Pelaksanaan Kegiatan Perlidungan dan Pengamanan Kawasan

19

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di 3 tiga lokasi yaitu : Taman Nasional Betung Kerihun di Kalimantan Barat, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat, dan Taman Nasional Alas Purwo di Jawa Timur. Keadaan umum lokasi penelitian diuraikan di bawah ini.

1. TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN

1.1. Letak dan Luas

Taman Nasional Betung Kerihun TNBK adalah kawasan konservasi terbesar di Propinsi Kalimantan Barat. Kawasan konservasi ini berstatus Taman Nasional melalui surat keputusan Menteri Kehutanan No 467Kpts- II1995 pada tanggal 5 September 1995 dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau. Kawasan TNBK berada dalam empat kecamatan yaitu Kecamatan Embaloh Hulu, Kecamatan Embaloh Hilir dan Kecamatan Putussibau Utara serta Kecamatan Putussibau Selatan. Kawasan TNBK terbentang memanjang pada 112 o 15 - 114 o 10 Bujur Timur dan 0 o 40 - 1 o 35 Lintang Utara yang meliputi total area 800,000 hektar atau sekitar 5,5 dari luas total daratan Propinsi Kalimantan Barat yang sebesar 14.807.700 hektar BBTNBK 1999. TNBK berbentuk sempit memanjang berbatasan dengan negara bagian Sarawak, Malaysia di sebelah utara, propinsi Kalimantan Timur di sebelah timur, di sebelah selatan dengan Banua Martinus dan Putussibau, dan wilayah LanjakNanga Badau di sebelah barat. Berdasarkan peta lampiran SK, total garis perbatasan TNBK sepanjang 812 Km yang terbagi menjadi sepanjang 398 Km berbatasan dengan Malaysia, 146 Km dengan batas Propinsi Kalimantan Timur, dan sepanjang 268 Km dengan batas di dalam propinsi Kalimantan Barat. Garis batas yang sangat panjang ini mempunyai konsekuensi pengelolaan dan pengamanan yang amat berat. Bentuk ketebalan TNBK pun bervariasi. Wilayah yang tertipis hanya 15 km diwilayah Gunung Lawit - Sungai Menjakan di bagian tengah, dan menebal menjadi 25 km di sekitar Gunung Betung di bagian barat, dan setebal sekitar 35 km di antara 20 Sarawak dan Kaltim di bagian timur. Bentuk yang memanjang dan tipis ini kurang menguntungkan bagi hewan yang mempunyai daya jelajah jauh. Bila memungkinkan daerah yang sempit ini harus diperlebar dengan mencari wilayah tambahan di luarnya yaitu yang sekarang berstatus hutan lindung di hulu kampung Nanga Potan BBTNBK 1999. Gambar 3 Citralandsat TNBK

1.2 Aksesibilitas

Terdapat dua jalur gateway yang dapat dilalui untuk memasuki kawasan TNBK. Pintu pertama dari Pontianak, Kalimantan Barat menuju ke kota Putussibau ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan melewati jalur Tayan-Sosok, perjalanan dari Pontianak menuju Putussibau menempuh jarak sejauh 600 Km. Perjalanan Pontianak Putusssibau dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi umum, yaitu bus umum atau travel selama sekitar 12 - 16 jam atau menggunakan pesawat udara dengan waktu tempuh sekitar 1 jam BBTNBK 1999. 21 Jalur kedua adalah pintu jalur perbatasan Indonesia ‐ Malaysia Sarawak. Jalur ini dapat dilalui menggunakan transportasi darat melalui jalur lintas utara. Dari Sarawak mencapai Lubok Antu Wilayah Malaysia sekitar 4 jam, dan dari Lubok Antu - Badau Wilayah Indonesia membutuhkan waktu setengah jam dengan menggunakan kendaraan roda empat. Kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Dusun Sadap dusun terdekat di wilayah barat TNBK yang memerlukan waktu sekitar 2 jam. Untuk memasuki kawasan barat TNBK dari kota Putussibau dapat menggunakan jalur lintas utara dengan kendaraan umum dengan waktu tempuh sekitar 3 jam menuju dusun Sadap. Dari Dusun Sadap perjalanan menuju kawasan dapat dilanjutkan dengan perahu motor speed boat melalui jalur sungai Embaloh, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Untuk memasuki wilayah tengah kawasan TNBK terdapat dua jalur yaitu melalui Sungai Sibau dan Sungai Mendalam. Perjalanan melawati sungai Sibau dilakukan untuk memasuki wilayah Sibau. Perjalanan untuk memasuki wilayah Sibau, dari Putussibau hingga pos jaga di dusun Nanga Potan memerlukan waktu sekitar 3 jam dengan menggunakan perahu motor speed boat. Perjalanan menuju kawasan TNBK dari dusun Nanga Potan dilanjutkan dengan menggunakan perahu motor ke arah hulu Sungai Sibau dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Sedangkan untuk memasuki wilayah Mendalam dari Putussibau harus memudiki sungai Kapuas kemudian masuk ke sungai Mendalam hingga sampai ke dusun Nanga Hovat dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Perjalanan mencapai batas kawasan membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Untuk memasuki wilayah timur kawasan, yang merupakan wilayah Daerah Aliran Sungai Kapuas, dilakukan dengan perahu tempel longboat menuju hulu Sungai Kapuas. Dari Putussibau untuk mencapai pos jaga Nanga Bungan di Hulu Kapuas membutuhkan waktu sekitar 6 jam dengan long boat. Dilanjutkan memudiki hulu Sungai Kapuas hingga Riam Matahari, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Dan untuk menuju ujung Timur kawasan dari pos jaga Nanga Bungan dilakukan dengan memudiki sungai Bungan hingga 22 ke Dusun Tanjung Lokang dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam BB TNBK

2009. 1.3. Topografi

Keadaan topografi TNBK sebagian besar berbukit dan bergunung serta sedikit dataran dengan ketinggian tempat berkisar antara 150 m sampai dengan sekitar 2.000 m dari permukaan laut. Kawasan bukit dan gunung terdiri dari rangkaian pegunungan Kapuas Hulu di bagian Utara yang berbatasan dengan Sarawak dan di bagian Timur adalah pegunungan Muller yang berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur. Kawasan TNBK terbagi atas beberapa kelompok ketinggiannya terbesar pada kisaran 200 - 500 m sebanyak 38.51, diikuti oleh kisaran 500 - 700 m sebanyak 28.14, 700 - 1.000 m sebanyak 15.90 , 1.000 - 1.500 m sebanyak 11,19, lebih rendah dari 200 m sebanyak 5,34, dan yang berketinggian diatas 1.500 m dari permukaan laut hanya 0,92. Sebagian besar kawasan ini 61,15 mempunyai kelerengan yang terjal di atas 45 dan yang berlereng diantara 25 - 45 sebanyak 33,08 dari luas kawasan, serta hanya sebanyak 5,77 yang berlereng dibawah 25. Jadi TNBK hampir tidak mempunyai daerah landai kecuali pada lembah-lembah sungai yang relatif sempit BBTNBK 1999.

1.4. Iklim

Secara garis besar iklim di kawasan TNBK adalah tipikal iklim Kalimantan daerah pedalaman yang sangat basah. Mengacu pada stasiun pencatat terdekat yaitu Putussibau alt. 50 m dpl dari tahun 1974 sampai dengan tahun 1996, data curah hujan aktual pertahun berkisar antara 2.863 - 5.517 mm dengan jumlah hari hujan 120 - 309 per tahun. Bulan yang agak kering adalah antara bulan Juni - September walaupun jumlah curah hujannya masih diatas 100 mm setiap bulan. Tahun yang terkering terjadi pada tahun 1976 dengan curah hujan 2.863 mm dan hari hujan 120 per tahun. Sedangkan tahun terbasah terjadi pada tahun 1988 dengan curah hujan 5.517 mm dan hari hujan 184 per tahun. Tahun 1995 juga istimewa karena hari hujannya sebanyak 309, walaupun curah hujannya hanya 4.804 mm per tahun. Menurut