83 Sementara 3 LSM menyatakan telah memiliki sumber dana mandiri dan telah
berkontribusi terhadap lembaga, misalnya dari iuran anggota dan dana swadaya dari masyarakat. Namun sejumlah 2 LSM masih belum memiliki sumber dana
mandiri sehingga sampai saat ini masih mengandalkan lembaga donor terutama lembaga donor dari luar negeri.
Ketergantungan LSM kepada lembaga donor masih sangat besar. LSM masih mengandalkan bantuan dari lembaga donor dengan alasan lebih besar
hasilnya dan dapat diperoleh dengan cepat bila lulus seleksi. Kedekatan antara pengurus LSM dengan pihak-pihak yang mempunyai akses terhadap lembaga
donor juga sangat mempengaruhi kinerja pendanaan. Pengurus LSM yang mempunyai hubungan baik dan sudah kenal baik dengan pihak yang mempunyai
akses pendaaan akan lebih mudah untuk memperoleh pendanaan. Penggalangan dana kerap kali masih dilakukan secara sporadis, tidak
direncanakan secara matang, dan tidak diarahkan secara jangka panjang. Metode yang digunakan biasanya juga terbatas pada pengiriman proposal kepada lembaga
donatur internasional. Pola penggalangan dana seperti ini terjadi karena adanya gap
kapasitas pengetahuan dan pemahaman pengelola organisasi sosial terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan penggalangan dana.
Semua hal yang berkaitan dengan dana tentunya membutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman. Organisasi harus cukup informasi ke
tempat mana dana bisa dicari, kemudian harus punya cukup keahlian dan kreativitas, agar dana tersebut dapat mengucur ke lembaganya. Setelah itu
dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan komitmen agar dana dapat dikelola dengan baik, transparan, serta terjaga akuntabilitasnya.
5.1.4. Kinerja Tata Laksana dalam Program PHBM
Tata Laksana mengacu pada tatanan organisasi dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang menuntun pelaksanaan misi dan tujuan yang ingin
dicapai. Pengambilan keputusan, kepemimpinan dan kaderisasi, pertanggungjawaban, dan struktur organisasi merupakan elemen kunci dalam
penyelenggaraan governing suatu organisasi Tifa, 2006.
84 Semua hal yang berkaitan dengan mekanisme dalam organisasi
pengambilan keputusan, kepemimpinan dan kaderisasi, dan struktur organisasi dilandasi kesepakatan bersama seluruh anggota organisasi. Kesepakatan ini untuk
kemudian didokumentasikan agar jelas dan dapat dijadikan pedoman yang diterapkan organisasi secara konsisten. Pada proses pengambilan keputusan,
misalnya, keputusan tersebut dapat mempengaruhi kebijakan organisasi secara keseluruhan. Keterlibatan berbagai pihak pengurus, direktur eksekutif, staf
organisasi dapat mempengaruhi tingkat transparansi dan akuntabilitas proses. Penelitian ini menunjukkan bahwa 4 LSM menyatakan sudah mempunyai
mekanisme pengambilan keputusan seperti apabila ada masalah penting di lapangan yang harus diselesaikan dalam proyek UNDP ini dan telah diterapkan
secara konsisten oleh lembaga. Pengambilan keputusan tergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi. Keputusan-keputusan yang biasanya berhubungan
dengan kelembagaan, maka diperlukan diskusi dengan para pengambil keputusan tertinggi di lembaga, dan dilakukan secara berjenjang. Terkait dengan proyek
UNDP, biasanya Koordinator Proyek harus mendiskusikan kepada penanggung jawab proyek. Namun, jika ada persoalan di lapangan, tim di lapang dapat
mengambil keputusan sendiri bila diperlukan keputusan yang cepat dan tidak terlalu terkait dengan persolan mendasar lembaga, prinsip dasar. Semua hal yang
terjadi di lapang dan informasi-informasi lain terkait proyek dikomunikasikan secara berkala pada rapat koordinasi setiap bulan, serta laporan tertulis dalam
bentuk publikasi maupun tulisan catatan proses. Persepsi, misalnya, telah menetapkan aturan internal terkait dengan pengambilan keputusan ini. Ada
tingkatan pengambilan keputusan dengan mekanismenya masing-masing, yaitu: tingkat lapangan di kendalikan dan diselesaikan oleh Tim Pelaksana Proyek
melalui Rapat Koordinasi bulanan, tingkat program dan stakeholder oleh Manajemen Program melalui Rapat Direksi dan tingkatan nasional dan
internasional oleh Pengurus Perhimpunan melalui Rapat Umum Anggota RUA. Sementara 1 LSM belum memiliki mekanisme pengambilan keputusan dalam
proyek UNDP. Pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah dengan masyarakat dampingan tanpa ada aturan khusus yang dibuat lembaga Tabel 14.
85 Tabel 14. Penilaian Kinerja Elemen Tata Laksana
Jumlah Nilai Elemen Tata Laksana No
Indikator Baik
Cukup Kurang
Total T.1 Mekanisme
pengambilan keputusan
dalam proyek UNDP 4 4 1 9
T.2 Mekanisme pertanggungjawaban dan
aksesibilitas laporan tahunan program dan keuangan untuk proyek
UNDP 2 5 2 9
T.3 Ketersediaan ruang untuk
mempublikasikan pertanggungjawaban laporan tahunan
program dan keuangan proyek UNDP kepada publik
4 4 1 9
Total 10 13
4 27
Sumber: Hasil pengolahan data
Mekanisme pertanggungjawaban dan aksesibilitas laporan tahunan dan keuangan merupakan salah satu indikator yang penting dalam tata laksana sebuah
LSM. Sebagian besar LSM yaitu 5 LSM menytakan bahwa lembaga mempunyai laporan program dan keuangan dan berkala namun hanya untuk kalangan terbatas
yaitu untuk lembaga donor. Mekanisme pertanggungjawaban penggunaan dana proyek dilakukan secara berjenjang. Dana yang digunakan oleh tim proyek untuk
pelaksanaan proyek dilaporkan kepada bagian keuangan lembaga. Selanjutnya bagian keuangan akan melaporkan secara berkala setiap 3 bulanan kepada
UNDP. Pelaporan ini juga disertakan laporan substansi yang berjalan setiap 3 bulanan, 6 bulanan dan laporan akhir. Sementara untuk laporan keuangan masih
ditujukan kepada lembaga donor, namun bisa tetap terbuka untuk publik karena tidak ada perjanjian tertulis antara UNDP dan LSM untuk mempublikasikan
laporan tahunan program dan keuangan kepada publik. Sejumlah 2 LSM telah menyampaikan laporan program dan keuangan secara berkala untuk publik.
Semua laporan program dan keuangan ini dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, lembaga donor dan pihak-pihak lainnya dan disebarkan melalui
beberapa media, misalnya, buletin dan laporan tahunan lembaga. Ketersediaan ruang untuk mempublikasikan pertanggungjawaban laporan
tahunan program dan keuangan kepada publik menjadi faktor penting dalam pelaksanaan proyek UNDP. Sebanyak 4 LSM menyatakan bahwa telah tersedia
ruang untuk mempublikasikan pertanggungjawaban laporan tahunan program dan keuangan dalam proyek UNDP dan telah dikelola dengan baik. Ruang-ruang
86 yang disediakan beragam, misalnya, pencetakan publikasi media kampanye,
seperti buku, buletin, film, poster menjadi bahanalat yang digunakan untuk diskusi dan dialog dengan para pengambil kebijakan dan para pihak lainnya.
Media lainnya adalah melalui website yang dikelola lembaga sebagai media penyebarluasan informasi. Sementara 1 LSM menyatakan bahwa belum tersedia
ruang bagi lembaga untuk mempublikasikan pertanggungjawaban laporan tahunan program dan keuangan dalam proyek UNDP kepada publik. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan lembaga dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan laporan tahunan kepada publik.
5.1.5. Kinerja Administrasi dalam Program PHBM