Kinerja Pengelolaan Keuangan dalam Program PHBM

80

5.1.3. Kinerja Pengelolaan Keuangan dalam Program PHBM

Pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh LSM dalam program PHBM seharusnya mengacu pada prinsip pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif dan akuntabel. Proses pengelolaan keuangan ini mestinya menganut prinsip keterbukaan dan akuntabilitas. Tahapan pengelolaan keuangan meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pengawasan, pembuatan informasi, penggalangan dana, dan keberlanjutan keuangan. Data dan informasi yang berkaitan dengan keuangan bersifat terbuka, mudah diakses, diterbitkan secara teratur, dan mutakhir Tifa, 2006. Pihak UNDP telah menetapkan aturan dalam pengelolaan keuangan. UNDP akan memberikan dana sebanyak 80 dari total biaya proyek dan sebanyak 20 dari dana yang harus dilengkapi oleh LSM sebagai mitra UNDP dalam bentuk dana maupun aset lembaga SGPPTF, 2005. Hal ini berati bahwa sebagian besar dana yang diberikan UNDP kepada LSM terserap untuk kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Hanya sebagian kecil dana dari LSM untuk memberikan kontribusi terhadap program yang dijalankan. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar LSM yaitu 5 LSM menyatakan bahwa LSM telah memiliki pendanaan untuk pelaksanaan program PHBM sebelum adanya proyek UNDP namun belum sesuai dengan harapan yang diinginkan. Sumber dana memang telah tersedia untuk pelaksanaan proyek pada lokasi yang sama sebelum masuknya proyek UNDP namun belum dialokasikan secara khusus untuk kegiatan PHBM. Selain itu, pendanaan sebelum proyek UNDP hanya berkomitmen pada pencapaian salah satu output tertentu, namun LSM masih memerlukan dukungan dari pihak lain untuk mencapai output yang lain. Sementara hanya 2 LSM yang menyatakan bahwa pendanaan untuk pelaksanaan program PHBM sebelum adanya proyek UNDP telah sesuai dengan harapan. Hal ini disebabkan adanya lembaga donor yang telah memberikan bantuan secara penuh sesuai dengan yang direncanakan oleh LSM dalam program PHBM pada lokasi yang sama dengan proyek UNDP ini. Namun hanya satu LSM yang menyatakan bahwa lembaga tidak memiliki pendanaan untuk pelaksanaan program PHBM sebelum masuknya proyek UNDP. Hal ini disebabkan sebelum masuknya proyek UNDP, LSM bersama masyarakat mengembangkan dana 81 swadaya dari masyarakat dalam program PHBM pada lokasi yang sama dengan proyek UNDP Tabel 13. Tabel 13. Penilaian Kinerja Elemen Keuangan Jumlah Nilai Elemen Keuangan No Indikator Baik Cukup Kurang Total K.1 Pendanaan untuk pelaksanaan program PHBM sebelum adanya proyek UNDP 3 5 1 9 K.2 Revisi anggaran yang diajukan ke lembaga donor dalam proyek UNDP 2 5 2 9 K.3 Mekanisme pertanggungjawaban keuangan lembaga dalam proyek UNDP 8 1 0 9 K.4 Kebijakan dan strategi tentang rencana penggalangan sumber dana setelah proyek UNDP berakhir 2 5 2 9 K.5 Sumber dana mandiri 3 4 2 9 Total 18 20 7 45 Sumber: Hasil pengolahan data Dalam pelaksanaan proyek UNDP, pihak lembaga donor memberikan kelonggaran bagi LSM untuk mengajukan revisi anggarannya apabila dalam perjalanan melakukan kegiatannya ada hal-hal yang belum sesuai dengan proposal yang diajukan. Sebagian besar LSM yaitu 5 LSM menyatakan telah melakukan revisi terhadap anggarannya dan revisi tersebut telah disetujui oleh pihak lembaga donor. Revisi terhadap anggaran ini dilakukan karena ada perubahan terhadap beberapa kegiatan yang berimplikasi terhadap perubahan alokasi dana, meskipun dari sisi jumlah total dana yang diterima oleh LSM tidak mengalamai perubahan. Sementara sejumlah 2 LSM menyatakan bahwa tidak ada revisi anggaran dan telah sesuai dengan proposal yang diajukan. Namun sejumlah 2 LSM menyatakan telah mengajukan revisi anggaran namun tidak disetujui oleh UNDP. Hal ini disebabkan LSM tidak dapat memberikan justifikasi yang jelas terhadap perubahan anggaran sehingga pihak UNDP belum dapat menerima perubahan atau revisi anggarannya. Namun pihak UNDP memberikan solusi untuk melakukan silang pos anggaran pada kegiatan yang lain dengan syarat tidak merubah jumlah total anggaran yang diterima LSM. Adanya mekanisme pertanggungjawaban keuangan LSM dalam proyek UNDP merupakan salah satu indikator dalam penilaian kinerja LSM. Sebagian besar LSM yaitu 8 LSM menyatakan sudah mempunyai mekanisme 82 pertanggungjawaban keuangan lembaga dalam proyek UNDP dan mekanisme tersebut telah sesuai dengan standar akuntasi yang berlaku. Hal ini disebabkan pihak UNDP telah menunjuk lembaga akuntan publik yang independen untuk melakukan audit keuangan terhadap LSM sehingga laporan audit yang dikeluarkan oleh LSM telah sesuai dengan standar akuntasi. Namun, sejumlah 1 LSM masih belum memiliki mekanisme pertanggungjawaban keuangan lembaga dalam proyek UNDP. Hal ini disebabkan tidak adanya basis pengetahuan dasar yang cukup dari pelaksana atau staf lembaga untuk menyusun laporan keuangan meskipun LSM tersebut telah mendapatkan pendampingan dari pihak luar. Kebijakan dan strategi LSM tentang rencana penggalangan sumber dana setelah proyek UNDP berakhir merupakan salah satu faktor untuk melihat keberlanjutan program. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar LSM yaitu 5 LSM telah memiliki kebijakan dan strategi penggalangan sumber dana setelah proyek UNDP namun masih terbatas pada satu sumber donor. Peluang untuk menyusun propsal yang diajukan kepada lembaga donor lain terbuka dengan lebar. Bahkan, Masta, misalnya, telah menjalin komunikasi yang intensif dengan lembaga donor lainnya yang telah berkomitmen untuk mendanai program PHBM pada lokasi yang sama dengan proyek UNDP. Sejumlah 2 LSM sudah memiliki kebijakan dan strategi rencana penggalangan sumber dana dari berbagai sumber. Sementara sejumlah 2 LSM lainnya menyatakan tidak memiliki kebijakan dan strategi penggalangan dana. Ketergantungan yang tinggi terhadap lembaga donor membuat sejumlah LSM belum dapat mengembangkan sumber dana mandiri seperti iuran anggota, usaha komersial, atau dari masyarakat sendiri. Sebagian besar LSM 4 menyatakan sudah memiliki sumber dana mandiri namun belum menunjukkan kontribusi terhadap lembaga. RMI, misalnya, telah mendirikan unit bisnis tersendiri dalam bentuk Fasilitas Kampung Pendidikan Lingkungan sejak tahun 2002 dan Kedai Halimun yang dikembangkan pada tahun 2006. Selain itu RMI juga mengembangkan program-program aktif dalam bentuk pelatihan yang bersifat komersial. Selain modal yang masih sangat terbatas, pengelolaannya juga masih belum terlihat profesional karena masih dikerjakan oleh tenaga yang kurang berpengalaman dalam bidang bisnis dan kadang masih dirangkap oleh staf LSM. 83 Sementara 3 LSM menyatakan telah memiliki sumber dana mandiri dan telah berkontribusi terhadap lembaga, misalnya dari iuran anggota dan dana swadaya dari masyarakat. Namun sejumlah 2 LSM masih belum memiliki sumber dana mandiri sehingga sampai saat ini masih mengandalkan lembaga donor terutama lembaga donor dari luar negeri. Ketergantungan LSM kepada lembaga donor masih sangat besar. LSM masih mengandalkan bantuan dari lembaga donor dengan alasan lebih besar hasilnya dan dapat diperoleh dengan cepat bila lulus seleksi. Kedekatan antara pengurus LSM dengan pihak-pihak yang mempunyai akses terhadap lembaga donor juga sangat mempengaruhi kinerja pendanaan. Pengurus LSM yang mempunyai hubungan baik dan sudah kenal baik dengan pihak yang mempunyai akses pendaaan akan lebih mudah untuk memperoleh pendanaan. Penggalangan dana kerap kali masih dilakukan secara sporadis, tidak direncanakan secara matang, dan tidak diarahkan secara jangka panjang. Metode yang digunakan biasanya juga terbatas pada pengiriman proposal kepada lembaga donatur internasional. Pola penggalangan dana seperti ini terjadi karena adanya gap kapasitas pengetahuan dan pemahaman pengelola organisasi sosial terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan penggalangan dana. Semua hal yang berkaitan dengan dana tentunya membutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman. Organisasi harus cukup informasi ke tempat mana dana bisa dicari, kemudian harus punya cukup keahlian dan kreativitas, agar dana tersebut dapat mengucur ke lembaganya. Setelah itu dibutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan komitmen agar dana dapat dikelola dengan baik, transparan, serta terjaga akuntabilitasnya.

5.1.4. Kinerja Tata Laksana dalam Program PHBM