Pengertian Tanah Sulfat Masam
16 Dalam pengelolaan tata air pada tingkat makro meliputi suatu kawasan
reklamasi yang bertujuan untuk mengelola fungsi jaringan irigasi atau drainase, kawasan retarder, sepadan sungai atau laut dan saluran intersepsi bila diperlukan
serta kawasan tampung hujan. Adapun pengelolaan tata air pada tingkat mikro meliputi tata air pada tingkat petani. Berdasarkan penelitian Suwardi
et. al. 2009 di delta Berbak, bahwa membuat saluran mikro di lahan sawah bertujuan untuk
meningkatkan pengaruh pencucian dengan meningkatkan mobilitas air di lahan. Proses pencucian ini mencakup membuang air masam yang berbahaya. Sistem
pengelolaan air
mikro berfungsi
untuk ;
1 mencukupi
kebutuhan evapotranspirasi tanaman dan dengan demikian cukup air untuk penyerapan hara
optimum, 2 mencegah pertumbuhan gulma, khususnya dalam budi daya sawah, 3 mencegah keadaan air dan tanah bersifat racun bagi tanaman melalui
penggelontoran dan pencucian, 4 mengatur tinggi air di sawah dan tinggi air tanah dan 5 menjaga kualitas air di lahan dan di saluran. Pada kondisi kemarau
intensif dan panjang seringkali bahan sulfidik teroksidasi menghasilkan bahan- bahan beracun. Pada keadaan demikian saluran-saluran dapat dibuat lebih dalam,
yang lebih dalam dari daerah perakaran. Saluran demikian berguna untuk mencegah kontak antara air tanah, yang mengandung bahan beracun, yang
mendekati permukaan tanah pada awal musim penghujan. Untuk membantu pencucian, hujan awal digunakan untuk mencuci bahan-bahan beracun ini.
Pembukaan lahan secara besar-besaran memerlukan saluran-saluran besar, panjang, dan dalam, yang bisa jadi menyebabkan tidak memungkinkannya
pengairan melalui pasang surut. Oleh karena itu pengairan seringkali tergantung pada air hujan. Dengan demikian, daerah-daerah tampung hujan hendaknya dibuat
pada daerah-daerah lebih hulu dari daerah yang dibuka. Orang-orang Banjar secara tradisional selalu mempersiapkan daerah tampung hujan ini Sumawinata
dan Mulyanto, 2000. Mereka mengupayakan agar tanah selalu lembab terutama pada tanah-tanah berpotensi sulfat masam. Agar air tidak begitu saja hilang dari
lahan atau saluran dibuatlah sekat baik pada saluran primer maupun saluran sekunder. Tipe sekat ini memungkinkan kita dapat mengatur ketinggian air yang
diinginkan tanpa perlu kita setiap saat mengontrol ketinggian air, dibandingkan dengan sistem di mana penutupan dari arah atas. Sistem
stop-lock sama seperti
pada tingginya kelarutan Al . Pada beberapa lokasi ada indikasi pembentukan
teroksidasinya pirit akan menghasilkan Fe , SO
4-2
, kemasaman serta berdampak 17
sekat di mana penutupan air dimulai dari dasar saluran, lebih cocok untuk lahan pasang surut.
Mempertahankan tanah dalam keadaan lembab dimaksudkan untuk mencegah
teroksidasinya pirit
dan gambut.
Seperti diketahui
bahwa
+2 +3
pirit kembali pada kedalaman kurang lebih 75 cm pada bahan-bahan hasil oksidasi di lapisan atas Mulyanto
et. al. 1999. Ini menunjukan sulitnya membuang hasil oksidasi pirit yang bersifat racun. Oleh karena itu pencegahan oksidasi pirit harus
dilakukan. Besi hasil oksidasi pirit diantaranya adalah hidro oksida. Besi hidro oksida dapat membungkus pirit yang tersisa yang mencegah pirit teroksidasi lebih
lanjut. Pada keadaan terbungkus, pirit tidak akan menjadi masalah lagi selama lapisan besi hidro oksida tidak tereduksi kembali atau dipecahkan sewaktu
pengolahan. Dengan demikian memperlakukan tanah berselang-seling antara penggenangan dan tidak mesti dihindari.