Hak-hak masyarakat atas kekayaan sumberdaya hutan secara tegas telah diatur dalam UU No 411999 tentang Kehutanan Pasal 68 bahwa:
1 Masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan hutan 2 Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat 1, masyarakat dapat:
a. Memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku;
b. Mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hutan, dan informasi kehutanan;
c. Memberi informasi, saran, serta pertimbangan dalam pembangunan kehutanan, dan d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan baik
langsung maupun tidak langsung; 3 Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan berhak memperoleh kompensasi karena
hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat penetapan kawasan hutan, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; 4 Setiap orang berhak memperoleh kompenasasi karena hilangnya hak atas tanah
miliknya sebagai akibat dari adanya penetapan kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Kemiskinan dan kekurangan pangan masyarakat miskin menurut Sen 1981 bukan semata-mata karena keterbatasan SDAL, tetapi lebih karena
mekanisme sosial politik yang mengakibatkan minimnya -- tidak adanya -- pengakuan hak pertukaran exchange entitlements bagi masyarakat miskin.
Pengakuan hak sering bersifat mendua, dan berada pada wilayah abu-abu grey area, sehingga membuatnya menjadi konsep yang bermanfaat bagi analisis sosial
politik.
2. 5 Kelembagaan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA-L
Lembaga institusi adalah sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau sekumpulan kebiasaan
dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Proses- prosesnya terstruktur untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu. Lembaga
tidak mempunyai anggota, tetapi mempunyai pengikut Horton Hunt 1991; Cohen 1992
Lebih lanjut Horton Hunt 1991 menyatakan lembaga juga merupakan system hubungan sosial yang terorganisasi yang mengejewantahkan nilai-nilai
serta prosedur umum tertentu dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Sistem hubungan sosial adalah jaringan peran dan status yang menjadi media
untuk melaksanakan perilaku. Sementara, nilai-nilai umum mengacu kepada cita-
cita dan tujuan bersama. Dan prosedur umum adalah pola-pola perilaku yang dibakukan dan diikuti.
Kelembagaan menurut Kartodihardjo 2006 mencakup organisasi players of the game, hak-hak atas sumberdaya alam, peraturan perundang-
undangan rules of the game, struktur pasar, pengetahuan dan ingormasi, serta proses-proses politik di dalam pemerintahan. Keputusan dan tindakan sangat
ditentukan oleh kelembagaan. Kerusakan SDAL kebanyakan disebabkan oleh perilaku individu maupun organisasi melalui keputusan-keputusan dan
tindakannya tersebut. Institusi menurut Ostrom 1992 merupakan seperangkat aturan yang
berlaku atau dipergunakan rule in use yang dijadikan sebagai acuan bertindak. Narayan Cassidy 2001 menyatakan bahwa kelembagaan tradisional
merupakan ladasan bagi komunitas-komunitas asli dalam mengerahkan hak-hak fundamental dan atau berpartisipasi dalam bidang ekonomi dan politik.
Institusi menurut Merton 1975 dalam Horton Hunt 1991 memiliki 2 dua fungsi utama, yakni; 1 fungsi manifest yang merupakan tujuan lembaga
yang diakui dan dikehendaki, dan 2 Fungsi laten yakni hasil yang tidak dikehendaki dan mungkin tidak diakui, ataupun jika diakui dianggap sebagai hasil
sampingan. Fungsi Laten institusi mungkin; 1 mendukung fungsi manifest, 2 tidak relevan, dan atau 3 malahan merongrong dan meruntuhkan fungsi
manifest. Fungsi laten Disfungsi Laten pada umumnya cenderung meruntuhkan institusi atau merintangi apa yang mau dicapai oleh fungsi manifes.
Fungsi institusi dapat bergeser atau berubah bergantung kepada; 1 institusi tidak berhasil memenuhi kebutuhan yang harus diberikan kepada
pengikutnya, 2 dua atau lebih institusi mampu memenuhi kebutuhan pengikutnya, tetapi akan ada salah satu diantara mereka yang memiliki
kemampuan yang paling tinggi, dan 3 pengalihan fungsi diantara institusi- institusi seringkali merupakan penyelesaian terhadap berbagai kelemahan yang
timbul. Proses pelembagaan institutionalization menurut Horton Hunt 1991
terdiri dari penetapan norma-norma yang pasti yang menentukan posisi status dan fungsi peranan untuk perilaku. Suatu norma merupakan sekelompok harapan
perilaku. Dalam prosesnya, pelembagaan mencakup pergantian perilaku secara spontan atau eksperimental dengan perilaku yang diharapkan, dipolakan, teratur
dan dapat diramalkan. Cohen 1992 menyatakan bahwa pelembagaan adalah perkembangan
sistem yang teratur dari norma dan peranan-peranan yang ditetapkan yang diterima oleh masyarakat. Melalui pelembagaan, perilaku yang spontan dan
semaunya diganti dengan pelilaku yang teratur dan direncanakan. Cohen 1992 menambahkan bahwa dalam perspektif teori konflik, institusionalisasi adalah
proses yang disengaja dan bukan otomatis. Perbedaan kepribadian individu dapat mempengaruhi perilaku institusi. Perbedaan perilaku individu tidak begitu
kelihatan karena tuntutan peran. Konflik dapat terjadi karena pertentangan individu dan bentrokan peran antar institusi.
Masing-masing institusi memiliki karakteristik, yakni; 1 memiliki nilai dan tujuan utama yang bersumber dari para anggota untuk memenuhi kebutuhan
khusus masyarakat, 2 bersifat permanen dalam hal pola-pola perilaku yang ditetapkan institusi, 3 perubahan dramatis dapat mengakibatkan perubahan pada
institusi lain, 4 bersifat dependent, disusun dan diorganisasi secara sempurna disekitar rangkaian pola-pola norma, nilai dan periulaku yang diharapkan, dan 5
ide-ide institusi pada umumnya diterima oleh mayoritas anggota masyarakat, walaupun mereka belum tentu beroartisipasi didalam institusi tersebut
Cohen 1992.
2. 6 Aktor Elite dan Konflik dalam Pengelolaan SDA-L
Hook 1955 dalam Sztompka 2005 menyatakan bahwa perubahan sosial, termasuk transformasi historis berskala luas adalah prestasi aktor tokoh
manusia, hasil tindakan mereka. Sejarah adalah dampak upaya manusia, diharapkan atau tidak. Ada tiga tipe aktor individual dalam perubahan sosial,
yakni: 1 orang biasa awam dalam kehidupan sehari-hari, 2 individu yang karena memiliki kualitas pribadi yang khas, mampu bertindak mewakili orang
lain, atas nama mereka atau memanipulasi atau menindas orang lain, meski tanpa seizin mereka, dan 3 orang yang menduduki posisi luar biasa karena mendapat
hak istimewa tertentu, terlepas dari kualitas pribadi luar biasa yang mereka miliki,