Manfaat Ruang Lingkup Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah

Sampai saat ini belum ada definisi maupun kriteria baku mengenai UKM. Masing-masing institusi atau lembaga pemerintah mempunyai kriteria berbeda terhadap UKM di Indonesia. Menurut Departemen Perindustrian RI pada tahun 1991 definisi dari industri kecil dan kerajinan adalah kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah aset kurang dari Rp 600 juta diluar nilai tanah dan bangunan yang digunakannya. Kriteria usaha kecil yang tercantum pada pasal 5 Bab III Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 adalah : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau 2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 milyar per tahun. 3. Dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. 4. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai dan berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar, dan 5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Definisi usaha kecil menurut Bank Indonesia mengacu pada definisi yang sesuai dengan UU No.9 tahun 1995 karena kriteria usaha kecil dan menengah dalam peraturan Bank Indonesia yang berkaitan dengan pemberian Kredit Usaha Kecil PBI No.32PBI2001 merujuk pada UU tersebut. Depperindag menuangkan definisi industri skala kecil menengah dalam Keputusan Menperindag Kepmenperindag No. 257MPPKep1997 sebagai suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp 5 miliar termasuk tanah dan bangunan www.depperindag.go.id. Sedangkan BPS 2004 membagi jenis UKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, yaitu: 1. Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja di bawah 3 orang termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar 2. Usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5-9 orang 3. Usaha menengah, dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang. Pada tingkat internasional, UKM didefinisikan olah World Bank yang membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu: 1. Medium enterprise , dengan kriteria: a. Jumlah karyawan maksimal 300 orang b. Pendapatan setahun hingga sejumlah 15 juta, dan c. Jumlah aset hingga 15 juta 2. Small enterprise , dengan kriteria: a. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang b. Pendapatan setahun tidak melebihi 3 juta, dan c. Jumlah asset tidak melebihi 3 juta 3. Micro commission , dengan kriteria: a. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang b. Pendapatan setahun tidak melebihi 100 ribu, dan c. Jumlah asset tidak melebihi 100 ribu UKM memiliki kekuatan dan kelemahan dalam menjalankan usahanya. Sebagian dari kelebihan yang dapat menjadi kekuatannya adalah kemampuan bertahan hidup yang tinggi, kemampuan menggunakan pasokan secara efisien, motivasi pengusaha yang sangat kuat untuk mempertahankan usahanya, permintaan pangsa pasar yang dimasuki sangat tinggi, pandai memanfaatkan pasokan produksi yang murah secara efisien untuk menghasilkan produk dan jasa yang murah bagi konsumen, serta kemampuan adaptasi yang tinggi dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usahanya. Sedangkan segi negatif dalam UKM yang dapat menjadi penghambatnya adalah kelenturan untuk berganti-ganti bidang usaha dan rekayasa tatanan sistem perekonomian bebas internasional sehingga tidak mampu bersaing dengan usaha swasta besar baik domestik maupun asing Lamadlauw 2006, diacu dalam Widyastuti 2008.

2.2 Perusahaan Perorangan

Usaha perorangan merupakan bentuk badan usaha perorangan yang dimiliki seseorang dan bertanggung jawab secara penuh terhadap semua risiko dan kegiatan perusahaan. Di samping itu tidak perlu ijin untuk pendiriannya.