Tujuan Penelitian ARDI ANSYAH

10 gambut memiliki BD yang beragam antara 0,01 gcm 3 - 0,20 gcm 3 . Makin rendah kematangan gambut, maka makin rendah nilai BD-nya. Nilai BD gambut fibrik hemik saprik. Kerapatan lindak yang rendah dari gambut memberi konsekuensi rendahnya daya tumpu tanah gambut Noor, 2007. Kadar air tanah gambut merupakan air yang ditahan oleh gambut terutama sebagai air kapiler dan air terjerap. Air yang tertahan secara kapiler dipengaruhi oleh porositas total dan tingkat dekomposisi, sedangkan air yang terjerap dipengaruhi oleh sifat koloidal dan luas permukaan spesifik gambut. Namun demikian, kapasitas air maksimum untuk gambut fibrik 850-3000 persen, gambut hemik 450-850 persen, dan gambut saprik 450 persen Andriesse 1998. Di lapangan kadar air yang bervariasi ini tidak hanya mempunyai keterkaitan dengan tingkat kematangan atau tingkat dekomposisi gambut. Kadar air yang tinggi lebih banyak disebabkan oleh bentuk permukaan tanah mineral yang cekung berada di bawah gambut. Dengan kemampuan menampung air yang tinggi, maka daerah cekungan dapat berfungsi sebagai penyimpan air yang cukup besar Sabiham 2003. Kandungan C-organik dalam tanah gambut tergantung tingkat dekomposisinya. Proses dekomposisi menyebabkan berkurangnya kadar karbon dalam tanah gambut. Umumnya pada tingkat dekomposisi lanjut seperti hemik dan saprik akan menunjukkan kadar C-organik lebih rendah dibandingkan dengan fibrik. Kandungan C-organik gambut dapat bervariasi dari 12-60 persen. Kisaran besaran ini menunjukkan jenis bahan organik, tahap dekomposisi, dan kemungkinan juga metode pengukurannya Andriesse 1998. Kadar abu pada gambut alami yang belum terganggu tergolong rendah. Kadar abu yang rendah menunjukkan bahwa tanah gambut tersebut miskin. Semakin tinggi kadar abu, maka semakin tinggi mineral yang dikandungnya. Kadar abu gambut Indonesia berkisar 2,4 persen-16,9 persen. Semakin dalam ketebalan gambut, makin rendah kadar abunya. Kadar abu sangat dalam lebih dari 3 m sekitar 5 persen, gambut dalam dan tengahan 1-3 m berkisar 11-12 persen dan gambut dangkal sekitar 15 persen Noor 2007. Di Indonesia, gambut terbentuk dalam ekosistem lahan rawa. Proses pembentukan gambut terjadi di daerah cekungan di bawah pengaruh penggenangan yang cukup lama Sabiham 2003. Kesuburan alamiah lahan 11 gambut sangat beragam, tergantung pada beberapa faktor: a ketebalan lapisan tanah gambut dan tingkat dekomposisi; b komposisi tanaman penyusun gambut; c tanah mineral yang berada di bawah lapisan tanah gambut. Gambut digolongkan ke dalam tiga tingkat kesuburan yang didasarkan pada kandungan P2O5, CaO, K2O dan kadar abu yaitu : 1 gambut eutrofik dengan tingkat kesuburan yang tinggi; 2 gambut mesotrofik dengan tingkat kesuburan yang sedang; 3 gambut oligotrofik dengan tingkat kesuburan yang rendah Andriesse 1974.

2.3. Pengertian Tanah Sulfat Masam

Widjaya et al. 1992 mendefinisikan tanah sulfat masam adalah tanah yang memiliki lapisan pirit atau bahan sulfidik pada kedalaman kurang dari 50 cm dan semua tanah yang memiliki horison sulfurik, walaupun keberadaan bahan sulfidiknya lebih dalam dari 50 cm. Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan horison sulfurik adalah lapisan tanah yang terbentuk oleh adanya proses oksidasi bahan sulfidik yang pada umumnya dicirikan oleh terdapatnya jarosit dan pH tanah kurang dari 3,5. Dent 1986 mendefinisikan tanah sulfat masam terbatas pada tanah-tanah yang memiliki horison sulfurik saja. Dengan demikian pengertian tanah sulfat masam adalah tanah yang dalam proses pembentukannya akan, sedang atau telah menghasilkan asam sulfat dalam jumlah banyak dari proses oksidasi senyawa belerang tereduksi yang akhirnya akan mempengaruhi sifat-sifat utama tanah. Soil Survey Staff 1990 mendefinisikan bahan sulfidik sebagai bahan tanah mineral atau organik yang tergenang mengandung belerang sama atau lebih besar dari 0,75 persen berdasarkan bobot kering dan sebagian besar dalam bentuk sulfida. Belerang yang berada dalam bentuk unsur sulfur S memiliki tidak lebih dari tiga kali kandungan karbonat dalam bahan tersebut. Widjaya Adhi et al. 1992 mendefinisikan bahan sulfidik sebagai bahan tanah yang mengandung pirit FeS 2 lebih besar dari 2 persen. Soil Survey Staff 1999 mendefinisikan bahan sulfidik sebagai bahan tanah baik mineral atau organik yang mengandung belerang, dapat teroksidasi, memiliki pH lebih dari 3,5. Apabila suatu lapisan setebal 1 cm diinkubasi dalam kondisi aerobik dan lembab pada kapasitas lapang pada suhu kamar selama 8 minggu maka akan menunjukkan suatu penurunan pH