Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep Model Teoritis

fasilitas yang dimiliki oleh sekolah tersebut yaitu dengan menyediakan sarana prasarana seperti laboratorium komputer, laboratorium bahasa, perpustakaan, masjid, klinik, dan lain sebagainya yang memadai yang akan membuat siswa merasa nyaman dan dapat meningkatkan semangat belajar serta dengan menyediakan tenaga pengajar yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing http:www.shafiyyatul.comsarana.php. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti persepsi siswa terhadap pola mengajar guru dengan menggunakan bahasa Inggris di kelas internasional SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah persepsi siswa kelas internasional SMA Shafiyyatul Amaliyyah terhadap pola mengajar guru dengan menggunakan bahasa Inggris?

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini difokuskan pada pola mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris yang dilakukan oleh para guru kelas internasional SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Universitas Sumatera Utara 2. Penelitian ini difokuskan pada persepsi para siswa kelas internasional SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan terhadap pola mengajar guru dengan menggunakan bahasa Inggris. 3. Responden dari penelitian ini adalah siswa kelas internasional SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan. 4. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010.

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola mengajar guru dengan menggunakan bahasa Inggris di kelas internasional SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mendukung efektivitas pola mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris di kelas internasional SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa kelas internasional SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan terhadap pola mengajar guru dengan menggunakan bahasa Inggris

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai ilmu komunikasi. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperluas khasanah penelitian dan sumber bacaan bagi mahasiswa departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pemikiran kepada SMA Shafiyyatul Amaliyyah dan pihak lainnya.

1.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1995: 39. Menurut Kerlinger Rakhmat, 2009: 6, teori merupakan suatu himpunan konstruk konsep, definisi, dan komposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Kelompok

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi komunikasi akan terjadi atau Universitas Sumatera Utara berlagsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang disampaikan Effendy, 2005: 9. Komunikasi merupakan proses pengiriman lambang yang mengandung arti dari individu yang satu ke individu yang lain, atau dari kelompok satu ke kelompok lain. Pengiriman lambang ini dapat juga terjadi antara individu dengan kelompok. Lambang-lambang yang dipergunakan harus dipahami oleh komunikator maupun komunikan, atau sekurang-kurangnya dianggap dipahami untuk memungkinkan kelanjutan dari kegiatan komunikasi antara pihak yang berkepentingan. Komunikasi akan mudah berlangsung lebih lanjut antara orang- orang maupun kelompok-kelompok yang sependapat atau sekurang-kurangnya sudah mempunyai pendapat yang sama tentang suatu masalah Anoraga, 1995: 230. Menurut Harold D. Lasswell Effendy, 2005: 10 cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?. Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan tersebut, yaitu: - Komunikator communicator, source, sender - Pesan message - Media channel, media - Komunikan communicant, communicate, receiver, recipient - Efek effect, impact, influence Universitas Sumatera Utara Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut small group communication. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan komunikasi antarpersona Mulyana, 2005: 74. Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi makna di antara mereka, sehingga mampu melahirkan sentiment-sentimen kelompok serta kerinduan di antar mereka Bungin, 2006: 264-265. Komunikasi kelompok group communication termasuk komunikasi tatap muka karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi tatap muka dan saling melihat. Menurut Alvin A. Goldberg dan Carl E. Larson 1985: 6, komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitiberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Kita dapat Universitas Sumatera Utara mengajukan bemacam-macam pertanyaan yang berhubungan dengan komunikasi kelompok dan jawabannya akan membantu kita memahami lebih baik batas-batas dan atribut-atribut komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok dapat dibedakan menjadi komunikasi kelompok kecil small group communication dan komunikasi kelompok besar large group communication. Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi antarpersona dengan setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab. Sedangkan untuk situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar, jika antara komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi antarpersona. Kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti halnya pada komunikasi kelompok kecil Effendy, 2002: 8-9. Salah satu jenis komunikasi kelompk kecil adalah kelompok belajar atau kelompok pendidikan. Sebagai anggota kelompok belajar atau kelompok pendidikan, kita berusaha untuk mengajarkan dan mempelajari subjek tertentu. Kelompok insan film berkumpul untuk berbagi penafsiran mereka mengenai bioskop. Seminar-seminar dan kursus-kursus, yang melibatkan interaksi kelompok, juga terdiri dari kelompok-kelompok belajar. Brilhart dan Galones 1992 menyebut kelompom seperti ini sebagai ”kelompok pencerahan”, setiap anggota kelompok berusaha untuk memecahkan masalah, tetapi tidak memiliki otoritas untuk melaksanakan keputusan mereka Tubbs, 2005: 67. Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Komunikasi Dan Pendidikan

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan merupakan komunikasi, dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yaitu pengajar sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan Effendy. 2005: 101. Menurut Sadiman 1996: 11 proses komunikasi dalam pendidikan terjadi ketika seorang pengajar manyampaikan pesan berupa ilmu pengetahuan kepada para pelajar melalui media tertentu, baik buku pelajaran ataupun media lainnya, dengan harapan para pelajar dapat memahami apa yang disampaikan sebagai efeknya. Perbedaan antara komunikasi dengan pendidikan terletak pada tujuannya atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan dari pendidikan bersifat khusus, yaitu meningkatkan pengetahuan seseorang tentang suatu hal sehingga dia dapat menguasainya. Tujuan pendidikan itu akan tercapai jika prosesnya berlangsung secara komunikatif, jika tidak, maka tujuan pendidikan itu tidak mungkin dapat tercapai.

1.5.3 Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh De Vito 1986, bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung Liliweri, 1991: 12. Universitas Sumatera Utara Menurut De Vito Liliweri, 1991: 13, suatu komunikasi antarpribadi mengandung ciri-ciri sebagai berikut: 1. Ketebukaan Openness 2. Empati Empathy 3. Dukungan Supportiveness 4. Rasa Positif Positiveness 5. Kesamaan Equality Asumsi dasar komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek atau prilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan komunikan memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan menyenangkan, maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah berhasil. Menurut Johnson Supratiknya, 1995: 11, seorang komunikator harus memiliki beberapa kemampuan untuk dapat mengembangkan dan menjaga kelangsungan komunikasi yaitu mampu untuk saling memahami, mampu mengkomunikasikan pikiran secara tepat dan jelas, mampu saling menerima dan memberi dorongan, serta mampu untuk memecahkan masalah. Selain itu, seorang komunikator juga harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, agar pesan yang disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Universitas Sumatera Utara

1.5.4 Metode Pengajaran

Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan guru dan anak didik secara bersama-sama untuk memperoleh pengetahuan melalui proses pembelajaran yang akhirnya membentuk perilaku atau kepribadian anak. Pakar pendidikan, Sikun Pribadi, berpendapat bahwa mengajar adalah kegiatan pembinaan yang terkait dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif dengan tujuan agar siswa lebih cerdas, banyak pengalaman, berpikir kritis, sistematis, dan obyektif. Untuk ranah psikomotorik dengan tujuan terampil melaksanakan sesuatu, seperti: membaca, menulis, menyanyi, berhitung, lari cepat, berenang, dan lain-lain Thoifuri, 2008: 37. Untuk membuat suatu proses pengajaran menjadi berhasil, maka seorang guru harus dapat memilih sebuah metode pengajaran yang paling cocok. Dari beberapa metode pengajaran yang ada, metode parsitipoatori merupakan salah satu metode yang baik digunakan oleh para guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Metode parsitipatori lebih menekankan ketelibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek, belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator bagi para siswa Suyatno, 2009: 44. Menurut Freire Suyatno, 2009: 44 guru yang menggunakan metode ini memiliki watak sebagai berikut: 1. Kepribadian yang menyenangkan Universitas Sumatera Utara 2. Memiliki kecakapan sosial 3. Mampu mendesain pengajaran 4. Kemampuan mengorganisasi 5. Cermat 6. Memiliki ketertarikan pada subjek belajar 7. Fleksibel 8. Memiliki pemahaman yang baik

1.5.5 Persepsi

Menurut Desiderato Rakhmat, 2005: 51, persepsi adalah pengamatan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi perhatian, ekspektasi harapan, motivasi dan memori. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus Rakhmat 1998: 51. Jalaluddin Rakhmat, dalam bukunya Psikologi Komunikasi 2005 juga mengungkapkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor struktural yang berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf Universitas Sumatera Utara individu dan faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal. Menurut Mulyana 2005: 167-168 persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Persepsi meliputi penginderaan sensasi, atensi perhatian dan interpretasi.

1.5.6 Model S-O-R

Model S-O-R ini diperkenalkan pada tahun 1930-an. Model S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori ini semula berasal dari psikologi, kalau kemudian menjadi teori komunikasi juga, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi Effendy, 2003: 253. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah: a. Pesan Stimulus, S b. Komunikan Organisme, O Universitas Sumatera Utara c. Efek Response, R Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek: ”how”, bukan ”why” dan ”what”. Jelasnya, how to communicate, dalam hal ini, how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar’at Effendy, 2003: 253 dalam bukunya ”Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovlan, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menela’ah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Gambar 1 Variabel Sikap Sumber: Effendy, 2003: 253 Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari Stimulus Response Perubahan Sikap Organisme: • Perhatian • Pengertian • Penerimaan Universitas Sumatera Utara komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif, misalnya jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum, ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Secara substansi pola mengajar guru memiliki kontribusi dalam memformulasikan pesan-pesan berupa ilmu pengetahuan kepada para siswa. Akibatnya secara tidak langsung para siswa telah melakukan proses belajar dalam mencerna serta mengingat pesan yang telah diterimanya. Kondisi ini tentunya tanpa disadari sebagai upaya mengubah sikap para siswa. Ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam model S-O-R. Secara interpretatif pola mengajar guru merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme yaitu siswa. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, respon siswa tersebut memberikan persepsi terhadap pola mengajar guru. Universitas Sumatera Utara

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil dari pemikiran yang rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai Nawawi, 1991: 40. Kerangka konsep memuat komponen-komponen yang akan diteliti beserta indikatornya untuk memperjelas penelitian yang akan dicapai. Berdasarkan kerangka teori yang telah ada, dapat ditentukan pernyataan- pernyataan yang bersifat konseptual. Kerangka konsep merupakan definisi yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena atau pun fenomena alam. Komponen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Komponen pola mengajar guru dengan menggunakan bahasa Inggris. 2. Komponen persepsi siswa terhadap pola mengajar guru dengan menggunakan bahasa Inggris.

1.7 Model Teoritis

Berdasarkan komponen yang telah ditetapkan, maka terbentuklah suatu skema model teoritis penelitian sebagai berikut: Stimulus: Pola Mengajar Guru Response Persepsi Organisme: Siswa Universitas Sumatera Utara

1.8 Operasional Konsep

Dokumen yang terkait

Pola Mengajar Guru (Studi Etnografi Mengenai Pola Mengajar Para Guru di SMPN 10 Medan)

3 56 122

Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

1 5 90

Pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi

0 11 0

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP KEAKTIFAN SISWA Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Terhadap Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Ekonomi Kelas X IPS SMA

0 2 19

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP KEAKTIFAN SISWA Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Terhadap Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Ekonomi Kelas X IPS SMA

0 4 12

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU DENGAN KESEJAHTERAAN SISWA DI SMP Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Kesejahteraan Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 1 15

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN SISWA Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Kesejahteraan Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMA Batik 1 Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG CARA GURU MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMA Batik 1 Surakarta.

0 1 19

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG BIMBINGAN GURU BK DAN CARA GURU MENGAJAR DENGAN MOTIVASI Hubungan Persepsi Siswa Tentang Bimbingan Guru BK Dan Cara Guru Mengajar Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X Di Smk Negeri 6 Surakarta.

0 0 20