67 efisien adalah resort Selabintana sedangkan resort yang paling tidak efisien
adalah resort Sukamulya. Nilai efisiensi masing-masing taman nasional berdasarkan
perhitungan rasio nilai rata-rata kerugian setiap resort dan nilai rata-rata input biaya personel, nilai rupiah sarana dan prasarana serta biaya operasional
menunjukkan taman nasional yang paling tidak efisien adalah berturut-turut TNAP, TNGGP dan TNBK. Hasil pengukuran efisiensi pada ketiga taman
nasional tersebut hanya didasarkan pada kerugian yang diakibatkan atas pencurian hasil hutan, sehingga tidak secara keseluruhan menggambarkan
kinerja pengamanan dalam mengatasi gangguan lainnya seperti penambangan emas di TNBK maupun penyerobotan lahan di TNGGP dan gangguan yang
diakibatkan bencana alam seperti tanah longsor di TNGGP.
5.5. Analisis Perbandingan antar Resort
Berdasarkan perhitungan efisiensi pada semua resort menunjukkan variasi nilai dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
Berikut ditampilkan situasi resort-resort pada setiap taman nasional yang mempunyai nilai efisiensi paling rendah dan resort-resor yang mempunyai
nilai paling tinggi sebagaimana disajikan pada tabel 8.
Perhitungan nilai ketidakefisienan didasarkan pada perbandingan nilai output nilai kerugian akibat gangguan dengan nilai input nilai rupiah
sumberdaya pengamanan.
Dengan demikian
nilai ketidakefsienan
bergantung pada nilai output dan input, semakin tinggi nilai output dan semakin rendah nilai input maka semakin tidak efisien kinerja
pengamanannya. Berdasarkan nilai efisiensi pada semua resort menunjukkan bahwa resort yang paling efisien adalah resort yang tidak mengalami
gangguan sedangkan resort yang tidak efisien adalah resort yang menderita kerugian akibat gangguan paling besar. Tingginya kerugian diakibatkan
tingginya nilaiasset hasil hutan yang hilang atau dicuri.
68
Tabel 8 Perbandingan kondisi resort-resort yang mempunyai nilai efisiensi paling
rendah dan paling tinggi pada setiap taman nasional.
No. Taman Nasional Resort dengan Rasio
KerugianInput Rendah
Resort dengan Rasio KerugianInput
Tinggi
1. TNBK
Nangan Potan Sadap
- Luas
133.240 220.886
- Jumlah Personel
2 2
- Kondisi Sarana
Tidak memadai Tidak memadai
- Kondisi
Prasarana Tidak memadai
Tidak memadai -
Jumlah penjagaan
- -
- Jumla Patroli
49 hari 49 hari
- Karakteristik
Topografi berbukit dengan akses
hanya melewati
sungai jarak desa terdekat dengan batas resort 25 km
Topografi berbukit
dengan akses hanya melewati sungai
jarak desa terdekat dengan batas resort 35 km. Terdapat
beberapa wilayah
yang vegetasi dominannya adalah
jenis pohon
belian Eusideroxyilon zwagerii.
2. TNAP
Pancur Rowobendo
- Luas
14.012,98 2.042
- Jumlah Personel
5 5
- Kondisi Sarana
Memadai Memadai
- Kondisi Prasarana
Memadai Memadai
- Jumlah
penjagaan 365 hari
365 hari -
Jumla Patroli 240 hari
240 hari -
Karakteristik Topografi cenderung datar
berbatasan langsung dengan Samudra
Hindia, merupakan
resort yang
letaknya Resort yang merupakan pintu
masuk ke TN Alas Pirwo, terdapat padang savanna yang
merupakan habitat banteng.
3. TNGGP
Selabintana Sukamulya
- Luas
874.3 598,37
- Jumlah Personel
2 2
- Kondisi Sarana
Tidak Memadai Tidak Memadai
- Kondisi Prasarana
Memadai Memadai
- Jumlah penjagaan
365 hari 96 hari
- Jumlah Patroli
26 hari 36 hari
- Karakteristik
Tidak berbatasan langsung dangan
lahan garapan
masyarakat tapi berbatasan dengan perkebunan teh.
Kaya akan potensi pakis dan pohon Rasamala. Terdapat area
perluasan kawasan dari hutan produksi eks-Perum Perhutani
dimanan
terdapat lahan
garapan masyarakat
seluas 35.324 m
2
yang terdapat di desa Sarampad dan Sukamulya
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 8, menunjukkan bahwa gambaran kondisi input sumberdaya pengamanan pada resort-resort yang
diperbandingkan kurang lebih sama namun nilai kerugian yang diderita
69 berbeda. Nilai kerugian yang tinggi diakibatkan oleh hilangnya hasil hutan
yang dimanfaatkan secara illegaldicuri. Hasil hutan yang dimanfaatkan secara illegaldicuri mempunyai nilai ekonomi yang tinggi seperti banteng, kayu
belian dan kayu rasamala. Keberadaan hasil hutan asset yang mempunyai nilai tinggi banyak dijumpai pada resort-resort yang menderita kerugian
tinggi. Kenyataan demikian menunjukkan bahwa timbulnya gangguan dipengaruhi juga oleh karakteristik biofisik kawasan.
Disamping kondisi biofisik diketahui juga bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan berpengaruh untuk timbulnya
gangguan. Ketergantungan masyarakat terhadap kayu bakar yang banyak dijumpai di TNGGP dan TNAP merupakan bukti bahwa kondisi sosial
ekonomi masyarakat berpengaruh terhadap kinerja pengamanan. Fakta lain adalah terjadinya penambangan emas di TNBK yang banyak dilakukan oleh
masyarakat di sekitar kawasan yang sejauh ini belum dapat dihitung nilai kerugiannnya.
5.6. Sumber Daya Hutan yang Dimanfaatkan Secara Illegal
Menurut Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan gangguan terhadap hutan dibedakan menjadi gangguan
terhadap hutan, kawasan hutan dan hasil hutan. Gangguan yang terjadi di resort-resort pada umumnya disebabkan oleh pemanfaatan hasil hutan secara
illegal pencurian flora dan fauna. Jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaat
secara illegal disajikan dalam tabel 9.
Tabel. 9 Jenis-jenis sumber daya hutan yang dimanfaatkan secara illegal
No. Sumberdaya
Hutan Jenis Yang
Dimanfaatkan Kejadian
1. Satwa liar
-
Mamalia besar : babi hutan, banteng, rusa
-
Burung : burung cucak ijo, tledekan, julang emas, trocok ijo, perkutut
-
Reptil : penyu TNAP, TNGGP
2. Tumbuhan
-
Kayu pertukangan : belian, rasamala, tapen, manggong, laban, jati
-
Kayu bakar : laban, kaliandra,
-
Bambu : bambu ori, wuluh
-
Tanaman hias : pakis, kantong semar TNAP, TNGGP,
TNBK