komunikasi dengan orang lain, kita bukan saja belajar mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita Mulyana, 2005: 7-8.
b. Pernyataan eksistensi diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepatlagi pernyataan eksistensi diri. Kita dapat
memodifikasi pernyataan filosof Prancis Rene Descartes 1596-1650 yang mengatakan Cogito Ergo Sum “Saya berpikir, maka saya ada” menjadi
“Saya berbicara, maka saya ada”. Bila kita berdiam diri, orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak eksis. Namun ketika kita
berbicara, kita menyatakan bahwa kita ada Mulyana, 2005: 12. c.
Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan
utama kita sebagai manusia dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya
bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.
2. Komunikasi Ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendiri ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif
Universitas Sumatera Utara
tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan
emosi kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal Mulyana, 2005: 21-22.
Komunikasi ekspresif dapat pula dikomunikasikan melalui karya seni seperti puisi, novel, lukisan, tarian, musik, dan seni patung. Musik dapat
mengekspresikan perasaan, kesadaran, bahkan pandangan hidup atau ideologi manusia seperti cinta, penderitaan orang, atau kritik terhadap penguasa. Lukisan
juga sering mengekspresikan perasaan pelukisnya. Perasaan tersebut terlihat dari penggunaan warna dan bentuk-bentuk garis dalam lukisan Riswandi, 2009: 19.
3. Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara ritual. Suatu komunitas yang sering melakukan
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang
tahun menyanyikan Happy Birthday dan pemotongan kue, pertunangan, pernikahan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara tersebut orang-orang
mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa’a, membaca kitab suci, naik haji, upacara
wisuda, perayaan lebaran atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
Universitas Sumatera Utara
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka Mulyana, 2005: 25.
Komunikasi ritual sering kali bersifat ekspresif, artinya menyatakan perasaan terdalam seseorang, misalnya seorang anggota Paskibraka berlinang air
mata ketika mencium bendera pusaka merah putih. Kegiatan komunikasi ritual memungkinkan pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi
keterpaduan mereka. Yang menjadi esensi bukanlah kegiatan ritualnya, akan tetapi adanya perasaan senasib sepenanggungan yang menyertainyam artinya
adanya perasaan bahwa kita terikat oleh sesuatu yang lebih besar dari diri kita, dan bahwa diri kita diakui dan diterima oleh kelompok kita Riswandi, 2009: 20.
Komunikasi ritual adakalanya bersifat mistik dan seringkali perilaku orang- orang yang ada di dalam komunitas tersebut sulit dimengerti dan dipahami oleh
orang-orang yang ada di luar komunitas. Contoh yang dapat dikemukakan adalah upacara-upacara ritual di beberapa suku pedalaman di Indonesia seperti suku
Asmat, suku Badui, Dayak, dan beberapa suku lainnya yang mata pencahariannya adalah bertani, menangkap ikan di sungai atau di laut, atu berburu binatang.
Komunikasi ritual ini bisa jadi akan tetap ada sepanjang zaman, karena ia merupakan kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah demi
pemenuhan kebutuhan dirinya sebagai makhluk individu, anggota komunitas tertentu, makhluk sosial, dan sebagai salah satu bagian dari alam semesta.
Universitas Sumatera Utara
4. Komunikasi Instrumental