Efektifitas kelembagaan KetanMerahOPR dalam pengelolaan kawasan

UU No.231997 Pasal 1 ayat 2 120 Gerakan lingkungan environtmental movement dari masing-masing aktor dimaksud lebih banyak bersifat independent, kecuali pada kasus akses energi dan sumberdaya mineral ESDM –mangan, emas, tembaga, dll--, kelompok Pencinta Alam, semuanya mensub-ordinasikan diri dalam gerakan LSM-L. Konsolidasi gerakan yang massif antar aktor --LSM dan Ormas-- juga terjadi ketika ada upaya dari pihak pertambangan mengakses energi dan sumberdaya mineral ESDM -- tambang emas, tembaga, perak, mangan dll-- pada kawasan tersebut. Akses tambang bagi kebanyakan aktor adalah akses yang sangat berbahaya dan mengancam keberlanjutan hidup dan kehidupan masyarakat sekitar dan KSDAHE TNMB, sehingga harus dilawan atau ditolak secara bersama-sama dan sinergis. Polarisasi dan kontra akses tambang telah berlangsung sejak tahun tahun 1999- 2000, kemudian muncul lagi pada tahun 2008 sampai saat ini Tabel 53. ; Ribbot dan Peluso, 2003. Dari ketujuh mekanisme dan proses tersebut, tidak semua institusi melakukan keseluruhan peran yang dapat ia mainkan untuk memperjuangkan kepentingannya. Pola hubungan untuk memperjuangkan sejumlah kepentingan institusi dikonstruksi dalam dua bentuk, yakni; 1 Pola hubungan formal melalui kerja-sama MoU -- ada atau pernah ada hubungan kerja-sama--, dan 2 Tidak pernah ada hubungan kerja-sama MoU dengan pihak Balai TNMB, tetapi bersifat sinergis dan memiliki kepentingan yang cukup besar terhadap eksistensi kawasan TNMB sebagai kawasan konservasi Tabel 66. Kepentingan dari masing-masing aktor, mencakup 6 enam point penting, yakni; 1 kelompok kepentingan pro-kawasan konservasi konservasionis, 2 kelompok kepentingan anti tambang anti kapitalis anti developmentalism, 3 kelompok kepentingan pemberdayaan, pembelaan hak, akses, kelembagaan, demokrasi, keadilan distribusi SDA dan masalah agraria anti hegemoni, dehumanisasi pemanfaatan SDH, 4 kepentingan riset pengembangan research and development, 5 Kepentingan penataan tata ruang, pengendalian dan penegakan hukum dan 6 kelompok kepentingan sosial ekonomi penggunapemanfaat SDH dan PAD. 120 UU Nomor: 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah uapaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan; penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Akses tambang Gambar 18 dilakukan oleh aktor institusi Pemkab. Jember bekerjasama dengan pengusaha dan politisi pro tambang, sedangkan kontra akses tambang dilakukan oleh Ormas, LSM-L dan OPA Jember. Polarisasi akses antar aktor tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Ketika akses di desa penyangga Pace dan Mulyorejo mendapat perlawanan dari elemen kontra akses tambang, maka jaringan aktor tambang mengalihkan perhatian dengan melebarkan wilayah akses ilegal ke desa Andongrejo, Sanenrejo dan Curahtakir kecamatan Tempurejo. Guna mensukseskan akses tambang, selain yang dijelaskan di atas – meminta dukungan ilmiah riset dari Lemlit Universitas Jember dan dukungan plitik dari DPRD Jember-- Pemkab Jember juga memperalat institusi Polres Jember yang memang memiliki kepentingan langsung secara individual oknum Bupati Jember Parpol + Tim Sukses Pilkada Disperindag dan ESDM DPRD Jember Koalisi GARANG: YPSM, HAMIM, GPP, PMII SKeTSA, SERBUK, GNKL, FORKOMPAC dan FKPMM Kontra akses kapitalis tambang Ancaman akses Tambang dalam kawasan lindung dan konservasi TNMB Kepentingan akses tambang: 1. PAD 2. Kompensasi dan alat transaksi politik 3. Biaya tutup utang Pilkada 4. Balas budi: Tim sukses dan Parpol Pendukung 5. Dana Incumbent Pilkada Legalisasi akses tambang: 1. Pembenaran DPRD Jember 2. Pembenaran Lemlit UNEJ ? 3. Kriminalisasi oleh Polres Kapitalis Tambang Kontra Kebijakan akses kapitalis tambang Kepentingan: Konservasi, Bencana pembangunan, Anti pemiskinan, RTRW, Pengusiran masyarakat, Pelanggaran HAM, PPM, akses SDA-L, anti kapitalis Gambar 18 Polarisasi kepentingan antara kelompok pro akses tambang instrumen negara versus elemen kontra akses tambang dalam kawasan lindung dan konservasi TNMB pimpinan dan atau institusi Polres Jember dengan melakukan pembiaran terhadap kegiatan tambang ilegal. Akses tambang ilegal ini kemudian dijual ke pengepul, yakni Koperasi salah institusi satu aparat keamanan di Jember. Pertarungan akses pro tambang versus kontra akses tambang adalah gambaran nyata dari azas lingkungan keenam, bahwa individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya Koalisi Kepentingan Orrmas, LSM-L dan OPA, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu mengusir --sementara--aktor pro tambang dalam kawasan lindung dan konservasi TNMB. Pertarungan ini masih terus berlanjut, jika dilihat dari upaya- upaya sistematis dan politis dari Pemkab Jember dengan bertopengkan PAD. Namun, dibalik PAD, SDA tambang telah dijadikan sebagai kompensasi dan alat transaksi politik, biaya untuk menutup utang Pilkada, sebagai balas budi terhadap Tim sukses dan Parpol Pendukung, serta untuk dana Incumbent Pilkada Gambar 28.