Gangguan Kawasan Pengamanan Kawasan Konservasi 1. Kelembagaan Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Konservasi

16 dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum masyarakat untuk tidak ikut terlibat dalam pelanggaran kejahatan dibidang kehutanan. 2 . Pengamanan preventif Merupakan salah satu bentuk pengamanan, baik fungsional maupun gabungan, yang bersifat pengawasan dan pencegahan , dalam rangka mencegah masyarakat melaksanakan pelanggaran Kejahatan dibidang kehutanan, antara lain: a. Penjagaan Penjagaan adalah kegiatan pengamanan, baik fungsional maupun gabungan, yang dilaksanakan dengan menempatkan petugas pengamanan dalam pos-pos penjagaan dalam rangka pengawasan di dalam kawasan. b. Patroli Patroli adalah bentuk pengamanan bergerak yang dilakukan baik secara fungsional maupun gabungan, antara lain melalui: 1 Patroli rutin. Kegiatan pengamanan, baik fungsional maupun gabungan, yang dilaksakan dengan frekwensi tertentu, dengan menggunakan alat transportasi Speed Boat maupun ”Floating Rangers Station” FRS. 2 Patroli InsidentilMendadak. Kegiatan pengamanan, baik fungsional maupun gabungan yang dilakukan secara mendadak atau insidentil, apabila mendapat informasi akan terjadinya pelanggarantindak pidana bidang kehutanan, yang perlu segera dilakukan pencegahannya. 3. Pengamanan Represif Kegiatan pengamanan baik fungsional maupun gabungan dalam rangka penanggulangan atau tindakan hokum terhadap pelaku pelanggarankejahatan di bidang kehutanan yang dilaksanakan dengan cara dan sistem yang bersifat strategis dan dilakukan secara simultan. 17 Pengamanan represif dilakukan melalui : a. Operasi intelijen Dilaksanakan untuk pengumpulan bahan, keterangan terjadinya pelanggarankejahatan di bidang kehutanan, antara lain tentang tokoh penggerak, pemodal, aktor intelektual, rencana kegiatan pelanggarankejahatan dan lain-lain b. Operasi represif. Dilaksanakan dalam rangka pengejaran, penangkapan, terhadap pelaku pelanggarankejahatan di bidang kehutanan, serta penahanan dan penanganan barang bukti c. Operasi khusus Dilaksanakan dalam rangka penanggulangan terhadap gangguanpelanggaran kejahatan di bidang kehutanan yang sangat, komplek serta sudah mengancam kelestarian kawasan, sehingga perlu dilakukan tindakan-tindakan khusus. 4. Pengamanan partisipatifswakarsa Pengamanan kawasan yang dilakukan oleh unsur masyarakat yang merupakan bentuk kearifan lokal dalam rangka upaya pelestarian sumberdaya alam disekitarnya Pengamanan parsitipatif ini harus mendapat pembinaan oleh balai Taman Nasional atau Balai K0nservasi Sumber Daya Alam BKSDA, melalui kerjasama dengan unsur terkait di daerah dan masyarakat setempat sehingga pelaksanaannya tetap berdasarkan peraturan perundang-undangan dan nilai kearifan lokal setempat yang telah ada. Pembinaan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional atau BKSDA dalam rangka peningkatan peran aktif masyarakat dalam pengamanan, antara lain melalui upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang meliputi kehidupan ekonomi, pendidikan dan spiritual dengan maksud agar masyarakat tidak mengganggu kelestarian kawasan serta mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pengamanan kawasan. 18 5. Penyidikan Serangkaian tindakan penyidik dalam hal mencari dan mengumpulkan bukti-bukti untuk menjelaskan tentang tindak pidana di bidang hutan dan kehutanan serta dalam rangka menemukan tersangka, dalam hal dan menurut tata cara yang di atur dalam KUHP dan peraturan perundangan lannya.

2.5.5. Sarana dan Prasarana Pengamanan

Di dalam pelaksanaan tugasnya Polisi Kehutanan dilengkapi dengan sarana dan prasarana perlindungan. Yang termasuk sarana perlindungan hutan dapat berupa alat pemadam kebakaran baik perangkat lunak maupun perangkat keras, alat komunikasi, perlengkapan satuan pengaman hutan, tanda batas kawasan hutan, plangtanda-tanda larangan, alat mobilitas antara lain dapat berupa kendaraan roda empat dan roda dua serta kendaraan air. Yang termasuk prasarana perlindungan hutan dapat berupa asrama satuan pengamanan hutan, rumah jaga, jalan-jalan pemeriksaan, menara pengawas, dan parit batas PP No.45 Tahun 2004. 19

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di 3 tiga lokasi yaitu : Taman Nasional Betung Kerihun di Kalimantan Barat, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat, dan Taman Nasional Alas Purwo di Jawa Timur. Keadaan umum lokasi penelitian diuraikan di bawah ini.

1. TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN

1.1. Letak dan Luas

Taman Nasional Betung Kerihun TNBK adalah kawasan konservasi terbesar di Propinsi Kalimantan Barat. Kawasan konservasi ini berstatus Taman Nasional melalui surat keputusan Menteri Kehutanan No 467Kpts- II1995 pada tanggal 5 September 1995 dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukotanya Putussibau. Kawasan TNBK berada dalam empat kecamatan yaitu Kecamatan Embaloh Hulu, Kecamatan Embaloh Hilir dan Kecamatan Putussibau Utara serta Kecamatan Putussibau Selatan. Kawasan TNBK terbentang memanjang pada 112 o 15 - 114 o 10 Bujur Timur dan 0 o 40 - 1 o 35 Lintang Utara yang meliputi total area 800,000 hektar atau sekitar 5,5 dari luas total daratan Propinsi Kalimantan Barat yang sebesar 14.807.700 hektar BBTNBK 1999. TNBK berbentuk sempit memanjang berbatasan dengan negara bagian Sarawak, Malaysia di sebelah utara, propinsi Kalimantan Timur di sebelah timur, di sebelah selatan dengan Banua Martinus dan Putussibau, dan wilayah LanjakNanga Badau di sebelah barat. Berdasarkan peta lampiran SK, total garis perbatasan TNBK sepanjang 812 Km yang terbagi menjadi sepanjang 398 Km berbatasan dengan Malaysia, 146 Km dengan batas Propinsi Kalimantan Timur, dan sepanjang 268 Km dengan batas di dalam propinsi Kalimantan Barat. Garis batas yang sangat panjang ini mempunyai konsekuensi pengelolaan dan pengamanan yang amat berat. Bentuk ketebalan TNBK pun bervariasi. Wilayah yang tertipis hanya 15 km diwilayah Gunung Lawit - Sungai Menjakan di bagian tengah, dan menebal menjadi 25 km di sekitar Gunung Betung di bagian barat, dan setebal sekitar 35 km di antara