Resort Taman Nasional TINJAUAN PUSTAKA

14 Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan hutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu intern dan ekstern. Faktor-faktor intern yaitu : keadaan hutan, aparatur, sarana dan prasarana serta dana, sedangkan faktor ekstern berupa pengaruh pembangunan, keadaan sosial, ekonomi, sosial budaya, kesadaran masyarakat serta faktor politis Dephut 1985. 2.4.3. Organisasi Pengamanan Kawasan Konservasi Aparatur perlindungan hutan memegang peranan penting dalam menjaga kawasan hutan. Aparatur perlindungan dan pengamanan hutan adalah pejabat kehutanan tertentu sesuai dengan sifat pekerjaannya diberikan wewenang kepolisian khusus di bidangnya. Pejabat Kehutanan tertentu diberikan wewenang kepolisian khusus meliputi : a Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional Polisi Kehutanan, b Pegawai Perusahaan Umum Kehutanan Indonesia Perum Perhutani yang diangkat sebagai Polisi Kehutanan, c Pejabat Struktural Instansi Kehutanan Pusat maupun Daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsinya mempunyai wewenang dan tanggung jawab di bidang perlindungan hutan PP No.45 Tahun 2004. Wewenang Polisi Kehutanan meliputi kegiatan dan tindakan kepolisian khusus di bidang kehutanan yang bersifat preventif, tindakan administrif dan operasi represif. Penjabaran dari wewenang tersebut meliputi : a mengadakan patroli atau perondaan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya, b memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya, c menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan, d mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan, e dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk diserahkan kepada yang berwenang; dan f membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang 15 menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan PP No.45 Tahun 2004. Struktur organisasi mengenai Polisi Kehutanan diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor: 10Kpts II93-Skep07I93 tanggal 7 Januari 1993. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama tersebut, Organisasi Polisi Hutan terdiri dari: 1 Satuan Tugas Wilayah yaitu satuan tugas setingkat peleton yang terdiri atas 30 tiga puluh orang anggota Jagawana, 2 Satuan Tugas Resort yaitu satuan tugas setingkat regu yang terdiri atas 10 sepuluh orang. Menurut ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 597Kpts-VI1998 tanggal 18 Agustus 1998 tentang Satuan Tugas Operasional Jagawana disebutkan bahwa Satuan Tugas Jagawana ialah Satuan Tugas Operasional yang berkedudukan di Dinas Kehutanan Tingkat IICabang Dinas KehutananBalai Taman NasionalUnit Balai Taman NasionalBalai Konservasi Sumberdaya AlamUnit Konservasi Sumber Daya Alam. Satuan Unit Jagawana ialah Unit Operasional Jagawana yang berkedudukan di Resort Pemangkuan HutanSub Seksi Konservasi BalaiUnit Taman NasionalUnit Konservasi Sumber Daya Alam.

2.5.4. Pelaksanaan Kegiatan Perlidungan dan Pengamanan Kawasan

Perlindungan dan pengamanan kawasan pada dasarnya adalah upaya melindungi dan mengamankan kawasan dari gangguan manusia, baik yang berada disekitar maupun yang jauh dari kawasan namun mempunyai akses yang tinggi terhadap kawasan tersebut, atau bentuk gangguan lainnya, kebakaran, gangguan ternak, hama dan penyakit. Bentuk-bentuk kegiatan pengamanan meliputi : 1. Pengamanan pre-emtif Pengamanan pre-emtif Merupakan salah satu betuk pengamanan, baik fungsional maupun gabungan, yang dilaksanakan melalui pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat pengguna kawasan, dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya fungsi kawasan konservasi bagi pembangunan nasionaldaerah dan kehidupan manusia, serta