55 perkampungan mulai menyebar dan berkembang yaitu Nipah Panjang I dan
Nipah Panjang II, Bandar Jaya, Simpang dan sungai Dusun. Pemukiman transmigran masih tetap sepanjang tanggul dekat saluran dengan jarak antar
rumah sekitar 100 m dan 250 m.
4.6. Perubahan Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil analisis peta penggunaan lahan tahun 1973 IPB 1973 dan hasil interpretasi citra diperoleh perubahan penggunaan lahan dari periode
1973 sampai 2008 seperti pada Tabel 9 dan Gambar 14. Pada awal reklamasi pada tahun 1973 penggunaan lahan didominasi hutan diikuti penggunaan lahan sawah
masing-masing mencapai 16.302,6 ha dan 11.198,3 ha. Sementara semak belukar hanya 569,8 ha. Namun pada tahun 1989 terjadi perubahan yang sangat besar
yaitu penggunaan lahan hutan berkurang menjadi 1.704,3 ha. Penggunaan lahan sawah meningkat menjadi 18.457,9 ha. Perubahan tersebut dapat dipahami
dimana lahan hutan dibuka untuk dijadikan lahan sawah sebagai implementasi kebijakan pemerintah dalam program transmigrasi. Namun pada tahun 1989
terdapat kebun campuran seluas 4.126,2 ha yang tersebar di tempat yang relatif tinggi di desa Bandar Jaya, Rantau Rasau II dan Rantau Rasau I. Penggunaan
lahan kelapa mencapai 2.504,7 ha lebih dominan di daerah Nipah Panjang. Tabel 9 Perubahan penggunaan lahan tahun 1973, 1989, 1998 dan 2008
Sumber : Hasil Pengolahan Data Data Survey Delta Berbak 1973 dan Foto Udara
Analisis Citra Landsat TM dan informasi petani Analisis Citra Landsat TM dan informasi petani serta pengamatan di lapangan
No Penggunaan Lahan
Tahun 1973
1989 1998
2008 Luas Hektar
1. Hutan
16.302,6 1.704,3
186,5 166,7
2. Sawah
11.198,3 18.457,9
10.610,7 12.425,5
3. Semak Belukar
569,8 1.144,3
6.274,8 1.351,5
4. Kebun Campuran
4.126,3 4.953,2
729,6 5.
Kelapa 2.504,7
5.584,6 9.526,7
6. Perkampungan
133,2 461,0
198,7 7.
Karet 1.046,7
8. Kelapa Sawit
2.625,4 Jumlah
28.070,7 28.070,7
28.070,7 28.070,7
56 Perubahan penggunaan lahan yang cukup besar dari tahun 1989 ke tahun
1998 yang besar adalah peningkatan penggunaan lahan semak belukar dari 1.144,3 ha menjadi 6.274,8 ha dan penggunaan lahan kelapa dari 2.504,7 ha
menjadi 5.584,6 ha. Sementara itu terjadi penurunan pengunaan lahan sawah dari 18.457,9 ha menjadi 10.610,6 ha. Hal ini dapat dipahami dimana banyak lahan
sawah yang ditinggalkan menjadi semak belukar dan sebagian penggunaan lahan sawah telah berubah menjadi pengunaan lahan kelapa dimana tanaman kelapa
yang sudah besar tidak bisa ditanami padi. Perubahan penggunaan lahan dari tahun 1998 ke tahun 2008 yang cukup
signifikan adalah penurunan penggunaan lahan semak belukar, kebun campuran dan hutan, serta terjadinya peningkatan luasan lahan budi daya kelapa dan lahan
sawah. Pada periode ini muncul penggunaan lahan baru yaitu karet dan kelapa sawit.
Gambar 14 Grafik perubahan penggunaan lahan. Perubahan fungsi lahan yang terjadi pada periode tahun 1998 ke tahun 2008
di mana sekitar tahun 2004 diantaranya dilatarbelakangi oleh ketertarikan masyarakat terhadap tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu
komoditas karet dan kelapa sawit. Ketertarikan ini diduga disebabkan adanya kejadian atau fenomena baik di beberapa tempat di daerah rawa dapat ditanami
kelapa sawit dan karet. Daya tarik dari komoditas kelapa sawit dan karet tersebut menyebabkan sebagian petani melakukan alih fungsi lahan dari lahan semak
57 belukar, kebun campuran dan sawah menjadi penggunaan lahan perkebunan karet
dan kelapa sawit.
4.6.1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1973 ke Tahun 1989
Perubahan penggunaan lahan pada periode tahun 1973 sampai 1989 yang paling besar adalah perubahan lahan yang belum dibuka hutan menjadi sawah
seluas 12.821,7 ha diikuti oleh penggunaan lahan kebun campuran seluas 1.199,7 ha Tabel 10. Besarnya perubahan hutan menjadi sawah disebabkan oleh adanya
kebijakan pemerintah untuk membuka lahan sawah percetakan sawah. Perubahan tersebut terjadi pada lokasi penempatan transmigrasi yaitu Rantau
Rasau I, Rantau Rasau II, Bangun Karya dan Bandar Jaya. Pada periode 1973-1989 terjadi
perubahan penggunaan lahan sawah menjadi kebun campuran seluas 1.199,7 ha terutama di daerah yang lebih tinggi
seperti di desa Rantau Rasau II, dimana sebelumnya merupakan sawah yang hanya memanfaatkan air hujan sehingga petani mengalihkan untuk menjadi kebun
campuran. Perubahan sawah menjadi kelapa seluas 2.163,3 ha dominan terjadi di daerah Nipah Panjang dimana sebelumnya lahan sawah ditanami kelapa dan bila
sudah tinggi lahan tersebut tidak bisa ditanami padi Tabel 10 Perubahan penggunaan lahan tahun 1973 ke tahun 1989
Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS
4.6.2. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1989 ke Tahun 1998
Berdasarkan hasil tumpang tindih peta penggunaan lahan tahun 1989 dengan peta penggunaan lahan tahun 1998 diperoleh perubahan penggunaan lahan
seperti pada Tabel 14. Periode tahun 1989-1998 perubahan terbesar adalah
No Penggunaan
Lahan Hutan
Sawah Semak
Belukar Kebun
Campuran Kelapa
Pemukiman Jumlah
HT SW
SB KC
KLP KP
1 Belum
Dibuka HT
1.704,3 12.389,
6 672,0
1.199,7 337,1
0,0 16.302,
8 2
Perladan gan
SW 0,0
5.635,3 397,2
2.869,1 2.163,3
133,2 11.198,
2 3
Ditingga lkan
SB 0,0
433,0 75,1
57,5 4,3
0,0 569,8
Jumlah
1.704,3 18.457,9
1.144,3 4.126,3
2.504,7 133,2
28.070, 7
58 perubahan lahan sawah menjadi semak belukar seluas 3.869,7 ha diikuti kebun
kelapa seluas 3.435,1 ha dan menjadi kebun campuran seluas 3.065,9 ha. Perubahan penggunaan lahan sawah menjadi semak belukar dan kebun campuran
terjadi pada daerah lokasi yang relatif tinggi dimana air pasang tidak bisa masuk sehingga tanah menjadi masam.
Perubahan penggunaan lahan sawah menjadi semak belukar, kebun campuran dan kelapa terjadi di daerah Rantau Rasau II, Nipah Panjang Bandar
Jaya dan Harapan Makmur Rantau Rasau I. Pada periode 1989-1998 masih terjadi pembukaan lahan hutan untuk dijadikan lahan sawah seluas 1.051,25 ha.
Perubahan tersebut terjadi di daerah pinggir sungai di daerah Pematang Mayan dan desa Simpang yang dilakukan oleh petani lokal.
Tabel 11. Perubahan penggunaan lahan tahun 1989 ke tahun 1998
Sumber : Hasil Olahan data dengan GIS
4.6.3. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1998 ke Tahun 2008