Bidang Pengelolaan TN Wilayah II

33 kelerengan 20-80. Kawasan Gunung Gede yang terletak di bagian Timur dihubungkan Gunung Pangrango oleh punggung bukit yang berbentuk sadel, sepanjang ± 2.500 meter dengan sisi-sisnya yang membentuk lereng-lereng curam berlembah menuju daratan Bogor, Cianjur dan Sukabumi.

2.4. Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmid-Ferguson, TNGGP termasuk ke dalam tipe iklim A curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu TNGGP merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa. Suhu udara rata-rata di puncak gunung antara 10° - 18° C pada siang hari dan pada malam hari 5 C. Musim hujan berlangsung pada bulan Oktober sd Mei. Curah hujan tahunan berkisar antara 3000 - 4.000 mm per tahun dengan curah hujan rata-rata per bulan 200 mm dan meningkat sampai 400 mm pada bulan Desember sd Maret. Kelembaban udara berkisar 80 - 90.

2.5. Hidrologi

Berdasarkan peta hidro-geologi Indonesia Skala 1:250.000 yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan tahun 1986, sebagian besar kawasan TNGGP merupakan akuifer daerah air tanah langka dan sebagian kecil merupakan akuifer produktif sedang dengan sebaran yang luas. Umumnya air tanah tidak tertekan dengan debit airnya kurang dari 5 literdetik. Daerah paling produktif kandungan sumber air tanahnya adalah daerah kaki Gunung Gede, yaitu daerah Cibadak Sukabumi dengan mutu air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum selain untuk air irigasi BBTNGGP 1995. Pola aliran sungai-sungai yang berada dalam kawasan TNGGP secara umum membentuk pola radial. Seperti halnya di daerah rangkaian pegunungan, sungai-sungai tersebut memisahkan punggung-punggung bukit dan membentuk sungai yang lebih lebar di daerah bawah. Dikaitkan dengan curah hujan tahunan yang tinggi rata-rata 2000 – 4200 mm, maka sebagian besar sungai-sungai di dalam kawasan TNGGP merupakan sungai abadi dengan mata air yang mempunyai debit rata-rata lebih kecil dari 10 literdetik. Hanya sungai-sungai di lereng Selatan Gunung Gede Pangrango yang bersatu 34 di wilayah Sukabumi ke dalam aliran Sungai Cimandiri memiliki debit air sekitar 100-500 literdetik BBTNGGP 1995. Sungai-sungai kecil di lereng Utara dan Barat Gunung Pangrango mengalir ke Sungai Cisarua, Cijambe, Cinagara, dan Cimande. Beberapa sungai tersebut merupakan sumber utama air Sungai Ciliwung yang bermuara di Teluk Jakarta dan Sungai Cisadane yang bermuara di Tanjung Pasir, Tangerang. Sungai yang mengalir dari kawasan TNGGP dan berakhir di Sungai Cimandiri di wilayah Sukabumi adalah Cipamutih, Cigunung, dan Cimahi. Selain itu, dari bagian Barat Daya Gunung Gede-Pangrango mengalir sungai-sungai antara lain Cikahuripan, Cigunung, Cileuleuy, Cimunjul dan Ciheulang yang membentuk sungai Citatih yang bermuara di Pelabuhan Ratu. Daerah di lereng Gunung Gede banyak dialiri oleh sungai-sungai kecil. Beberapa diantaranya bergabung dan membentuk tiga air terjun di daerah Cibeureum, yaitu Air Terjun Cibeureum. Air Terjun Cikundul, dan Air terjun Cidengdeng. Dari air terjun ini air mengalir ke daerah rawa-rawa dan membentuk Rawa Gayonggong yang merupakan sumber aliran air Sungai Cikundul.

2.6. Ekosistem

TNGGP memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem sub montana 1.000-1.500 m dpl, montana 1.500-2.400 m dpl, sub alphin 2.400 m dpl ke atas, ekosistem danau, rawa, savana dan lain-lain. Sub montana adalah ekosistem hutan dengan keragaman jenis yang tinggi, ditandai banyaknya pohon-pohon besar dan tinggi yang membentuk tiga strata tajuk. Jenis-jenis dominan menurut strata adalah : 1. Ardisia fuliginosa dan Dichroa febrifuga, belukar 3-5 m. 2. Altingia excelsa, yang dapat mencapai ketinggian 10-20 m. 3. Antidesma tetradum dan Litsea sp, ketinggian 20-30 m. Montana adalah ekosistem hutan yang ditandai dengan sedikitnya jenis tumbuhan yang banyak dijumpai yaitu Puspa Schima walichii yang daun mudanya berwarna merah dan Podocarpus imbricartus jenis berdaun jarum. 35 Batang-batang pohon umumnya ditumbuhi lumut. Sub alpin merupakan hutan yang keragaman jenisnya rendah dengan pohon-pohon kerdil.

2.7 . Keanekaragaman Flora

Kawasan TNGGP memiliki potensi kekayaan flora yang tinggi. Lebih kurang 1000 jenis flora dengan 57 famili ditemukan di kawasan ini yang tergolong tumbuhan berbunga Spermatophyta 925 jenis, tumbuhan paku 250 jenis, lumut 123 jenis dan jenis ganggang, Spagnum, jamur dan jenis- jenis Thallophyta lainnya. Kawasan TNGGP kaya dengan jenis anggrek, tercatat 199 jenis anggrek di kawasan ini.

2.8. Keanekaragaman Fauna

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan habitat berbagai satwa langka dan dilindungi. Satwa langka yang dapat dijumpai antara lain primata, yaitu Owa Hylobates moloch, Surili Presbytis comata, Lutung Trachypithecus auratus, Macan tutul Panthera pardus, Kucing hutan Felis bengalensis, Kancil Tragulus javanicus dan Anjing hutan Cuon alpinus. Kawasan ini kaya akan berbagai jenis burung, tercatat 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa dapat dijumpai di sini dan beberapa jenis merupakan burung langka seperti Elang Jawa Spizaetus bartelsi dan jenis burung hantu Otus angelinae.

2.9. Keadaan Sosial Ekonomi

Kawasan TNGGP menjadi sangat penting untuk ketersediaan air, udara bersih dan fungsi-fungsi ekosistem lainnya di wilayah Kabupaten Cianjur, Sukabumi dan Bogoe. Secara administratif TNGGP di tiga Kabupaten dan 18 Kecamatan. Ketiga Kabupaten tersebut adalah Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Di Kabupaten Cianjur mencakup 5 kecamatan yaitu : Cipanas, Pacet, Cugenang, Warungkondang dan Gekbrong. Kabupaten Sukabumi mencakup 6 Kecamatan yaitu Sukalarang, Sukaraja, Kadudampit, Caringin, Cibadak, Nagrak, Cicurug, dan Ciambar. Sementara di Kabupaten Bogor mencakup 5 Kecamatan yaitu Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung dan Cisarua. Selain tiga Kabupaten dan 16 Kecamatan, TNGGP juga mencakup 66 desa yang tersebar di sekitarnya.