5 Kelembagaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA-L

Pengambilan 8 delapan desa tersebut sebagai lokasi penelitian ditetapkan secara sengaja purposive sampling, berdasarkan keterwakilan etnik dan pola- pola akses, hak dan kelembagaan masyarakatnya. Dalam perspektif politik ekologi, dinamika akses, hak dan kelembagaan masyarakat pada 8 delapan desa tersebut dinilai berpengaruh langsung terhadap eksistensi zona-zona dalam kawasan TNMB, yakni; 1 zona inti, 2 zona rimba, 3 zona pemanfaatan, 4 zona pemanfaatan khsusus, dan 5 zona rehabilitasi. Lokasi penelitian seperti terlihat pada Gambar 3. Wonoasri Curahtakir Sanenrejo Curahnongko Andongrejo Kandangan Sarongan Kebonrejo Mulyorejo Pace Kalibaru Kulon Sidomulyo Gambar 4 Desa-desa penyangga TNMB yang menjadi lokasi penelitian. Kegiatan penelitian berlangsung pada Mei 2006-November 2007, kemudian dilakukan perpanjangan pengamatan hingga terjadi kejenuhan saturation pada November 2008. Kegiatan penelitian dilakukan melalui tahap seperti dalam Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Tahapan Kegiatan penelitian yang dilakukan Bulan Tahun Kegiatan Penelitian Lokasi Mei - September 2006  Penelitian penjajagan berupa pengumpulan dokumen dan informasi terkait penelitian Balai TNMB, Dinas terkait Maret - April 2007  Survai lapangan untuk pemetaan masalah dan pendataan tokoh dan informan kunci 8 desa penyangga Juli – November 2007  FGD dengan petani organisasi petani rehabilitasi OPR 8 desa penyangga Agustus dan November 2007  Wawancara dengan pakar, Dinas terkait, Balai TNMB, wawancara snowball dengan para aktor dan warga di 8 desa penyangga TNMB di dua kabupaten Jember, Banyuwangi, dan 8 desa penyangga April - November 2008  Perpanjangan pengamatan dan wawancara snowball dengan para aktor, warga 8 desa penyangga, tokoh masyarakat, LSM pelaku dan informan kunci 8 desa penyangga

3. 2 Penentuan Substansi Penelitian

Substansi dari penelitian didasarkan pada tinjauan lapangan, terutama pada saat Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 20032004 dan Pemilu Gubernur Jawa Timur tahun 20082009, yang pada kedua moment tersebut peneliti sebagai Ketua Pengawas Pemilu di Kabupaten Jember, memiliki banyak kesempatan membangun relasi sosial, berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok masyarakat desa penyangga tentang topik penelitian ini, di luar tugas kepemiluan. Selain itu, juga sejumlah diskusi peneliti dengan kalangan LSM-L, ormas dan orsospol Jember, yang bersinggungan langsung dengan kelompok masyarakat desa penyangga sejak tahun 19992000. Hasil dari tinjauan lapangan dan diskusi tersebut, menunjukkan bahwa akses masyarakat atas lahan dalam zona penyangga TNMB merupakan rangkaian tidak terpisahkan dari penjarahan kayu pada tahun 1997 hingga tahun 2000 dan gerakan anti tambang emas dalam kawasan TNMB tahun 19992000. Pada kasus gerakan anti akses tambang, kelompok masyarakat menganggap diri mereka sebagai perisai hidup TNMB. Akses lahan yang mereka lakukan pada tahun 19992000 menggunakan pendekatan rasional. Artinya, dalam pikiran mereka, daripada lahannya gundul, tererosi dan nganggur tidak diurus oleh Balai TNMB, lebih baik digarap oleh warga masyarakat desa penyangga sebagai lahan bertani dan berladang sambil merehabilitasinya. Akses rasional ini dilakukan oleh kelompok masyarakat dengan terlebih dahulu melakukan konsolidasi nilai yang memungkinkan mereka bersatu dan bertahan ketika suatu waktu harus berhadapan dengan aparat Balai TNMB. Pengalaman lapangan dan pemahaman atas situasi sosial ketika menangani Pemilu nasional dan regional Jawa Timur di atas, memungkinkan peneliti menemukan dan memahami fenomena dinamika sosioekologi, akses, hak dan kelembagaan konservasi yang ada dan terjadi dalam kelompok masyarakat desa penyangga dalam berinteraksi dengan TNMB. Relasi sosial antara peneliti dengan kelompok masyarakat desa penyangga TNMB yang sudah terbangun sejak aksi anti tambang tahun 19992000, memudahkan peneliti untuk memperoleh informasi dan mendalami sikap dan perilaku dasar mereka terhadap eksistensi TNMB. Demikian juga halnya dengan kelompok OPRKetanMerah bentukan Balai TNMB, mereka sangat terbuka terhadap kehadiran para pihak dan tidak menahan atau menutupnutupi informasi yang ingin didapat oleh peneliti dalam konteks pengelolaan TNMB.

3. 3 Paradigma Penelitian dan Posisi Peneliti

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis kritis, karena ruang fisik dan ruang diskursus yang hidup dan berkembang merupakan realitas sosial yang sengaja dikontruksi oleh sejumlah aktor dalam memperebutkan dan atau mempertahankan sejumlah kepentingan mereka atas kawasan TNMB. Pendekatan kritis menurut Neuman 2003 dalam Chariri 2009 bertujuan untuk melakukan perubahan secara substansial pada masyarakat, sehingga hasil dari penelitian ini tidak lagi sekedar menghasilkan karya tulis ilmiah yang netral dan apolitik, tetapi juga dimaksudkan untuk mengubah institusi sosial, cara berpikir dan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik konteks rehabilitasi dan eksistensi kawasan TNMB. Kriteria kualitas dalam penelitian berparadigma konstruktivis kritis didasarkan pada keterandalan trustworthiness dan keautentikan authencity Lincoln Guba 2000. Keterandalan berkaitan dengan credibility, transferbility