Konsekuensi Kebijakan Kemitraaan Rehabilitasi pada Aspek Sosial Ekonomi

pengembangan masyarakat PPM oleh pihak Balai TNMB dan juga oleh pihak pemerintah kabupaten Jember dan Banyuwangi, angka kemiskinannya masih relativ tinggi. Jumlah pendudukan Jawa Timur tahun 2009 sebanyak 37,8 juta jiwa, dengan jumlah angka kemiskinan secara keseluruhan sebanyak 3.079.882 KK. Jumlah tersebut terbagi menjadi tiga kategori, yakni; 1. Rumahtangga RT sangat miskin very poor sebanyak 493.004 KK, 2. RT miskin poor sebanyak 1.226.122 KK, dan 3. RT hampir miskin near poor sebanyak 1.330.696 KK. Pada tahun 2007 angka kemiskinan mencapai 7.137.699 jiwa 18,89, tahun 2008 turun menjadi 6.651.280 jiwa 18,52, tahun 2009 menjadi 6.022.590 jiwa 16,68. Kabupaten Jember secara kuantitatif menempati pole position jumlah penduduk miskin terbanyak dari 38 kabupatenkota di Jawa Timur, posisi kedua ditempati kabupaten Bondowoso dengan jumlah 167.366 KK, dan posisi ketiga ditempati Kabupaten Malang dengan jumlah 155.854 KK. 66 Jumlah pendudukan miskin di Jember sebanyak 237.700 KK, dengan rincian; 1 RT sangat miskin very poor sebanyak 34.654 KK, 2 RT miskin poor sebanyak 93.550 KK, dan 3 RT hampir miskin near poor sebanyak 109.496 KK BPS Jember, 2009 67 Mengapa hal ini tidak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik ? Apakah ini merupakan implementasi dari amanat UUD 1945 hasil amandemen ke empat, Pasal 34 ayat 1 bahwa fakir miskin dan anak terlantar -- memang . Kantong-kantong kemiskinan yang masih tinggi dan rata-rata berada di desa-desa penyangga hutan, secara nyata menunjukkan bahwa distribusi dan legalisasi pendudukan lahan untuk tujuan rehabilitasi memang memberi manfaat sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, tetapi tidak mampu merubah realitas kemiskinan masyarakat. Dengan kata lain, kebijakan tersebut belum memberi dampak signifikan terhadap pemecahan masalah kemiskinan dan ketidak-adilan berkelanjutan. Masalah kemiskinan di desa-desa penyangga TNMB, tidak hanya masalah kemiskinan struktural, natural, absolute, atau relative, tetapi juga kemiskinan moralitas lihat aspek sosial buda ya. 66 Radar Jember, 8 February 2010, Gakin Terpusat di Perkebunan hal 33 dan 43; Surya, 10 Maret 2010, Teras Jatim. Pakde Karwo dan Gus Ipul Gunakan Strategi Klaster. 67 Jumlah penduduk Jember 2,32 juta jiwa, lebih banyak dibandingkan dengan kabupatenkota lainnya. Penduduk Bondowoso hanya 800 ribu jiwa atau sepertiga dari jumlah penduduk Jember. Jadi secara prosentase penduduk Bondowoso lebih miskin daripada Jember, sehingga kabupaten termiskin ditempati oleh Bondowoso, dan Sampang. sengaja: dipelihara -- oleh negara; Demikian juga halnya dengan kawasan gundul sengaja dipelihara oleh negara Departemen Kehutanan; Cq. BalaiTNMB , agar masyarakat tetap mengalami ketergantungan atau sebaliknya masyarakat sengaja digantung dalam takdir sosialnya --miskin-- seperti dalam perspektif teori ketergantungan dependency theory?. 68 1. Ketanmerah diharuskan menanam tanaman pokok berupa tanaman asli yang bermanfaat obat atau bermanfaat ekonomi, yang disediakan oleh TNMB atau secara swadaya;

5.2.3 Konsekuensi kebijakan kemitraan rehabilitasi pada aspek ekologi

Analisis konsekuensi dari kebijakan kemitraan rehabilitasi kawasan mencakup empat point penting dan kritis, yakni; 1. ketaatan dan kemauan untuk melakukan rehabilitasi sesuai petunjuk Balai TNMB, 2. tingkat pertumbuhan tanaman pokok rehabilitasi yang dibagikan, 3. kemauan untuk melakukan rehabilitasi mandiri penyulaman, dan, 4. kesediaan memelihara dan menjaga keamanan tanaman rehabilitasi. Tindak lanjut dari legalisasi distribusi dan pendudukan lahan adalah mempercepat sukses rehabilitiasi kawasan. Guna mendukung percepatan rehabilitasi tersebut, maka sebelum MoU kerja-sama ditanda-tangani oleh kedua belah phak, diawali dengan pembentukan Kelompok Tani Mitra Rehabilitasi KETANMERAH dan Organisasi Petani Rehabilitasi OPR. Inti dari kesepakatan kerja-sama MoU rehabilitasi adalah kewajiban dan larangan yang harus ditaati dan dilakukan oleh anggota OPR, sebagai berikut: 2. Ketanmerah diperbolehkan menanam tanaman tumpangsari di sela-sela tanaman pokok sampai batas waktu tertentu 5 tahun akan dievaluasi; 3. Ketan Merah tidak diperbolehkan menanam tanaman perkebunan misalnya; kopi, coklat, tembakau, dll; 4. Hasil tanaman pokok berupa buah menjadi hak Ketanmerah, sedangkan tanaman pokok tidak boleh ditebang dan merupakan asset TNMB; 68 Keterbelakangan underdevelopment --kemisikinan--tidaklah dipahami sebagai “sesuatu keadaan asli” ataupun sebagai ciri suatu masyararakat “tradisional” tetapi keterbelakangan lebih dipandang sebagai sesuatu yang tercipta dalam masyarakat pra-kapitalis yang telah mengalami bentuk-bentuk hubungan ekonomi dan politik tertentu dengan satu atau lebih masyarakat kapitalits. Keterbelakangan bukanlah akibat keterbatasan internal suatu masyarakat seperti dipahami oleh teori modernisasi. Kerbelakangan bukanlah akibat dari ketiadaan sesuatu, tetapi akibat dari adanya sesuatu. Negara India, misalnya, pada tahun 1700, dalam perspketif teori ketergantungan tidak dapat disebut sebagai masyarakat terbelakang, sebab pada masa itu, India adalah masyarakat petani, suatu kerajaan pra-kapitalis. Namun, pada tahun 1850, India meluncur bebas menjadi terbelakang, karena hubungannya dengan dan dijajah oleh Inggris. Akar masalahnya menurut teori ketergantungan dependency theory adalah ketergantungan ekonomi, yang muncul ketika suatu masyarakat jatuh di bawah kekuasaan sistem ekonomi masyarakat asing, dan ketika perekonomian suatu masyarakat mulai diatur oleh orang-orang asing sedemikian rupa, sehingga lebih menguntungkan perekonomian asing. Ketergantungan ekonomi berarti bahwa ada hubungan dominasi dan subordinasi ekonomi antara dua masyarakat atau lebih. Sanderson, Stephen K. 2003. Makro Sosiologi, Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial. Edis Kedua. Penerbit. PT. RajaGrafindo Persada Jakarta. 5. Status tanah adalah tanah negara yang tidak boleh dirubah menjadi hak milik, tidak boleh di alihkan ke pihak ke tiga, tidak boleh diperjualbelikan atau status-status lainnya,dan; 6. Ketanmerah wajib membantu pengaman kawasan 7. Ketanmerah tidak boleh menambah luasan lahan kegiatan rehabilitasi, dan tidak boleh merubah fuingsi kawasan menjadi areal persawahan 69 Tabel 34 Kategori keberhasilan tumbuh dan persentase hidup tanaman pokok program rehabilitasi TNMB No Tingkat keberhasilan berdasarkan SK: 37MenhutV2004 Kategori keberhasilan Jumlah petak Presentase hidup Rerata Blok Eks Jati Sarongan 1. Sangat Baik : 91 – 100 0,00 27,91 2. Baik : 76 – 90 1 1,56 kurang baik 3. Sedang : 55 – 75 8 12,50 4. Kurang Baik : 55 55 85,94 Jumlah 64 100 Blok Utara Pasar Sarongan 1. Sangat Baik : 91 – 100 1 2,78 34,05 2. Baik : 76 – 90 1 2,78 kurang baik 3. Sedang : 55 – 75 7 19,44 4. Kurang Baik : 55 27 75,00 Jumlah 36 100 Resort Wonoasri Rerata TH 1. Sangat Baik : 91 – 100 9 30,00 81,24 2. Baik : 76 – 90 9 30,00 baik 3. Sedang : 55 – 75 3 10,00 4. Kurang Baik : 55 9 30,00 Jumlah 30 100 Andongrejo Rerata TH 1. Sangat Baik : 91 – 100 3 10,00 35,40 2. Baik : 76 – 90 1 3,30 kurang baik 3. Sedang : 55 – 75 3 10,00 4. Kurang Baik : 55 22 73,30 Jumlah 30 100 Sumber: Dephut 2004 Pada akhir tahun 2004, setahun setelah MoU kerja-sama berjalan, monitoring dan evaluasi monev telah dilakukan oleh tim CPNS Magang Dephut. Hasil dari monev seperti ditunjukkan pada Tabel 34. Pelaksanaan monev tersebut dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut; 69 Balai TNMB. 2006. Laporan Hasil Identifikasi dan Inventarisasi Sosekbud Masyarakat Lokal di Daerah Penyangga Kawasan TNMB, Balai TNMB Jember; Substansi Kesepakatan Kegiatan Rehabilitasi pada Zona Rehabilitasi TNMB antara Kelompok OPR dengan Balai TNMB, bulan Agustus tahun 2003. 1. Pada Seksi Konservasi Wilayah I Sarongan menggunakan penilaian prosentase tumbuh tanaman pokok pada setiap petak pengamatan, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No: 369Kpts-V2003, yakni dengan cara membandingkan antara jumlah pohon di lapangan ni dengan jumlah pohon yang seharusnya ada sesuai jarak tanam n; 2. Pada Seksi Konservasi Wilayah I Sarongan, yang diamati adalah prosentase hidup tanaman pokok berdasarkan jumlah tanaman pokok yang dibagikan, sedangkan pada Seksi Konservasi Wilayah II Ambulu yang diamati adalah prosentase tanaman hidup berdasarkan tanaman ideal per hektar 400 pohon ha 70 3. Untuk mengetahui tingkat prestasi para petani rehabilitasi, digunakan kategori prestasi tingkat keberhasilan tanaman pokok, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No: 37MenhutV2004 Prabowo, dkk, 2004. Tabel 34 merupakan gambaran riil dari respon para petani rehabilitasi pada tahun pertama terhadap program rehabilitasi kawasan TNMB. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa rerata tingkat keberhasilan program rehabilitasi di SKW I Sarongan Blok eks jati : 27,91; dan Blok utara pasar: 34,05 dan Resort Andongrejo sebesar: 35,40, yang berarti masih kurang baik 55. Tingkat keberhasilan rehabilitasi yang tinggi baik hanya dicapai oleh kelompok OPR desa Wonoasri, sebesar 81,24 . 71 70 Perbedaan metode antara Wilayah I dan Wilayah II, karena di wilayah I Sarongan pembagian bibit dilakukan secara merata atau dengan jumlah yang sama pada setiap petani, tanpa memperhatikan luas lahan garapannya, sedangkan pada wilayah II, pembagian bibit dilakukan secara tidak merata atau tidak sama untuk setiap petani rehabilitasi, tetapi disesuaikan dengan luas lahan garapan Prabowo, Doni,dkk. 2004. Laporan Kegiatan Monitoring Program Rehabilitasi TNMB. Tim Magang CPNS Dephut. Balai TNMB Jember 71 Wawancara dan pengamatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti dari tahun 2006 hingga akhir tahun 2009 menunjukan tidak ada perbedaan peningkatan yang signifikan dari apa yang dilaporkan dalam Laporan Monev CPNS Dephut, 2004. Tanaman petai Parki speciosa yang persentase pertumbuhan paling tinggi dan durian Durio zibethinus sebagai tanaman vavorit, menurut para petani rehabilitasi termasuk tanaman pokok yang paling rawan gampang mati. Perbedaan yang sangat mencolok tersebut, disebabkan oleh faktor perbedaan kultur spesifik masing-masing desa penyangga, pola pendampingan dan aktor yang mendampingi, serta latar belakang masuknya warga desa Wonoasri dalam pemanfaatan lahan zona rehabilitasi, yang berbeda dengan 6 enam desa lainnya. Masuknya warga desa Wonoasri, difasilitasi oleh Ketua DPC PDIP Jember Alm. Bapak Misnali, sementara kelompok masyarakat desa-desa lainnya langsung masuk tanpa fasilitasi dari siapapun dan institusi manapun. Kelompok masyarakat desa Wonoasri, merasa berkewajiban secara individual atau kelompok OPRKetanMerah harus menanam tanaman yang dibagikan oleh Balai TNMB dan mensukseskan program rehabilitasi. Hal tersebut dilakukan karena menghormati vigur kharisma alm. Bapak Misnali sebagai tokoh masyarakat desa Wonoasri --bukan sebagai Ketua DPC PDIP-- yang memfasilitasi sehingga mereka diperkenankan masuk bertani dan berladang sambil merehabilitasi kawasan. Analisis ekologi politik memang sulit memisahkan secara tegas, atau setidaknya perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan antara pengaruh ketokohan kharisma Bapak Misnali dengan pengaruh posisi strukturalnya sebagai Ketua DPC PDIP Jember, yang memiliki hubungan langsung dengan Jakarta Presiden Megawati dan Menteri Kehutanan RI Dr. Prakosa, ketika proses fasilitasi itu dilakukan. Menyerahkan atau mempercayakan kepada sejumlah Parpol yang memiliki basis massa riil untuk masuk membantu proses rehabilitasi kawasan TNMB belum dapat dijadikan sebagai solusi percepatan rehabilitasi. Artinya, sukses rehabilitasi yang terjadi di Wonoasri hanya memberi petunjuk awal bahwa Porpol pun sesungguhnya memiliki kekuatan menentukan arah dan sukses rehabilitasi perubahan lingkungan seperti yang dikemukan oleh Bryant, tetapi ini belum tentu berlaku dan dapat dicapai oleh semua Parpol, karena kharisma, moralitas dan kepercayaan masyarakat terhadap masing-masing tokoh dan parpol yang dipimpinnya pasti berbeda. Sulit membuktikan atau memisahkan secara tegas antara pengaruh individu ketua DPC PDIP Jember dengan kharisma individualnya. Artinya, ketua DPC PDIP Jember memiliki kharisma dimata masyarakatnya karena ia adalah Ketua DPC PDIP Jember atau DPC PDIP Jember menjadi berpengaruh di mata masyarakatnya, karena faktor individual Ketuanya. Dengan kata lain, ketua bisa jadi lebih besar dari Parpol dan sebaliknya parpol juga bisa jadi lebih besar dari individu ketua Parpol, atau di antara keduanya posisinya sama-sama saling membesarkan. Sebagai motivasi atau spirit semangat rehabilitasi, maka Balai TNMB juga mendistribusikan bibit-bibit tanaman pokok endemik: jenis setempat secara gratis yang wajib di tanam oleh para petani rehabilitasi Tabel 35 dan 36. Kegiatan ini telah dilaksanakan secara kemitraan sejak tahun 1999 Pilot Project: Konsorsium Latin-IPB, diperluas dan diperjelas status hukumnya melalui MoU pada Agustus 2003, berlaku hingga 5 tahun kemudian Agustus 2008. 72 72 Ibid. Balai TNMB.2006. Tabel 35 Perbandingan rerata persentase hidup per jenis tanaman pokok dalam zona rehabilitasi TNMB No Jenis Tanaman pokok Blok Eks Jati Jenis Tanaman pokok Blok Utara Pasar 1. Petai Parkia speciosa 49,01 Petai Parkia speciosa 46,97 2. Kedawung P. Roxburghii 22,66 Durian Durio zibethinus 39,29 3. Melinjo Gnetum gnemon 21,09 Melinjo Gnetum gnemon 25,69 4. Durian Durio zibethinus 19,76 Pinang Pinanga sp 5,56 5. Pinang Pinanga sp 9,38 Kedawung P. Roxburghii 4,17 Sumber: Dephut 2004 Berdasarkan Tabel 35, maka tanaman petai Parki speciosa di Blok eks Jati Sarongan memiliki persentase hidup yang paling tinggi 49,01, dibandingkan dengan jenis lainya, kemudian disusul oleh kedawung P. Roxburghii sebesar 22,66, melinjo Gnetum gnemon sebesar 21,09, durian Durio zibethinus sebesar 19,76 dan terakhir pinang Pinanga sp sebesar 9,38. Di Blok utara Pasar, tanaman petai Parkia speciosa masih menempati urutan pertama dalam persentase hidup, yakni sebesar 46,97, kemudian di susul oleh durian Durio zibethinus sebear 39,29, melinjo Gnetum gnemon sebesar 25,69, disusul oleh pinang Pinanga sp sebesar 5,56 dan terakhir kedawung P. Roxburghii sebesar 4,17. Tabel 36 Perbandingan jumlah jenis dan persentase tanaman pokok dalam zona rehabilitasi TNMB No Resort Andongrejo Resort Wonoasri Jenis Tanaman pokok Jumlah Jenis Tanaman pokok Jumlah 1. Petai Parkia speciosa 556 27,08 Nangka Arthocarpus heterophylus 1290 34,45 2. Kedawung P. Roxburghii 491 20,41 Petai Parkia speciosa 770 20,56 3. Nangka Arthocarpus heterophylus 205 9,99 Kedawung P. Roxburghii 581 15,51 4. Kemiri Aleurites moluccana 197 9,60 Asam Tamarindus indica 278 7,42 5. Pakem Pangium edule 151 7,36 Mangkudu Morinda citrifolia 202 5,39 6. Melinjo Gnetum gnemon 95 4,63 Lain-lain 179 4,78 7. Kluwih Arthocarpus integrac 89 4,34 Mangga Mangifera sp 127 3,39 8. Asam Tamarindus indica 64 3,12 Kemiri Aleurites moluccana 77 2,06 9. Sukun Arthocarpus sp 47 2,29 Pinang Pinanga sp 62 1,66 10. Pinang Pinanga sp 43 2,09 Kluwih Arthocarpus integrac 44 1,17 11. Mangkudu Morinda citrifolia 42 2,05 Durian Durio zibethinus 38 1,01 12. Kepuh Sterculia foetida 37 1,80 Sirsat Annona nucirata 38 1,01 13. Mangga Mangifera sp 32 1,56 Kenitu Chrysophyllum sp 18 0,48 14. Lain-lain 28 1,36 Pakem Pangium edule 17 0,45 15. Durian Durio zibethinus 21 1,02 Alpokat Persea americana 9 0,24 16. Alpokat Persea americana 12 0,58 Sukun Arthocarpus sp 6 0,16 17. Kenitu Chrysophyllum sp 10 0,49 Kepuh Sterculia foetida 5 0,13 18. Sirsat Annona nucirata 3 0,15 Melinjo Gnetum gnemon 3 0,08 19. Aren Arenga pinnata 2 0,10 Aren Arenga pinnata 1 0,03 Jumlah 2.053 100,00 3.745 100,00 Sumber: Dephut 2004 Berdasarkan Tabel 36, di Resort Andongrejo menunjukkan petai Parkia speciosa menempati persentase tertinggi yakni 27,08, kemudian kedawung P. Roxburghii sebesar 20,41, nangka Arthocarpus heterophylus 9,99, kemiri Aleurites moluccana 9,60, dan pakem Pangium edule 7,36. Sedangkan di Resort Wonoasri, tanaman nangka Arthocarpus heterophylus menempati posisi tertinggi, yakni 34,45, kemudian petai Parkia speciosa sebesar 20,56, kedawung P. Roxburghii sebesar 15,51, asam Tamarindus indica sebesar 7,42, dan mangkudu Morinda citrifolia sebesar 5,39. Jenis-jenis tanaman pokok yang ditanam dalam zona rehabilitasi, sesuai dengan kesepakatan dan peraturan yang ada haruslah jenis endemik yang ada dalam TNMB. Jenis-jenis tanaman pokok endemik yang ditemui dilapangan, antara lain; kedawung P. Roxburghii, pinang Pinanga sp, asam Tamarindus indica, sukun Arthocarpus sp, kemiri Aleurites moluccana. Namun, karena beberapa pertimbangan dan kendala yang ada, beberapa jenis non endemik juga dibagikan oleh TNMB untuk ditanam oleh masyarakat dalam zona rehabilitasi. Jenis-jenis eksotik introduksi yang ditemukan, seperti; durian Durio zibethinus, petai Parki speciosa, melinjo Gnetum gnemon, nangka Arthocarpus heterophylus, Kluwih Arthocarpus integrac, Alpokat Persea americana, mangga Mangifera sp, mangkudu Morinda citrifolia, sirsat Annona nucirata. Sekalipun tidak terpaut jauh, uraian di atas memperlihatkan bahwa tanaman pokok endemik di kalangan masyarakat petani OPR kalah menarik dibandingkan dengan tanaman eksotik introduksi Tabel 35 dan Tabel 36. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan, yakni; 1. faktor kecocokan tanah dengan jenis tanaman tersebut Nilai Teori, 2. faktor tingginya semangat merubah atau memperbaiki keadaan ekonomi mereka Nilai Ekonomi dan, 3. tindakan perlawanan petani dalam perspektif Scott 2000 73 73 Perlawanan sehari-hari everyday forms of resistance, yakni perjuangan yang biasa-biasa saja, tetapi dilakukan secara terus menerus dan tidak sampai melakukan pembangkangan terang-terangan secara kolektif. Itupun dilakukan tanpa menggunakan senjata tajam atau senjata berat, tetapi lebih berupa kegiatan menipu, berpura-pura patuh, mengumpat di belakang, membakar, menyabotase, dan sebagainya.....Tujuannya adalah; 1 menolak klaim yang diajukan kelas dominan dengan cara informal, tidak terbuka, serta umumnya berkaitan dengan hasil-hasil langsung yang bersifat de facto....; 2 demi mempertahankan posisinya dalam system, dengan pendekatan moral ekonomi ”azas pokoknya selamat safety first”. Dalam penelitian Scott di negara-negara dunia ke-3, kaum pinggiran yang umumnya lemah, sesungguhnya memiliki modal untuk melawan dengan senjata berupa perusakan, berlaku tidak jujur, masa bodoh, membuat skandal, membakar, sabotase, dan bentuk lain yang serupa, yang disebutnya sebagai weapon of the weak senjatanya orang yang lemah. Penjelasan Scott ini dalam beberapa hal memiliki signifikansi dalam menjelaskan realitas ramifikasi dan kondisi disebut sebagai perlawanan sehari-hari everyday forms of resistance sebagai akibat dari represi rutin sehari-hari everyday forms of repression, yang pernah mereka alami atau saksikan. Kesediaan para petani dalam merehabilitasi kawasan dan menanam tanaman pokok sangat tinggi yakni 100, namun hal ini tidak diikuti oleh tingkat keberhasilan tumbuh dan persentase hidup tanaman pokok berdasarkan SK Menhut No: 369Kpts-V2003 dan SK Menhut No: 37MenhutV2004 Tabel 34. Artinya, mereka mau merehabilitasi dan menanam tanaman pokok, tetapi tidak merasa penting untuk memeliharanya secara maksimal. Menurut para petani rehabilitasi OPR, ada dua masalah yang akan muncul jika pohon-pohon tanaman pokok sudah tumbuh besar, yakni; 1. menurunnya hasil panen tanaman musiman mereka, dan jika berbuah kasus Wonoasri, harganya murah, bahkan tidak laku dijual, sehingga dibiarkan bosok di pohonnya. Pada tahun pertama, kecuali OPR desa Wonoasri, sejumlah petani OPR dengan sengaja menanam dengan cara yang tidak sesuai petunjuk, agar tanaman mati, sehingga mereka dapat terus menanam tanaman musiman dengan leluasa, dan, 2. supaya lahan tidak segera diambil alih oleh pemerintah Balai TNMB. 74 Berdasarkan Tabel 37, sedikit sekali yakni hanya sekitar 20,49 di antara anggota OPR yang bersedia atau mau menyediakan bibitnya secara mandiri untuk menyulam tanaman pokok yang mati. Jika pun mereka menanam tanaman pokok, itu tidak dalam jumlah besar, tergantung kepada ada atau tidaknya bibit yang mereka temukan. Jadi, tidak disediakan secara khusus untuk menyulam tanaman mati pada lahan yang masih kosong. Mereka pada umumnya masih lebih condong kepada tanaman musiman, yang hasilnya dapat dinikmati atau dimanfaatkan lebih cepat, sekalipun hasilnya tidak sangat banyak. 75 faktual pengelolaan TNMB Scott, James S. 2000. Senjatanya Orang-Orang Yang Kalah:. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 74 Wawancara dengan petani OPR. Banyak rumor yang beredar dan berkembang di para petani OPR, bahwa jika tanaman pokok sudah tumbuh besar, lahan akan diambil alih oleh Balai TNMB, karena itu pada tahun-tahun pertama, para petani membiarkan tanamannya tumbuh kepada seleksi alam. 75 Wawancara dengan OPR 7 desa penyangga