58 perubahan lahan sawah menjadi semak belukar seluas 3.869,7 ha diikuti kebun
kelapa seluas 3.435,1 ha dan menjadi kebun campuran seluas 3.065,9 ha. Perubahan penggunaan lahan sawah menjadi semak belukar dan kebun campuran
terjadi pada daerah lokasi yang relatif tinggi dimana air pasang tidak bisa masuk sehingga tanah menjadi masam.
Perubahan penggunaan lahan sawah menjadi semak belukar, kebun campuran dan kelapa terjadi di daerah Rantau Rasau II, Nipah Panjang Bandar
Jaya dan Harapan Makmur Rantau Rasau I. Pada periode 1989-1998 masih terjadi pembukaan lahan hutan untuk dijadikan lahan sawah seluas 1.051,25 ha.
Perubahan tersebut terjadi di daerah pinggir sungai di daerah Pematang Mayan dan desa Simpang yang dilakukan oleh petani lokal.
Tabel 11. Perubahan penggunaan lahan tahun 1989 ke tahun 1998
Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS
4.6.3. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1998 ke Tahun 2008
Pada periode 1998-2008, Luas sawah bertambah 1.814,8 ha sehingga sawah mendominasi seluas 12.425,5 ha 44,3 dan semak belukar berkurang 4.923,2
ha. Berkurangnya semak belukar disebabkan lahan telah menunjukkan perbaikan kesuburan dan dapat ditanami padi kembali dan sebagian disebabkan oleh
tingginya minat masyarakat terhadap kelapa sawit dan karet terutama pada lahan yang lebih tinggi. Bertambahnya luas lahan kelapa 3.942,1 ha terutama karena
perubahan lahan sawah yang ditanami kelapa dan ketika kelapa telah tumbuh besar, lahan tidak bisa ditanami padi.
No Penggunaan Lahan
Hutan Sawah
Semak Belukar
Kebun Campuran
Kelapa Pemu-
kiman Jumlah
HT SW
SB KC
KLP KP
1. Hutan
HT 170,3
1.051,3 0,0
480,5 2,2
0,0 1.704,3
2. Sawah
SW 0,0
7.726,9 3.869,7
3.065,9 3.435,1
360,2 18.457,9
3. Semak
Belukar SB
16,1 225,6
797,9 104,7
0,0 0,0
1.144,3 4.
Kebun Campuran
KC 0,0
1.227,6 1.547,2
1.203,2 148,2
0,0 4.126,2
5. Kelapa
KLP 0,0
379,3 60,0
98,9 1.949,8
16,7 2.504,7
6. Pemukiman
KP 0,0
0,0 0,0
0,0 49,3
84,0 133,3
Jumlah 186,46
10.610,65 6.274,8
4.953,2 5.584,6
461,0 28.070,7
59 Tabel 12 Perubahan penggunaan lahan tahun 1998 ke tahun 2008
Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS
Berdasarkan Tabel 15, perubahan terbesar adalah perubahan penggunaan lahan semak belukar menjadi sawah mencapai 2.099,1 ha, perubahan kelapa
menjadi sawah seluas 1.292,70 ha. Perubahan semak belukar menjadi sawah tersebut disebabkan adanya keyakinan petani bahwa lahan mereka menjadi lebih
baik dan dapat ditanami padi karena kemasaman tanah sudah bisa dikendalikan dengan membuat tata air mikro di lahan.
N o
Penggunaan Lahan
Hutan Sawah
Semak Beluka
r Kebun
Campura n
Kelapa Pemu-
kiman Karet
Kelapa Sawit
Jumla h
HT SW
SB KC
KLP KP
KRT SWT
1 Hutan
HT 166,7
19,1 0,0
0,0 0,0
0,7 0,0
0,0 186,5
2 Sawah
S W
0, 0 7.714,1
62,1 105,1 1.130,5
1,5 333,8
1.263,6 10.610,7
3 Semak
Belukar SB
0,0 2.099,1 1.243,7
537,4 1.591,3 34,3
280,9 488,0
6.274,8 4
Kebun Campuran
K C
0,0 962,0
45,7 87,0 2.510,0
47,8 431,9
868,7 4.953,2
5 Kelapa
KLP 0,0
1.292,7 0,0
0,0 4.279,0 7,8
0,0 5,2
5.584,6 6
Pemukima KP
0,0 338,5
0,0 0,0
15,9 106,6
0,0 0,0
461,0 Jumlah
166,7 12.425,5 1.351,5
729,6 9.526,7 198,7 1.046,7
2.625,4 28.070,7
V. PERUBAHAN KARAKTERI STI K TANAH DAN AI R
5.1. Perubahan Karakteristik Tanah 5.1.1. Ketebalan Bahan Organik
Reklamasi lahan pasang surut di delta Berbak Jambi menyebabkan perubahan terhadap karakteristik tanah terutama terhadap ketebalan bahan organik. Ketebalan bahan
organik pada awal pembukaan tahun 1973 di lokasi 1 di desa Rantau Rasau II parit 4 adalah 65 cm dan pada tahun 1984 menjadi 25 cm Tabel 13. Hal ini menunjukkan bahwa setelah
10 tahun reklamasi terjadi penurunan bahan organik sebesar 40 cm. Penurunan rata-rata bahan organik adalah 4 cm per tahun. Pada periode 1984–2008 tidak terjadi penurunan
ketebalan bahan organik di lokasi 1. Tingginya penurunan ketebalan bahan organik pada lokasi 1 pada periode awal
disebabkan adanya reklamasi lahan pasang surut. Reklamasi yang dilakukan adalah dengan dibuatnya saluran air sehingga muka air tanah turun. Selain itu, adanya sistem pertanian
yang dilakukan oleh petani yaitu dengan membakar lahan pada waktu persiapan lahan untuk penanaman padi. Namun menurut informasi dari masyarakat pada musim kemarau pernah
terjadi kebakaran di lahan gambut. Kebakaran gambut tahun 1982 pada lokasi 1 parit 4 Rantau Rasau II merupakan salah satu faktor yang mempercepat habisnya lapisan bahan
organik. Kebakaran di lahan gambut menyebabkan permukaan tanah semakin dekat dengan permukaan air tanah. Kondisi ini memberikan dampak terhadap gambut selalu dalam
kondisi lembab. Kondisi lembab dengan kandungan air yang tinggi mampu menekan penurunan bahan organik pada periode berikutnya. Kebakaran gambut tersebut
menyebabkan para petani meninggalkan lokasi 1 Rantau Rasau II menjadi semak belukar dalam beberapa tahun. Selama rentang waktu tersebut tidak terdapat aktifitas persiapan
lahan, seperti pembakaran gambut. Lokasi 2 di sungai Dusun SK 21 selama 10 tahun pertama reklamasi ketebalan bahan
organik berkurang sebanyak 3 cm. Penurunan rata-rata ketebalan adalah 0,3 cmtahun. Sementara untuk periode tahun 1984 ke tahun 2008 14 tahun bahan organik berkurang
sebanyak 19 cm. Lokasi 2 sungai Dusun SK 21 pada periode awal reklamasi merupakan cekungan yang terisi lapisan bahan organik gambut sehingga akan sulit terjadinya
penurunan lapisan. Hal ini disebabkan karena daerah tersebut selalu dalam kondisi lembab dan basah. Namun, setelah Tahun 1984 terjadinya penurunan ketebalan bahan organik yang