Berdasarkan hasil
analisis switching value, dapat dilihat perubahan- perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi
cateris paribus , jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan
kerupuk rambak kemasan kecil sebesar 15,49 persen, penurunan penjualan kerupuk rambak kemasan besar sebesar 36,15 persen, penurunan penjualan kedua
jenis kemasan secara serentak sebesar 10,84 persen, kenaikan harga kulit sapi basah sebesar 29,28 persen atau kenaikan harga lemak sebesar 81,33 usaha
pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi ini masih layak dilaksanakan dan memperoleh keuntungan normal.
Perubahan terhadap penurunan penjualan kerupuk rambak kedua jenis kemasan secara serentak dikatakan berpengaruh paling besar diantara kondisi
lainnya terhadap kelayakan usaha. Berdasarkan hasil analisis switching value, usaha pembuatan kerupuk rambak masih layak apabila besarnya penurunan
penjualan kerupuk rambak dua jenis kemasan secara serentak tidak melebihi 10,84 persen. Jika penurunan yang terjadi lebih besar dari 10,84 persen, maka usaha
pembuatan kerupuk rambak kulit sapi ini menjadi tidak layak. Sementara usaha pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan
baku kulit sapi ini masih layak untuk dilakukan apabila penurunan penjualan kerupuk rambak kemasan kecil tidak melebihi 15,49 persen, penurunan penjualan
kemasan besar tidak melebihi 36,15 persen kenaikan harga kulit sapi basah tidak melebihi 29,28 persen atau kenaikan harga lemak tidak melebihi 81,33.
Dengan demikian, dapat diihat bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi ini sangat sensitif terhadap penurunan penjualan kedua jenis kemasan
secara serentak. Sedangkan perubahan yang terjadi akibat kenaikan harga lemak menjadi variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan usaha.
7.1.5 Laporan Rugi Laba Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Bahan Baku Kulit Sapi
Laporan rugi laba berguna untuk melihat berapakah keuntungan yang diperoleh usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit
sapi setiap tahunnya dalam memproduksi kerupuk rambak. Pada perhitungan rugi laba perusahaan telah memperhitungkan pajak usaha, namun faktanya perusahaan
tidak membayar pajak usaha kepada pemerintah. Lampiran 3 menunjukkan bahwa
usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi pada tahun pertama mendapatkan keuntungan sebesar Rp 2.577.525,00. Sedangkan pada
tahun kedua sebesar Rp 24.539.145,00. Tahun ketiga dan tahun selanjutnya sebesar Rp 56.788.154,00.
7.2 Analisis Aspek Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Kerbau
Usaha pembuatan kerupuk rambak di Pegandon ada yang menggunakan bahan baku kulit kerbau sebagai input produksinya. Pada dasarnya proses
pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan kulit sapi dan kulit kerbau sama saja. Namun, terdapat beberapa perbedaan dalam manfaat dan biaya. Skala
usaha yang digunakan pada perhitungan analisis usaha pembuatan kerupuk rambak kulit kerbau ini adalah 25 kilogram kerupuk rambak matang.
7.2.1 Analisis Inflow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Kerbau
Penerimaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit kerbau diterima dari hasil penjualan dan nilai sisa investasi yang telah dilakukan. Pendapatan diperoleh
dari mengkalikan total penjualan dengan harga jual. Pada tahun ke-1 dan ke-2, usaha belum mampu berproduksi secara
optimal. Nilai produksi pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar 50 persen dan 70 persen. Hal ini dikarenakan usaha masih dalam tahap pengenalan
produk kepada konsumen sehingga usaha membatasi jumlah produksinya. Sedangkan mulai tahun ke-3 sampai tahun ke-10 jumlah produksi mencapai 100
persen, yaitu sebesar 1.600 kemasan kecil dan 11.000 kemasan besar per tahun. Harga jual produk kerupuk rambak bahan baku kulit kerbau ini sama dengan
kerupuk rambak bahan baku kulit sapi yaitu Rp 60.000,00 untuk kemasan besar dan Rp 30.000,00 untuk kemasan kecil.
Pada tahun pertama total penerimaan usaha pembuatan kerupuk rambak adalah sebesar Rp 213.000.000,00. Pada tahun ke-2, total penerimaan usaha
sebesar Rp 298.200.000,00 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10, produksi sudah