Aksesibilitas KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

24 Panjang dan kondisi sungai di TNBK sangat bervariasi mulai yang lebar, sempit, keruh, jernih, dalam, dangkal, berlumpur, berbatu, berarus tenang, deras, bahkan berjeram yang cukup tinggi. Panjang Sungai Embaloh diukur mulai dari mata air di puncak Gunung Tunggal 1.120 m sampai di perbatasan kawasan TNBK di muara Sungai Paloh sepanjang sekitar 95 Km. Sungai Sibau mengalir sepanjang 25 Km diukur dari mata air di Gunung Aseh 850 m ke perbatasan TNBK bagian selatan. Sungai Menjakan yang merupakan cabang Sungai Sibau dengan mata air di Gunung Lawit 1.770 m malah lebih panjang yaitu sepanjang 65 Km. Sungai Mendalam yang bermata air di Gunung Batu 1.410 m sepanjang sekitar 30 Km. Sungai Hulu KapuasKoheng yang terdapat di dalam kawasan TNBK dengan mata air di Gunung Cemaru 1.180 m sepanjang sekitar 100 Km. Sungai Bungan yang bermuara di Kapuas Koheng cabang terpanjangnya adalah 50 Km dan bermata air di Gunung Liang Cahung di perbatasan dengan Kalimantan Timur. Sungai Bungan mempunyai banyak cabang yang bermata air di pegunungan Muller yang berbatasan dengan Kalimantan Timur yang puncaknya antara lain adalah Gunung Lepuyan 1.120 m, Gunung Batu Tapung 1.300 m, Gunung Dayang 1.640 m, dan Gunung Kerihun 1.790 m. Gunung Kerihun adalah nama yang dikenal oleh penduduk setempat yang disalah-ucapkan menjadi Gunung Karimun BBTNBK 1999

1.6. Ekosistem

Keanekaragaman ekosistem di kawasan TNBK sangat tinggi dan keadaan vegetasi hutannya masih baik dan relatif utuh. Berdasarkan pengamatan lapangan, kawasan hutan di Taman Nasional Betung Kerihun dapat dikelompokkan menjadi delapan tipe ekosistem, walaupun dari interpretasi foto udara bisa dikenali sebanyak 13 unit bentang lahan yang berbeda. Analisis ekosistem hutan didapat dari 49 petak berukuran 10 X 50 m yang secara bersistem dicuplik di ketinggian antara 150 sampai dengan 1.150 m. Kedelapan tipe hutan tersebut adalah Hutan Dipterocarpaceae Dataran Rendah Low Land Dipterocarp Forest, Hutan Aluvial Alluvial Forest, Hutan Rawa Swamp Forest, Hutan Sekunder Tua Old Secondary Forest, 25 Hutan Dipterocarpaceae Bukit Hill Dipterocarp Forest, Hutan Berkapur Limestone Forest, Hutan Sub-Gunung Sub-Montane Forest, dan Hutan Gunung montane forest. Pengamatan dan analisa langsung di lapangan ground thruthing dari ekosistem hutan TNBK masih sangat diperlukan mengingat kerja lapangan yang selama ini dilakukan baru mencakup sebagian kecil kawasan TNBK. Studi ekosistem dan analisis vegetasi di masa datang hendaknya berpijak pada peta pembagian 13 bentang lahan dari analisis foto udara ini BBTNBK 1999

1.7. Keanekaragaman Flora

Keanekaragaman jenis pohon, hutan Taman Nasional Betung Kerihun memiliki keragaman jenis yang tinggi dan beberapa diantaranya merupakan jenis baru. Hutan Dipterocarpaceae dataran rendah yang merupakan porsi terbesar dari Taman Nasional Betung Kerihun mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi dan umumnya dari marga Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea, Vatica. Di luar koleksi umum, jenis yang terdapat di 49 petak berukuran 10 x 50 m yang secara bersistem dicuplik di ketinggian antara 50 sampai dengan 1.150 m di dapat 695 jenis pohon yang tergolong dalam 15 marga, dan 63 suku yang 50 jenis diantaranya merupakan jenis endemik pulau Borneo. Sebagai contoh adalah jenis Amyxa pluricormis yang merupakan kerabat kayu Gaharu Aquilaria spp tidak hanya endemik Borneo, namun juga merupakan marga yang tunggal. Selain itu, pisang jenis baru Musa lawitiensis dan beberapa jenis flora temuan baru new record seperti Neo uvaria, Acuminatissima, Castanopsis inermis, Lithocarpus Phillipinensis, Chisocheton caulifloris, Eugenia spicata, dan Shorea peltata juga didapatkan. Keanekaragaman nabati yang tinggi ini terlihat juga dengan jenis di setiap famili tumbuhan. Suku Dipterocarpaceae misalnya, mempunyai jumlah jenis terbesar, yaitu 121 dari total 267 jenis yang tumbuh di Borneo. Marga Shorea saja mempunyai jumlah jenis tidak kurang dari 30 jenis. Suku tumbuhan lain yang mempunyai jumlah jenis tidak kurang dari 30 jenis. Suku tumbuhan lain yang mempunyai jumlah jenis banyak adalah Euphorbiaceae 73, Clusiaceae 33, Burseraceae 30, Mrytaceae 28. 26

1.8. Keanekaragaman Fauna

Keanekaragaman jenis fauna di TNBK cukup tinggi baik yang belum maupun yang sudah dilindungi oleh Peraturan Perundangan. Dari kelompok mamalia teridentifikasi 48 jenis mamalia, diantaranya adalah Harimau Dahan Neofolis nebulosa, Kucing Hutan Felis bengalensis, Beruang Madu Helarctos malayanus, Kijang Muntiacus muntjak, Kijang Emas Muntiacus atherodes, Rusa Sambar Cervus sp dan Kancil Tragulus napu dan satu jenis berang-berang Lutra Sumatrana yang dinyatakan langka oleh IUCN ternyata masih bisa ditemui di DAS Mendalam. Keanekaragaman fauna di Taman Nasional Betung Kerihun sangat tinggi dan beberapa diantaranya merupakan jenis baru. Dari kelompok primata ditemukan sebanyak 7 jenis, yaitu: orang utan Pongo pygmaeus, kelampiau Hylobates muelleri, Hout Presbytis frontata, kelasi Presbytis rubicunda, beruk Macaca nemestrina, kera Macaca fascicularis, dan tarsius Tarsius bancanus. Jenis ikan di kawasan TNBK juga tergolong tinggi, paling tidak ditemukan tiga jenis ikan yang salah satunya ikan pelekat yang diberi nama Gastromyzon embalohensis IR Spec. sedangkan dua jenis lainnya masih dalam pengkajian ilmiah untuk penamaannya. Salah satu jenis ikan yang berpotensi untuk dibudidayakan sebagai ikan konsumsi adalah ikan semah Tor tambroides yang saat ini banyak ditangkap masyarakat untuk diperjualbelikan. Secara keseluruhan untuk kelompok ikan berhasil dikoleksi sekitar 4.000 specimen yang diambil dari 123 stasiun di 35 sungai besar dan kecil, menghasilkan 112 jenis ikan yang tergolong dalam 41 marga dan 12 suku, dan 14 jenis diantaranya merupakan jenis endemik Borneo. Dari kelompok serangga di TNBK tercatat tidak kurang dari 170 jenis yang teridentifikasi BBTNBK 1999. Kelompok burung teridentifikasi sebanyak 301 jenis yang tergolong dalam 151 marga dan 36 suku. Diantaranya terdapat 15 jenis merupakan pendatang migran, Sebanyak 6 jenis merupakan temuan baru untuk Indonesia, yaitu Acciper nisus, Dendricitta cinerascens, Ficedula parva, Luscinia calliope, Pycononotus flasvescent, dan Rhinomyas brunneata. Sebanyak 63 jenis merupakan jenis burung yang dilindungi oleh undang-