Sumber Gadung, Pringsali, Tumpak Gesing, Gunung Permisan, Sumber Langsep, Gunung Buta dan Kedung Batu. Gunung Meru, gunung Permisan, dan Sumber
Gadung merupakan tempat penyebaran anjing hutan Jamil et al. 2005. Jenis-jenis mamalia lain yang terdapat di kawasan ini adalah Trenggiling
Manis javanicus, babi huatn Sus sp, kijang Muntiacus muntjak, kancil Tragulus sp, dan banteng Bos sundaicus, yang terbesar di komplek hutan
Sukamade, Bandealit, Curahnongko, Gunung Butak-Rayuda-Tempurejo di sektar Lodadi dan pager gunung. Terutama di daerah perbatasan perkebunan besar “Kota
Blater”. Di daerah ini banteng dalam keadaan terancam karena pesatnya pembukaan tanah oleh penduduk setempat Jamil et al. 2005.
Reptilia banyak ditemukan didaerah pantai Rajegwesi dan pantai Sukamade terdiri dari jenis-jenis penyu hijau Chelonia mydas, penyu karet
Careffa careta, penyu belimbing Dermochelys cariaceae, penyu kembang Lepido chelys sp, dan penyu sisik Stremochelys sp. Selain tiu juga terdapat
banyak nyambek Varanus salvator dan ular sawah Phyton reticulatus. Jenis- jenis dari kelas aves yang terdapat di kawasan ini antara lain kangkerang Bucros
sp, rangkong Phynoceros sp, ayam hutan Pasianidae, dan merak Payo muticus. Satwa-satwa yang dilindungi di TNMB adalah budenglutung, felarang,
bajing terbang, macan jawa, kareng, rangkong, dan merak Jamil et al. 2005.
4. 6 Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Desa-desa Penyangga TNMB
4.6.1 Jumlah penduduk
Jumlah penduduk masing-masing desa sekitar kawasan TNMB disajikan dalam Tabel 18 di bawah ini. Masyarakat yang tinggal di masing-masing desa di
sekitar TNMB terdiri dari masyarakat suku Jawa dan suku Madura. Kepadatan penduduk umumnya menyebar di desa-desa sekitar kawasan, bahkan di tengah
kawasan terdapat perkampungan yang diperuntukkan bagi para karyawan dan buruh perkebunan PT. Perkebunan Bandealit dan PT. Perkebunan Sukamade
Baru, seperti Kampung Bandealit dan Sukamade. Desa-desa tersebut masih belum mempunyai saluran irigasi teknis,
sehingga sawah-sawah di desa tersebut hanya menggantungkan pengairannya dari air hujan sawah tadah hujan. Dengan kondisi tanah yang cenderung tandus untuk
ditanami, maka tingkat pendapatan masyarakatnya masih sangat rendah. Akibatnya, sebagian masyarakatnya mengakses dan memanfaatkan sumberdaya
alam yang ada dalam kawasan TNMB. Tabel 18 Jumlah penduduk dan kepala keluarga desa-desa penyangga
TNMB
No Kabupaten
KecamatanDesa Luas
Wilayah Desa M
2
Jumlah KK
Jumlah Penduduk Total
Kepadatan JiwaKm
Laki-laki Perempuan
1. Kab. Jember:
A. Kec. Tempurejo:
1. Ds. Andongrejo 262,7907
1.311 2.683
2.826 5.509
20,96 2. Ds. Curahnongko
105,20 1.716
2.883 2.832
5.715 20,17
3. Ds. Wonoasri 6,18
2.948 4.841
4.765 9.606
14,13 4. Ds. Sanenrejo
6.889,461 1.657
2.889 2.981
5.870 852,02
5. Ds. Curahtakir 7.803,5
4.375 5.517
5.908 11.425
146,40
B. Kec. Silo:
6. Ds. Mulyorejo 48,41
4.373 5. 983
6. 324 12.307
196,69 2.
Kab. Banyuwangi C. Kec.
Pasanggaran 7.Ds. Sarongan
14.018,087 1.491
2.892 2.978
5.870 418,74
8.Ds. Kandangan 18.064
2.716 4.423
4.205 8.628
477,6
Jumlah 19.535
30.757 31.388
62.145
Sumber: Monografi Desa-desa Penyangga 2008
Secara keseluruhan, jumlah penduduk 8 desa di kawasan penyangga TNMB sebanyak 62.145 jiwa dari 19.535 KK. Desa Curahtakir merupakan desa
dengan jumlah penduduk terbesar di antara desa-desa lainnya di sekitar kawasan TNMB, yakni 11.425 Jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 146,40 jiwaKm
2
Pengaruh media massa elektronik yang sangat kuat memasuki wilayah perdesaan, berpengaruh nyata terhadap tuntutan hak-hak masyarakat sipil atas
sumberdaya alam dan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat sekitar kawasan TNMB yang bersifat sekunder lainnya. Dengan keterbatasan kemampuan
ekonomi, penguasaan sumberdaya dan keahlian, maka untuk memenuhi kebutuhan sekunder tersebut, masyarakat sekitar kawasan TNMB melakukan
berbagai cara untuk dapat mengakses beragam sumberdaya alam dalam kawasan TNMB, yang dapat mengancam kelestarian dan eksistensi TNMB.
. Selanjutnya, jumlah penduduk dari banyak sampai yang sedikit berturut-turut
diikut i oleh Desa Wonoasri, Mulyorejo, Kandangan, Sarongan, Sanenrejo, Curahnongko dan Andongrejo.
4.6.2 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat merupakan indikator kualitas sumberdaya manusia suatu masyarakat yang berpengaruh nyata terhadap cara suatu
masyarakat dalam menilai dan mempersepsi keberadaan TNMB. Pendidikan masyarakat di sekitar TNMB, secara umum berpendidikan rendah. Kenyataan ini
disebabkan oleh banyak faktor, seperti tingkat pendapatan yang relatif rendah, keterbatasan sarana pendidikan, jarak antara pemukiman penduduk dengan lokasi
lembaga pendidikan yang relatif jauh, kultur dan tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap pentingnya investasi pendidikan. Tingkat pendidikan
masyarakat di sekitar TNMB dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di desa-desa
penyangga TNMB
No Kabupaten
KecamatanDesa Tingkat Pendidikan
Tdk Sekolah
Tdk Tamat
SD Lulus
SD Sederajat
Lulus SMP
Sederajat Lulus
SLTA Sederajat
Lulus Diploma
PT Jumlah
1. Kab. Jember:
A. Kec. Tempurejo:
1. Ds. Andongrejo 2.934
9 2.230
190 36
11 5.495
2. Ds. Curahnongko 2.350
341 2.314
324 296
41 5.716
3. Ds. Wonoasri 801
1.025 5.302
809 763
31 8.731
4. Ds. Sanenrejo 2.704
960 1.734
289 159
13 5.859
5. Ds. Curahtakir 2.735
1.258 2.442
3.203 1.270
27 10.939
B. Kec. Silo:
6. Ds. Mulyorejo 2.403
1.247 2.475
2.231 1.143
23 12.307
2. Kab. Banyuwangi
C. Kec. Pasanggaran
7. Ds. Sarongan 496
990 2.177
1.351 901
8 5.923
8. Ds. Kandangan 768
1.134 2.908
2.142 1.560
47 8.559
Jumlah 15.191
6.964 21.582
10.539 6.128
201 60.744
Sumber: Anonim 2007
Pada Tabel 19 di atas, terlihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan TNMB sangat beragam, dari tidak pernah sekolah hingga tamat
perguruan tinggi. Sebagian besar masyarakat di sekitar TNMB berpendidikan lulus SDSederjat sebanyak 21.582 orang, kemudian berturut-turut disusul tidak
atau belum sekolah sebanyak 15.191 orang, lulus SMPSederajat sebanyak 10.539 orang, tidak lulus SD sebanyak 6.964 orang, lulus SLTASederajat sebanyak
6.128, lusus PTDiploma sebanyak 21 orang.