SGP PTF UNDP sebagai Lembaga Donor

Donatur dan pemerintah lebih berminat mendukung LSM yang mengadakan campur tangan dalam pemberian bantuan peringanan dan kesejahteraan yang secara langsung menghilangkan penderitaan daripada mendukung LSM yang berupaya mengadakan perubahan struktural mendasar Korten, 2001. Menurut Ibrahim 2004, terdapat sekurang-kurangnya empat alasan penting mengapa lembaga donor mau bekerja sama dengan kalangan LSM. Pertama, lembaga donor sangat mendukung pelayanan yang efektif dan efisien, dimana kalangan LSM kadang-kadang dipandang lebih efektif dan efesien dalam penggunaan dana dibandingkan dengan pemerintah. Kedua, unsur-unsur layanan yang diberikan LSM, di samping program pengembangan masyarakat, juga mencakup pembangunan infrastruktur sosial dan politik dalam bentuk advokasi untuk kepentingan rakyat. Ketiga, LSM mendukung pengembangan civil society dengan memperjuangkan demokrasi, HAM, dan sebagainya. Keempat, LSM mendukung upaya perubahan kebijakan. Lembaga donor yang berasal dari berbagai negara dengan keragaman kepedulian melalui berbagai program yang dimiliki dimaksudkan untuk membantu membuka jalan bagi berbagai kelompok masyarakat dalam mencari peluang untuk mengembangkan kegiatannya.

2.1.4.2. SGP PTF UNDP sebagai Lembaga Donor

Berdasarkan dokumen Pemangilan Proposal SGP PTF, 2005, pada awal tahun 2005, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa United Nations Development Programme UNDP yang didukung oleh Komisis Eropa European Commission EC dengan penanggungjawab kegiatan adalah SEARCA SEAMEO Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture menyelenggarakan program Pendanaan Kecil untuk Menunjang Pelestarian Hutan Tropis di Indonesia Small Grants Programme for Operations to Promote Tropical Forest SGPPTF di Indonesia. Sekretariat SGPPTF kemudian mengundang para mitra yang bergerak di bidang penguatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakat untuk terlibat dalam program SGPPTF. SGPPTF bertujuan mempromosikan pengelolaan hutan secara berkelanjutan melalui kemitraan langsung dengan stakeholders lokal di wilayah- wilayah yang telah ditentukan. SGPPTF berpandangan untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan, memberdayakan individu dan komunitas dalam mengelola hutan dan kehutanan, menghasilkan manfaat yang adil dari barang dan jasa kehutanan yang dihasilkan dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Para mitra yang layak mengajukan proposal adalah komunitas yang bergantung pada hutan termasuk komunitas adat dan traditional, lembaga swadaya masyarakat, organisasi rakyat dan usaha kecil berbasis masyarakat yang bekerja untuk dan dengan komunitas adat dan hutan. Mitra dapat mengajukan proposal atau konsep proposal yang menangani aktifitas-aktifitas layak sebagai berikut: ƒ Pengembangan inisiatif alternatif dan kehidupan berkelanjutan, pengembangan kapasitas dan keahlian komunitas yang akan secara signifikan mengurangi tekanan pada sumber daya hutan; ƒ Membangun kapasitas dan jaringan kerja pemangku kepentingan para komunitas untuk pengelolaan yang ramah komunitas sehingga keterkaitan pada pemangku kepentingan lain dapat memenuhi kebutuhan dasar dan jasa-jasa lain; dan ƒ Menunjang kemantapan hak pemanfaatanpenggunaan lahan dan sumber daya alam lain, dan dengan demikian memperbaiki akses penggunaanpemanfaatan sumber daya alam lestari. Aktifitas-aktifitas tersebut di atas harus mempunyai tema umum kehidupan berkelanjutan dari komunitas yang bergantung pada hutan termasuk komunitas adat dan orang asli. Tema spesifik meliputi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis Komunitas Secara Terpadu, Membangun Prakondisi bagi terciptanya lingkungan hidup yang berkelanjutan dan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan. Rentang pendanaan dari jumlah minimum sebesar € 20.000 sekitar dua ratus Juta Rupiah hingga jumlah maksimum sebesar €100,000 sekitar 1 Milyar Rupiah bagi setiap proyek untuk periode 2 tahun 2005 – 2007. Jumlah yang diajukan harus secara jelas menggambarkan tujuan dan pencapaian dalam periode waktu tersebut. SGP PTF akan mendanai 80 dari biaya total proyek dan 20 dari dana harus dilengkapi oleh mitra pengaju proposal dalam bentuk dana maupun aset. Proyek yang diajukan harus merupakan kelanjutan dari proyek yang ada dan sudah memiliki struktur pengelolaan dasar. Melalui seleksi yang ketat yang dilakukan oleh Sekretariat SGP PTF UNDP ini telah terpilih 25 LSM yang tersebar di wilayah Jawa, Sumatera dan Sulawesi Tengah untuk mendapatkan dukungan dana. Besarnya jumlah dana dan rentang waktu pelaksanaan program yang dilakukan oleh LSM sangat beragam. SGPPTF ini aktif berjalan mulai tahun 2005 – 2007.

2.1.5. Praktik Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat di Indonesia