Usaha pembuatan kerupuk rambak ini memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah. Kontribusi kepada pendapatan daerah berupa produk kerupuk
rambak yang dihasilkan dapat menjadi komponen pendapatan daerah dari kelompok barang makanan dengan jenis konsumsi lainnya miscellaneous food
item .
Usaha pembuatan kerupuk rambak ini membuka kesempatan kerja bagi penduduk sekitar. Para produsen kerupuk rambak ini rata-rata memiliki tenaga
kerja non keluarga sebanyak 3-5 orang. Usaha pembuatan kerupuk rambak ini telah membuka lapangan usaha bagi tenaga kerja terutama untuk tenaga kerja
tidak terdidik dan tidak terlatih. Usaha pembuatan kerupuk rambak ini juga dapat dikatakan layak jika
dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Dari lingkungan, walaupun usaha pembuatan kerupuk rambak ini belum memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup AMDAL yang menyatakan bahwa keseimbangan lingkungan tersebut dapat dijaga dan diatur apabila industri telah memiliki
AMDAL dan perundangan yang berlaku menghendaki setiap usaha memiliki AMDAL. Namun hal ini dapat diterima dengan pertimbangan bahwa usaha
pembuatan kerupuk rambak tidak menghasilkan limbah dalam jumlah besar dan limbah yang dihasilkan tidak membahayakan masyarakat. Limbah yang dihasilkan
oleh usaha dapat dikelola oleh pemilik usaha dengan membuat tempat penampungan limbah pada masing-masing usaha.
BAB VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL
Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return
IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC dan Payback Period
PBP. Dalam melakukan analisis dengan empat kriteria tersebut digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya
yang dikeluarkan selama periode tertentu.
7.1 Analisis Aspek Finansial Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan Bahan Baku Kulit Sapi
Usaha pembuatan kerupuk rambak yang berkembang di Pegandon menggunakan bahan baku kulit sapi sebagai input produksinya. Pada dasarnya
proses pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan kulit sapi dan kulit kerbau sama saja. Namun, terdapat beberapa perbedaan dalam manfaat dan biaya.
Skala produksi untuk analisis usaha kerupuk rambak kulit sapi ini adalah 25 kilogram kerupuk rambak matang dalam satu periode produksi.
7.1.1 Analisis Inflow Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Menggunakan
Bahan Baku Kulit Sapi
Penerimaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi diterima dari hasil penjualan dan nilai sisa investasi yang telah dilakukan. Pendapatan didapat
dari mengkalikan total penjualan dengan harga jual. Pada tahun ke-1 dan ke-2, usaha belum mampu berproduksi secara
optimal. Nilai produksi pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar 50 persen dan 70 persen. Hal ini dikarenakan usaha masih dalam tahap pengenalan
produk kepada konsumen sehingga usaha membatasi jumlah produksinya. Sedangkan mulai tahun ke-3 sampai tahun ke-10 jumlah produksi mencapai 100
persen, yaitu sebesar 2100 kemasan kecil dan 9.800 kemasan besar. Harga jual produk kerupuk rambak adalah Rp 60.000,00 untuk kemasan besar dan Rp
30.000,00 untuk kemasan kecil.
Pada tahun pertama total penerimaan usaha pembuatan kerupuk rambak kulit sapi adalah sebesar Rp 210.000.000,00. Pada tahun ke-2 total penerimaan
usaha sebesar Rp 294.000.000,00 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10, produksi sudah mencapai kapasitas optimal sehingga total penerimaannya adalah sebesar
Rp 420.000.000,00. Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8
. Perkiraan Pendapatan Penjualan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi per Tahun
Tahun ke-
Produk Produksi
kemasan Harga
Rp Pendapatan
Rp Total
Pendapatan Rp
Kerupuk Rambak 500 gram
1.050 60.000 63.000.000 1
Kerupuk Rambak 250 gram
4.900 30.000 147.000.000 210.000.000
Kerupuk Rambak 500 gram
1470 60000
88.200.000 2
Kerupuk Rambak 250 gram
6860 30000
205.800.000 294.000.000
Kerupuk Rambak 500 gram
2100 60000
126.000.000 3-10
Kerupuk Rambak 250 gram
9800 30000
294.000.000 420.000.000
Sumber : Dwi Joyo dan Dwi Djaya 2009 diolah
Penerimaan lain didapat dari nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa merupakan nilai sisa dari barang modal yang tidak habis terpakai selama umur
proyek berlangsung dan dinilai pada saat umur proyek berakhir. Barang-barang modal yang memiliki nilai sisa adalah tanah, bakul plastik dan motor.
Lahan memiliki nilai Rp 600.000,00 per m
2
. Lahan memiliki luas 53 m
2
. Lahan yang tidak didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat
penjemuran. Bakul plastik merupakan barang reinvestasi karena barang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sebelum umur proyek berakhir. Oleh sebab itu
perusahaan melakukan pembelian barang pada awal tahun ke-5 dan ke-9. Reinvestasi bakul plastik pada awal tahun ke-9 membuat barang masih memiliki
manfaat ekonomis pada akhir proyek. Nilai bakul plastik adalah Rp 1.875.000,00 dengan jumlah 75 buah bakul plastik. Sedangkan, motor memiliki nilai Rp
15.500.000,00. Total nilai sisa adalah sebesar Rp 38.604.167,00. Lahan tidak mengalami
penyusutan, sehingga nilai akhir proyek adalah sama dengan nilai awalnya yaitu