Pada dasarnya
semakin cepat payback period menandakan semakin kecil
risiko yang dihadapi oleh investor.
4.5.2 Analisis Switching Value
Analisis switching value merupakan variasi dari analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang
berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,
apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan
karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu mendatang
Gittinger 1986 Pada
analisis switching value secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap
penting pada analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek.
Dalam penelitian ini, digunakan analisis kepekaan apabila terjadi perubahan pada kenaikan harga input dan penurunan penjualan.
4.6 Asumsi Dasar yang Digunakan
Analisis usaha pembuatan kerupuk rambak ini menggunakan beberapa asumsi dasar yaitu:
1. Usaha dilakukan dengan modal sendiri
2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito
BRI pada bulan Januari 2009 yaitu sebesar 8,38 persen. Pemilihan ini didasarkan atas bank yang terdekat dengan pengusaha adalah BRI serta modal
usaha pemilik semuanya modal sendiri dan bukan berasal dari pinjaman. 3.
Keadaan ekonomi selama proyek berlangsung diasumsikan tetap. 4.
Umur proyek adalah 10 tahun, penentuan umur proyek ini didasarkan pada umur ekonomis investasi yang terlama yaitu bangunan, timbangan, lemari,
pompa air, tungku api, tempat penjemuran dan tabung gas. 5.
Harga bahan baku kulit kerbau adalah Rp 17.000,00 per kilogram. 6.
Harga bahan baku kulit sapi adalah Rp 12.000,00 per kilogram.
7. Rendemen lemak baik pada kulit sapi basah dan kulit kerbau basah adalah
sebesar 10 persen dari berat total. 8.
Skala produksi pada kedua usaha adalah 25 kilogram kerupuk rambak matang dalam satu periode produksi.
9. Kulit sapi basah dan kulit kerbau basah yang digunakan untuk produksi
adalah jantan. 10. Total produksi adalah jumlah kemasan yang dihasilkan selama satu tahun.
Nilai total penjualan adalah hasil kali antara produksi dan harga jual. Harga jual yang produk adalah Rp 30.000,00 untuk kerupuk rambak kemasan 250
gram dan Rp 60.000,00 untuk kerupuk rambak kemasan 500 gram. 11. Perbandingan penjualan melalui agen adalah sebesar 35 persen dari total
produksi dan penjualan sendiri ke konsumen adalah sebesar 65 persen dari total produksi.
12. Kerupuk rambak ukuran 250 gram disebut kemasan kecil dan kerupuk rambak ukuran 500 gram disebut kemasan besar.
13. Tidak ada produk yang cacat atau gagal dan hasil produksi semuanya habis terjual.
14. Biaya variabel pada kemasan besar, nilainya diasumsikan sebesar dua kali dari biaya variabel kemasan kecil.
15. Proses produksi dilakukan setiap tiga hari sekali maka dalam satu bulan dilakukan sepuluh kali proses produksi. Sehingga dalam satu tahun terdapat
120 kali proses produksi. 16. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan kerupuk rambak ini terdiri
dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan yang telah habis
umur ekonomisnya. 17. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
18. Nilai penyusutan dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan metode garis lurus di mana harga beli dikurangi dengan nilai
sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis.