3.5.2. Analisis Model Pengembangan Institusi Lokal
Penelitian ini juga menggunakan analisis model pengembangan institusi lokal yang dikembangkan oleh Afiff 2007. Pengertian institusi dalam konsep ini
bukan hanya dalam pengertian umum yang berarti organisasi atau lembaga. Institusi yang dimaksud disini merupakan semua aturan baik formal maupun
informal yang digunakan dan dipraktekkan oleh masyarakat di suatu tempat yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan hutan.
Menurut Ostrom 1990, dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, aturan-aturan ini mengatur siapa yang berhak untuk membuat keputusan
tentang pemanfaatan dan pengelolaan, apa saja aktivitas yang diperbolehkan dan tidak boleh dilakukan, aturan mana saja yang akan digunakan, dan bagaimana
seseorang dapat memperoleh akses terhadap sumberdaya tertentu. Berdasarkan Afiff 2007, terdapat empat dimensi institusi yang
dikembangkan dalam konteks pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang berbasis masyarakat. Empat dimensi tersebut adalah:
1. Pengembangan institusi yang terkait dengan pengaturan tata kuasa tenurial
dan tata guna lahan. Adanya kepastian akan akses dan kontrol terhadap lahan dan
sumberdaya hutan merupakan isu yang paling banyak diangkat dalam program yang mendorong pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Adanya kepastian
akses atau pengusahaan adalah salah satu prasyarat penting dalam pengelolaan hutan yang lestari. Tumpang tindih penguasaan antara lain merupakan
penyebab dari adanya ketidakpastian tenurial pada wilayah yang dikelola oleh masyarakat. Ketidakpastian penguasaan tenurial dan akses masyarakat
terhadap hutan seringkali dilihat sebagai salah satu alasan mengapa masyarakat seringkali tidak terlalu antusias untuk mencari strategi pengelolaan
sumberdaya alam untuk tujuan jangka panjang.
2. Pengembangan institusi yang terkait dengan tata produksi
Ketika kepastian tenurial dapat diperoleh masyarakat, maka tantangan selanjutnya adalah mengembangkan institusi yang terkait dengan penataan
produksi. Terdapat dua level strategi pengembangan yang perlu dipikirkan yaitu: i strategi pengembangan tata produksi pada tingakt kelompok atau
komunitas, dan ii strategi pengembangan tata produksi pada tingkat rumah tangga. Dua strategi ini jelas saling terkait.
Strategi tata produksi pada tingkat kelompok atau komunitas pada dasarnya adalah mencari bentuk usaha bersama yang melibatkan semua
anggota kelompok. Sementara untuk strategi pengembangan tata produksi pada tingkat rumah tangga petani, pendekatan yang banyak didorong oleg
LSM pada komunitas di sekitar hutan adalah dengan cara mendorong tumbuhnya jenis-jenis usaha ekonomi rumah tangga yang bertujuan untuk
menurangi ketergantungan petani pada hutan. 3.
Pengembangan institusi yang terkait dengan tata konsumsi. Perubahan pola konsumsi umumnya berpengaruh besar pada cara
masyarakat menilai sumberdaya alam ini. Dengan semakin pentingnya mata uang dalam kehidupan masyarakat di pedesaan, maka sedikit banyak juga
berpengaruh pada cara ereka menilai dan memaknai sumberdaya alam yang mereka miliki atau kelola. Tanah atau lahan pertanian atau hutan pada
awalnya bukanlah komoditi ekonomi bagi masyarakat pedesaan. Dengan adanya perubahan nilai ini, maka tanah atau lahan sekarang berubah menjadi
komoditi yang mempunyai nilai ekonomis sehingga menjadi objek jual beli. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi ini biasanya akan mendorong
adanya peningkatan ekspoitasi dari sumberdaya alam yang dapat mengancam kelestarian sumberdaya dan keberlangsungan pelayanan alam dari ekosistem
hutan buat masyarakat itu sendiri.
Upaya dan strategi pengembangan institusi di tingkat lokal pada dasarnay dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu kondisi fisik dan sumberdaya alam
setempat; faktor-faktor ekonomi politik pada tingkat internasional, nasional, dan daerah; serta faktor dinamika sosial dan politik lokal.
Pengembangan institusi di tingkat lokal dengan berbagai faktor yang mempengaruhi tersebut bertujuan untuk mencapai pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan dan berkeadilan sosial. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2. Kerangka Konseptual Pengembangan Institusi Lokal Afiff,2007
Pengaturan Tata Kuasa Tenurial
Pengaturan Tata Guna Lahan
Pengaturan Tata Produksi
Pengaturan Tata Konsumsi
Karakteristik Fisik dan Sumberdaya
Alam Setempat Pengembangan
Institusi Lokal Kelompok
Komunitas Masyarakat
Desa Pengelolaan
Lingkungan yang Berkelanjutan dan
Berkeadilan Sosial Konteks Ekonomi Politik di Tingkat
Internasional – Nasional - Daerah
Dinamika Sosial dan Politik Lokal
3.5.3. Metode Perancangan Program