Tingkat Kemasaman Tanah pH

68 Al-dd me100g Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Gambar 18 Perubahan Al-dd me100 g tahun 1973, 1984 dan tahun 2008. Jumlah Al-dd pada lokasi 2 cukup tinggi pada lapisan 40 cm yaitu 13,04 me100 g sementara jumlah pirit pada lapisan tersebut hanya 0,1. Hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan daerah cekungan dan proses pencucian tidak berjalan dengan baik sehingga ada kemungkinan akumulasi dari daerah sekitar. Pada Lokasi 3 jumlah Al-dd lebih rendah yaitu 4,56 me100 g pada lapisan tanah atas pada awal reklamasi dan meningkat menjadi 11,54 me100 g pada tahun 1984 serta turun kembali pada tahun 2008 yaitu 3,74 me100 g. Fenomena ini dapat dipahami bahwa pada lokasi 3 yang memiliki ketinggian lahan relatif lebih tinggi dan proses oksidasi berjalan lebih cepat dan pencucian oleh air hujan sehingga Al +3 yang terbentuk sudah banyak tercuci.

5.1.5. Sulfat SO

42- me 100 g Pirit FeS 2 dalam keadaan anaerobik diakumulasikan sebagai hasil reduksi besi dan sulfat. Akumulasi FeS 2 memerlukan banyak SO 4-2 yang banyak dikandung di air laut pustaka. Dengan demikian akumulasai FeS 2 terjadi pada tempat-tempat yang banyak dipengaruhi air laut. Tanah yang mengandung FeS 2 mempunyai pH di sekitar netral, selama tanah tersebut berada dalam keadaan anaerob atau tergenang air. Apabila pirit FeS 2 kontak dengan udara akan teroksidasi menjadi sulfat. Pada Lokasi 1 parit 4 Rantau Rasau II, jumlah SO 4-2 meningkat pada lapisan atas tanah dari tahun 1973 ke tahun 1984 dan 2008. Sementara pada lapisan bawah tanah 40 cm jumlah sulfat tahun 1984 dan 2008 hampir sama Gambar 19. Pada lapisan atas tahun 2008 terdapat SO 4-2 sebanyak 8,28 me100 g Lampiran 8 SO 4 me100 g 69 -2 Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Gambar 19 Perubahan Jumlah SO 42- tahun 1973, 1984 dan tahun 2008. Pada lokasi 2 Sungai Dusun SK 21 jumlah SO 4-2 meningkat dari tahun 1973 awal reklamasi ke tahun 2008. Lokasi 3 jumlah SO 4-2 pada lapisan tanah meningkat dari awal reklamasi 1973 ke 1984 dan turun kembali tahun 2008. Perbedaan kandungan SO 4-2 antara lokasi 2 dan lokasi 3 dapat dijelaskan pada lokasi 2 yang memiliki kondisi lebih rendah dan tergenang pada musim hujan dan air tanahnya dangkal pada musim kemarau. Sedangkan lokasi 3 Harapan Makmur SK 12 berada pada lokasi yang lebih tinggi dan air tanah lebih dalam sehingga oksidasi pirit melepaskan SO 42- dan H + . Kandungan SO 4-2 pada tahun 2008 menunjukkan pada semua lokasi mengandung sulfat lebih tinggi mulai kedalaman 40 cm. Hal ini berkaitan dengan keberadaan pirit terutama pada lokasi 1 dengan kandungan pirit 1,34 , pada lokasi 20,1 dan lokasi 3 0,28. Walaupun potensi sulfat masam didasarkan pada kandungan pirit 1,2 namun kadar pirit di bawah batas tersebut tetap diperhatikan karena dapat membahayakan bagi pertumbuhan tanaman.

5.2. Kualitas Air

Kualitas air pada awal reklamasi pada tahun 1973 menunjukkan nilai pH air sungai Batanghari 6,36 dan Sungai Batang Berbak 6,39 sedangkan pH air parit Rantau Rasau II 4,48, air tanah Harapan Makmur 3,92 EC, air Sungai Batanghari 49 uS cm dan air lahan Harapan Makmur 155 uS cm. Sungai Batanghari mengandung SO 4-2 sebesar 10,4 ppm. Sedangkan pada tahun 1984 kualitas air di daerah delta Berbak tercatat pH air sungai dan air parit 6,0 dan mengandung 6,66 ppm SO 4-2 IPB 1973 IPB 1984 . 70 Air sungai Batanghari dan Batang Berbak merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air di delta Berbak. Kemasaman tanah kedua air sungai tersebut 6,9 -7,1 dengan EC 42 uScm sampai 46 uScm baik waktu pasang maupun waktu surut Tabel 14. Kualitas air sungai Batanghari memenuhi persyaratan untuk dijadikan air bagi pertanian. Kualitas air pada tahun 2008 pada beberapa lokasi memiliki pH sangat masam yaitu 3,05 di Bangun Karya dan 3,27 di Sungai Dusun. Sementara pada lokasi dan daerah yang mendapat limpasan air segar dari sungai Batanghari dan Batang Berbak masih memiliki pH di atas 6,0 seperti di desa Harapan Makmur. Tabel 14 Kualitas air sungai tahun 2008 A : sungai Batanghari lokasi Puding B : sungai Batang Berbak lokasi Kuala Pelita ps : pasang srt : surut Kualitas air pada lokasi 1 SK 4 Rantau Rasau II memiliki pH air saluran pada waktu surut lebih rendah dari waktu pasang sementara nilai EC lebih tinggi Gambar 20 dan 21. Pada saat waktu pasang pH tanah berkisar antara 4,2-6,7 dan waktu surut 2,88–6,48 dengan nilai EC 45–97 uScm dan 68-398 uScm. rendahnya nilai pH pada waktu surut dibandingkan dengan pH air saluran pada waktu pasang dapat dipahami pada saat surut air saluran mengandung ion sulfat lebih tinggi. Pada saat surut air membawa hasil oksidasi pirit pada musim kemarau dan ikut bersama air keluar menuju saluran. No Tanggal pH EC-uScm Al mgL SO 4-2 ppm Fe-ppm ps srt ps srt ps srt ps srt ps srt A Batanghari 1 10142008 6.96 6.93 45.00 44.00 0.05 0.35 2.58 2.58 0.28 0.30 2 11122008 6.90 6.98 44.00 43.00 9.50 2.09 0.73 0.64 B Batang Berbak 1 10142008 7.05 6.97 42.00 46.00 0.40 2.42 3.44 0.65 0.48 2 11122008 6.80 6.76 42.00 43.00 6.44 14.34 1.18 1.04