btg, 25 tgkn 22.556.000,- 155.000,- - 28.694.870,- 2.146.000,- 9.622.500,- 1.200.000,- 37.288.357,- 1 kali 3 kali - 7 kali 1 kali 9 kali 3 kali 13 kali Jumlah - 8565 btg, 56 tgkan, 1500 ha, 1200 btr 101.662.727 37 kali 2003 a. Sub seksi wilayah konservasi Ambulu b. Sub seksi wilayah konservasi Sarongan Kayu rimba Kayu jati Rotan Perambahan Kayu rimba Rotan Telur penyu 882 btg, 47 tgkn 15 tgkn 2031 btg 1500 ha 852 btg, 55 tgkn 4425 btg 424 btr 23.137.297,- 11.849.810,- 2.031.000,- - 69.674.500,- 4.425.000,- 424.000,- 21 kali 1 kali 4 kali - 23 kali 4 kali 2 kali Jumlah - 8190 btg, 117 tgkn, 1500 ha, 424 btr 111.541.607 55 kali 2004 a. Sub seksi wilayah konservasi Ambulu b. Sub seksi wilayah konservasi Sarongan Rotan Kayu rimba Bahan perahu Rotan Perambahan Kayu rimba Bahan perahu 3780 btg 1090 btg, 74 tgkn, 4 balok 900 btg 1500 ha 687 btg, 14 tgkn 3 balok 3.780.000,- 74.900.886,- 26.000.000,- 900.000,- - 44.148.404,- 12.000.000,- 2 kali 41 kali 2 kali 2 kali 3535 KK 32 kali 2 kali Jumlah - 6457 btg, 88 tgkn , 1500 ha, 3 balok 161.729.290 81 kali, 3535 KK Jumlah Total Kerugian Tahun 2000 - 2004 448.839.771 Sumber : BTNMB 2004 Kekuatan ancaman dan tekanan basis massa Gus Dur dan Megawati di daerah Tapal Kuda Besuki, dalam akses SDA-L adalah nyata. Basis massa politik Gus Dur dan Megawati, pada tahun 2000, berhasil masuk ke sejumlah kawasan hutan di Jawa Timur, terutama di Jember dan Banyuwangi, setelah mendengar statement politik Gus Dur di media massa, yang berencana akan melakukan landreform terhadap sejumlah kawasan hutan dan perkebunan di Indonesia. Di samping itu, di daerah tapal kuda, dalam konstelasi politik nasional, regional dan lokal, pada masa kepresidenan Gus Dur dan pada saat kudeta terhadap Gus Dur, telah menjadikan pelabuhan laut, hutan dan pohon-pohon di sepanjang jalan utama wilayah itu sebagai alat negosisasi politik untuk mengamankan kursi kepresidenan Gus Dur, sekaligus memperkuat basis pendudukan mereka dalam kawasan hutan, terutama di TNMB dan kawasan Perhutani. Ketika Gus Dus benar-benar dijatuhkan oleh kekuatan koalisi partai politik nasional, pohon-pohon berusia puluhan tahun ditebang melintang di sepanjang jalan utama wilayah eks karesidenan Besuki, sebagai wujud kemarahan mereka terhadap koalisisi politik yang menjatuhkan Gus Dur. Pasca Gus Dur jatuh dari kursi kepresidenan, kelompok masyarakat di desa Wonoasri, mengakses lahan dalam zona rehabilitasi TNMB setelah difasilitasi oleh Ketua DPC PDIP Jember Alm Bapak Misnali. Fasilitasi akses lahan berlangsung ketika Ibu Megawatie menjadi Presiden RI menggantikan Gus Dur yang dijatuhkan oleh koalisi partai politik, dan Menteri Kehutanan adalah Dr. M Prakosa Kader dan pengurus DPP PDIP. Pada paruh ketiga, yakni tahun 2005-2009, ketika situasi politik nasional relatif stabil, secara prosentase memang cenderung menurun, tetapi secara kuantitatif pelanggaran hutan kembali naik, yakni sebanyak 353 kasus Tabel 43. Naiknya kasus pelanggaran hutan ini memperlihatkan kembali menguatnya pola- pola lama pelanggaran sistemik dalam mengakses SDA-L dalam kawasan TNMB. Artinya, pelanggaran hutan bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi sudah memiliki jaringan kerja pelanggaran hutan yang relatif mapan dan terkonsolidasi secara rapih. Jika pun terjadi penurunan jumlah kasus pelanggaran hutan dari tahun ke tahun berikutnya, itu tidak berarti menguatnya kerja penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat Balai TNMB, tetapi hanya merupakan bentuk-bentuk adaptasi para aktor pelanggar hutan pada situasi dan kondisi lokal. Para aktor yang melakukan tindak pidana pelanggaran hutan, penangkapan hanya dapat terjadi atau dilakukan oleh aparat penegak hukum, jika lupa membaca Mantra Mawar Merah; jika tidak, hal itu hampir dapat dipastikan tidak mungkin terjadi; “Urusan membawa SDH TNMB benilai jual tinggi itu sangat gampang. Aktor, biasanya bekerja-sama dan dilindungi oleh aparat, cukup membaca Mantra Mawar Merah, mau membawa apa saja, pasti aman dan tidak kelihatan petugas..... Kalau sampean mau bangun rumah, kami siapkan kayu dari sini, kayunya pasti lebih kuat dari kayu Kalimantan. Saya jamin aman sampai rumah sampean” 93 Tahun . Tabel 43 Indeks jenis kasus tindak pidana bidang kehutanan berdasarkan penyidik tahun 2005 – 2009 di Balai TNMB Jenis Kasus Illegal logging Perburuan satwa Peram bahan Kebakaran hutan dan lahan Gangguan lain Jumlah kasus Jumlah P-21 Penyidik Vonis PPNS POLRI 2005 28 6 4 4 42 16 2 12 2006 32 4 1 1 3 41 13 13 11 bln 2007 44 6 3 1 10 64 21 1 20 6 bln 2008 65 17 1 2 13 98 20 2 17 2 thn 2009 58 12 4 4 30 108 19 1 20 1 thn Jumlah 227 45 13 8 60 353 89 6 82 64,30 12, 74 3,68 2,26 16,99 100 25,21 1, 69 23,22 Sumber: Data kasus pelanggaran hutan Balai TNMB, setelah diolah 2009 Berdasarkan Tabel 43 dan Gambar 15 di atas, sejak tahun 2005-2009, frekuensi jenis tindak pidana bidang kehutanan yang paling banyak dilakukan adalah kasus illegal loging sebanyak 227 kasus 64,30. Kasus ini naik secara linier, dengan nilai R2= 91,89, dalam situasi politik nasional, regional dan lokal sangat stabil. Gambar 16 Frekuensi pelanggaran hutan TNMB selama periode tahun 2005-2009 93 Wawancara tanggal Mei 2007 dengan tokoh muda OPR dan LMDH desa Sanenrejo dan Curahtakir; Di Banyuwangi, Selain Mantra Mawar merah, kesenian daerah gandrung sering dijadikan sebagai peluang untuk mengakut kayu, sementara sumpit beracun berbius sering dipakai untuk menaklukkan banteng, supaya aman dari kontrol aparat polisi hutan”. Frekuensi pelanggaran hutan dalam kawasan TNMB tahun 2005-2009 28 32 44 65 58 6 4 6 17 12 4 1 3 1 4 1 1 2 4 4 3 10 13 30 42 41 64 98 108 y = 18.9x + 13.9 R 2 = 0.9189 20 40 60 80 100 120 2005 2006 2007 2008 2009 Kua nt it as Illegal Logging Perburuan Satwa Perambahan Kebakaran Gangguan Lain Jumlah Akses Ilegal Linear Jumlah Akses Ilegal