64 Intepretasi
terhadap persamaan
regresi menunjukkan
bahwa penambahan biaya personel akan menambah kerugian tetapi penambahan
sarana, prasarana dan anggaran operasional akan mengurangi kerugian. Biaya personel meliputi gaji, tunjangan, uang makan dan insentif yang merupakan
upah dan bentuk penghargaan terhadap pekerjaan personel pengamanan. Segala bentuk pembiayaan yang diberikan kepada personel diharapkan dapat
meningkatkan kinerja personel dalam melakukan pengamanan sehingga gangguan dapat berkurang. Berkurangnya gangguan terhadap keamanan
kawasan dapat mengurangi kerugian atas hilangnya sumberdaya hutan yang dimanfaatkan secara illegal. Namun berdasarkan persamaan regressi
penambahan biaya untuk personel justru meningkatkan kerugian. Hal ini kemungkinan disebabkan kinerja personel pengamanan yang belum sesuai
dengan harapan. Personel tidak mempunyai kemampuan yang mencukupi kompetensi dalam melakukan pengamanan. Ketidakmampuan personel
pengamanan berpengaruh dalam upaya mengatasi atau menanggulangi gangguan yang terjadi.
Intepretasi terhadap
persamaan regresi
menunjukkan bahwa
penambahan nilai rupiah sarana, prasarana dan anggaran operasional akan mengurangi kerugian. Nilai rupiah sarana dan prasarana dapat diartikan
penambahan sarana dan perbaikan sarana. Perbaikan sarana pengamanan perlu dilakukan karena beberapa sarana dan prasarana pengamanan di
beberapa resort dalam keadaan rusak. Kerusakan sarana pengamanan dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti usia alat yang sudah tua, penggunaan
alat yang kurang hati-hati, kecelakaan maupun kesalahan dalam pengoperasiannya.
Beberapa perlengkapan dan peralatan kerja untuk pengamanan mempunyai spesifikasi tertentu yang dalam penggunaannya diperlukan
ketrampilan dan pengetahuan khusus. Oleh karena itu terkait dengan beberapa saranan pengamanan yang rusak selain perbaikan dan pengadaan sarana
pengamanan maka untuk menjamin terpeliharanya sarana pengamanan, personel pengamanan perlu dilatih untuk menggunakan peralatan dan
perlengkapan kerja yang digunakan sesuai standar operasionalnya
65
5.4. Efisiensi Pengamanan
Efisiensi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar yang merupakan sebuah konsep “masukan-keluaran” Stoner dan Freeman
1992. Efisiensi harus selalu bersifat kuantitatif dan dapat diukur measurable. Efisiensi menunjukkan hubungan antara input dan output
dengan mencari biaya sumber daya minimum Robin dan Coultar 1996, diacu dalam Wibowo 2009. Dalam bidang ekonomi efisiensi selalu berhubungan
dengan upaya penggunaan sumber daya minimum yang dapat menghasilkan produksi barang dan jasa maksimum. Pengertian tersebut sulit diterapkan
dalam pengelolaan kawasan konservasi karena penggunaan sumber daya tidak diorientasikan untuk menghasilkan produk dalam bentuk barang namun
lebih pada kondisi terjaminnya kelestarian kawasan konservasi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam pengelolaan kawasan konservasi, keamanan
kawasan merupakan salah satu keluaran output yang indikatornya dapat dilihat dari besarnya gangguan kawasan. Efisiensi pengamanan ditunjukkan
dengan penggunaan sumber daya minimum yang dapat mengamankan kawasan sebaik-baiknya. Dengan pengertian tersebut maka efisiensi dapat
diukur dengan menghitung perbandingan tingkat gangguan output dengan input yaitu sumber daya pengamanan.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar gangguan yang terjadi adalah pencurian hasil hutan yang dimanfaatkan secara illegal. Hasil
hutan tersebut mempunyai nilai yang dapat dihitung dalam rupiah berdasarkan harga pasar yang berlaku. Karena hasil hutan merupakan salah
satu asset Negara, maka nilai rupiah tersebut dihitung sebagai kerugian Negara atas hilangnya asset berupa hasil hutan.
Sumber daya pengamanan juga dapat dihitung nilai rupiahnya berdasarkan pembiayaan yang dikeluarkan untuk personel, nilai rupiah sarana
dan prasarana dan operasional resort. Hasil perhitungan tersebut kemudian digunakan untuk menghitung efisiensi berdasarkan rasio nilai kerugian akibat
gangguan output dengan nilai rupiah sumber daya pengamanan input. Berdasarkan rasio tersebut maka semakin besar nilai rasio bukan
66 menunjukkan efisiensi tetapi nilai ketidakefisienan kinerja pengamanan suatu
resort. Nilai efisiensi dari setiap resort disajikan pada tabel 7. Tabel 7 Nilai efisiensi resort-resort TNBK, TNAP dan TNGGP berdasarkan
perbandingan nilai rupiah kerugian dan nilai rupiah input
No. Resort
Nilai Efisiensi
Taman Nasional
1. Pancur
TNAP 2.
Grajagan TNAP
3. Nanga Potan
TNBK 4.
Nanga Hovat TNBK
5. Bungan
TNBK 6.
Tanjung Lokang TNBK
7. Selabintana
0.0003 TNGGP
8. Goalpara
0.002 TNGGP
9. Cireundeu
0.003 TNGGP
10. Cimungkad 0.003
TNGGP 11. Mandalawangi
0.003 TNGGP
12. Gunung Putri 0.004
TNGGP 13. Maleber
0.005 TNGGP
14. Cimande 0.006
TNGGP 15. Cipetir
0.006 TNGGP
16. Tegallega 0.006
TNGGP 17. Sembulungan
0.007 TNAP
18. Sarongge 0.008
TNGGP 19. Kucur
0.009 TNAp
20. Bodogol 0.01
TNGGP 21. Nagrak
0.011 TNGGP
22. Cisarua 0.0122
TNGGP 23. Tapos
0.013 TNGGP
24. Situgunung 0.014
TNGGP 25. PPKAB
0.015 TNGGP
26. Pasir Hantap 0.017
TNGGP 27. Tanjung Pasir
0.026 TNAP
28. Sadap 0.028
TNGGP 29. Pasir Sumbul
0.032 TNBK
30. Cijoho 0.044
TNGGP 31. Tugu
0.066 TNGGP
32. Sukamulya 0.121
TNGGP 33. Rowobendo
0.157 TNAP
Berdasarkan perhitungan nilai efisiensi dari ke-33 resort, resort yang paling efisien adalah resort Pancur sedangkan resort yang paling tidak efisien
adalah resort Rowobendo. Di TNBK resort yang paling efisien adalah resort Nanga Potan sedangkan yang paling tidak efisien adalah resort Sadap. Resort
yang paling tidak efisien di TNAP adalah resort Rowobendo sedangkan resort yang paling efisien adalah resort Pancur. Di TNGGP resort yang paling
67 efisien adalah resort Selabintana sedangkan resort yang paling tidak efisien
adalah resort Sukamulya. Nilai efisiensi masing-masing taman nasional berdasarkan
perhitungan rasio nilai rata-rata kerugian setiap resort dan nilai rata-rata input biaya personel, nilai rupiah sarana dan prasarana serta biaya operasional
menunjukkan taman nasional yang paling tidak efisien adalah berturut-turut TNAP, TNGGP dan TNBK. Hasil pengukuran efisiensi pada ketiga taman
nasional tersebut hanya didasarkan pada kerugian yang diakibatkan atas pencurian hasil hutan, sehingga tidak secara keseluruhan menggambarkan
kinerja pengamanan dalam mengatasi gangguan lainnya seperti penambangan emas di TNBK maupun penyerobotan lahan di TNGGP dan gangguan yang
diakibatkan bencana alam seperti tanah longsor di TNGGP.
5.5. Analisis Perbandingan antar Resort
Berdasarkan perhitungan efisiensi pada semua resort menunjukkan variasi nilai dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
Berikut ditampilkan situasi resort-resort pada setiap taman nasional yang mempunyai nilai efisiensi paling rendah dan resort-resor yang mempunyai
nilai paling tinggi sebagaimana disajikan pada tabel 8.
Perhitungan nilai ketidakefisienan didasarkan pada perbandingan nilai output nilai kerugian akibat gangguan dengan nilai input nilai rupiah
sumberdaya pengamanan.
Dengan demikian
nilai ketidakefsienan
bergantung pada nilai output dan input, semakin tinggi nilai output dan semakin rendah nilai input maka semakin tidak efisien kinerja
pengamanannya. Berdasarkan nilai efisiensi pada semua resort menunjukkan bahwa resort yang paling efisien adalah resort yang tidak mengalami
gangguan sedangkan resort yang tidak efisien adalah resort yang menderita kerugian akibat gangguan paling besar. Tingginya kerugian diakibatkan
tingginya nilaiasset hasil hutan yang hilang atau dicuri.