Letak dan Luas KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

23 Schmidt Ferguson hal seperti ini termasuk iklim selalu basah type A dengan nilai Q = 2.6. Tipe dan pola iklim di kawasan Putussibau nampak tidak banyak berubah dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini terlihat bila dibandingkan dengan data Berlage Jr. 1949 yang mencatat data selama 40 tahun 1902 - 1941 menunjukan bahwa curah hujan rata-rata per tahunnya adalah 4.341 mm dengan jumlah hari hujan 182.2 per tahun. Berdasarkan data tahun 1974 - 1996 dari Bandara Pangsuma Putussibau pun menghasilkan nilai yang mirip yakni curah hujan 4.201 mm dengan jumlah hari hujan 177.8 per tahun. Hal ini menggambarkan bahwa iklim di sekitar TNBK tidak banyak berubah selama kurun waktu hampir 100 tahun BBTNBK 1999.

1.5. Hidrologi

Sistem hidrologi di kawasan TNBK cukup unik dengan ratusan jaringan sungai kecil dan besar yang termasuk dalam sistem besar Daerah Aliran Sungai DAS Kapuas. DAS Kapuas sendiri meliputi area seluas 9.874.910 hektar atau sekitar 67 dari Propinsi Kalimantan Barat yang seluas 14.680.700 hektar. Secara keseluruhan TNBK mempunyai lima bagian Sub DAS yaitu Sub DAS Embaloh di barat, Sub DAS Sibau-Menjakan dan Sub DAS Mendalam di bagian tengah, serta Sub DAS Hulu KapuasKoheng dan Sub DAS Bungan di bagian timur. Berdasarkan pola dan kerapatan aliran sungai dari analisis foto udara skala 1:25.000 serta dipadukan dengan struktur geologinya, kawasan TNBK dapat dibagi menjadi 13 unit bentang lahan terrain unit atau satuan ekologi ecological unit yang berbeda. Bentukan pola aliran sungai ini disebabkan oleh kelurusan-kelurusan yang dapat berupa patahan-patahan ataupun kekar- kekar. Seperti telah disebut dimuka, sungai-sungai di TNBK banyak yang dramatis dengan jurang yang terjal dan licin serta berlantai dasar batuan induk hitam akibat aktivitas vulkanik pada post-Eocene. Salah satu diantaranya adalah Sungai Embaloh yang batuan dasar sungainya berumur sangat tua dan tertanam dalam pada bagian lipatan yang curam dari batuan basalt dan andesit. 24 Panjang dan kondisi sungai di TNBK sangat bervariasi mulai yang lebar, sempit, keruh, jernih, dalam, dangkal, berlumpur, berbatu, berarus tenang, deras, bahkan berjeram yang cukup tinggi. Panjang Sungai Embaloh diukur mulai dari mata air di puncak Gunung Tunggal 1.120 m sampai di perbatasan kawasan TNBK di muara Sungai Paloh sepanjang sekitar 95 Km. Sungai Sibau mengalir sepanjang 25 Km diukur dari mata air di Gunung Aseh 850 m ke perbatasan TNBK bagian selatan. Sungai Menjakan yang merupakan cabang Sungai Sibau dengan mata air di Gunung Lawit 1.770 m malah lebih panjang yaitu sepanjang 65 Km. Sungai Mendalam yang bermata air di Gunung Batu 1.410 m sepanjang sekitar 30 Km. Sungai Hulu KapuasKoheng yang terdapat di dalam kawasan TNBK dengan mata air di Gunung Cemaru 1.180 m sepanjang sekitar 100 Km. Sungai Bungan yang bermuara di Kapuas Koheng cabang terpanjangnya adalah 50 Km dan bermata air di Gunung Liang Cahung di perbatasan dengan Kalimantan Timur. Sungai Bungan mempunyai banyak cabang yang bermata air di pegunungan Muller yang berbatasan dengan Kalimantan Timur yang puncaknya antara lain adalah Gunung Lepuyan 1.120 m, Gunung Batu Tapung 1.300 m, Gunung Dayang 1.640 m, dan Gunung Kerihun 1.790 m. Gunung Kerihun adalah nama yang dikenal oleh penduduk setempat yang disalah-ucapkan menjadi Gunung Karimun BBTNBK 1999

1.6. Ekosistem

Keanekaragaman ekosistem di kawasan TNBK sangat tinggi dan keadaan vegetasi hutannya masih baik dan relatif utuh. Berdasarkan pengamatan lapangan, kawasan hutan di Taman Nasional Betung Kerihun dapat dikelompokkan menjadi delapan tipe ekosistem, walaupun dari interpretasi foto udara bisa dikenali sebanyak 13 unit bentang lahan yang berbeda. Analisis ekosistem hutan didapat dari 49 petak berukuran 10 X 50 m yang secara bersistem dicuplik di ketinggian antara 150 sampai dengan 1.150 m. Kedelapan tipe hutan tersebut adalah Hutan Dipterocarpaceae Dataran Rendah Low Land Dipterocarp Forest, Hutan Aluvial Alluvial Forest, Hutan Rawa Swamp Forest, Hutan Sekunder Tua Old Secondary Forest,