Penelitian Tentang Kerupuk Penelitian Terdahulu .1 Penelitian Tentang Analisis Kelayakan
Bauran pemasaran dari usaha penggorengan kerupuk SMS meliputi produk, harga, tempat serta promosi. Produk yang ditawarkan terbagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan bahan inputnya yaitu jenis kerupuk mentahnya. Harga yang ditetapkan dalam penentuan harga kerupuk SMS ini adalah harga yang
berlaku di pasar. Lokasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan penjualan yaitu pasar-pasar yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor dan waktu yang
dipilih untuk kegiatan penjualan pada umumnya malam hingga pagi hari. Promosi yang telah digunakan pada awal pendirian usaha ini yaitu dengan memberikan
potongan harga kepada konsumen. Aspek teknis sarana dan fasilitas-fasilitas yang dipinjamkan oleh pembina
program pelatihan yaitu bangunan yang memadai untuk kegiatan produksi, gudang bahan baku, dan ruang kantor dengan luas bangunan kurang lebih 192 m
2
. Aspek manajemen dan ekonomi sosial merujuk pada fungsi kerja usaha
penggorengan kerupuk SMS yang terdiri dari bagian keuangan, pemasaran dan produksi. Jabatan yang masih dirangkap menjadi satu adalah jabatan manajerial
dan keuangan yang dipegang oleh pemilik usaha penggorengan. Usaha penggorengan kerupuk ini banyak menyerap tenaga kerja yang tidak terdidik dan
tidak terampil untuk bekerja di bagian pembungkusan. Hasil analisis finansial usaha penggorengan kerupuk SMS ini
menunjukkan nilai NPV yang dihasilkan sebesar Rp 222.655.537,00; nilai IRR yang dihasilkan sebesar 25,96 persen, Net BC sebesar 2,632 dan masa
pengembalian modal adalah 6 tahun 5 bulan dengan jangka umur proyek selama 10 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan usaha maka usaha penggorengan
kerupuk SMS ini layak untuk dijalankan. Sedangkan hasil analisis sensitivitas pada usaha penggorengan kerupuk menunjukkan bahwa apabila terjadi
peningkatan biaya operasional variabel sebesar 8,32 persen usaha penggorengan kerupuk masih layak untuk dijalankan. Berbeda dengan penurunan penjualan
sebesar 10 persen, hasil yang didapatkan adalah usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Penelitian tentang kerupuk pernah dilakukan oleh Tresnaprihandini 2006 dengan judul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Kerupuk Udang dan Ikan
pada Perusahaan Candramawa di Kabupaten Indramayu . Berdasarkan hasil
analisis faktor internal dan faktor eksternal yang telah dilakukan pada perusahaan Candramawa yaitu dilihat dari faktor internal, kekuatan utama yang dimiliki
oleh perusahaan adalah loyalitas distributor, modal yang kuat dan hubungan dengan pemasok terjalin baik. Sedangkan kelemahan yang utama adalah kapasitas
produksi yang belum optimal, kurangnya promosi dan distribusi produk di Indramayu belum ada.
Untuk faktor eksternal, yang menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah tingkat konsumsi yang terus meningkat, sedangkan untuk ancaman utama
yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yaitu kenaikan biaya produksi akibat naiknya tarif listrik dan BBM, kondisi cuaca dan iklim sangat mempengaruhi
proses produksi dan ketersediaan bahan baku, serta ancaman masuk pendatang baru cukup besar.
Berdasarkan perhitungan matriks IFE didapat total skor 3,107 dan matriks EFE didapat total skor sebesar 2,051 sehingga jika dipetakan ke dalam matriks IE
posisi perusahaan berada pada sel IV yaitu tumbuh dan bina. Pada sel ini strategi yang harus dijalankan oleh perusahaan adalah strategi penetrasi pasar, strategi
pengembangan pasar dan strategi pengembangan produk. Ada 13 buah strategi yang diformulasikan pada matriks SWOT yang
sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan, yaitu: 1 Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, 2 Menjalin kerjasama dengan perusahaan besar pengekspor
kerupuk, 3 Memperluas wilayah distribusi produk ke wilayah yang potensial dan belum pernah dijangkau oleh pesaing maupun perusahaan, 4 Bekerjasama dengan
pemerintah daerah setempat untuk mendapatkan kemudahan memperoleh bahan baku, fasilitas dan perlindungan hukum, 5 Meningkatkan penggunaan teknologi
yang lebih modern dalam proses produksi, 6 Mengefisienkan penggunaan peralatan produksi untuk menghemat listrik dan BBM, 7 Meningkatkan
pelayanan kepada konsumen, 8 Memperbaiki sistem manajemen perusahaan, 9 Mencoba memasarkan produk di daerah Indramayu dengan mutu dan kualitas
yang sama dengan pesaing, 10 Mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada, 11 Memperluas hubungan kerjasama dengan pemasok bahan baku ikan, 12
Memanfaatkan penggunaan oven dan cooling pada saat kondisi cuaca tidak mendukung, 13 Mengikutsertakan produk perusahaan pada pameran perdagangan
untuk mempromosikan produk. Berdasarkan analisis QSPM maka strategi prioritas yang dipilih untuk dilakukan perusahaan adalah menjalin kerjasama
dengan perusahaan besar pengekspor kerupuk dengan nilai TAS 6,221. Penelitian Rosmayanti 2008 dengan judul Pengaruh Kenaikan Harga
Bahan Bakar Minyak terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan Menengah, Kasus : UKM Kerupuk di Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat
ini juga menganalisis tentang kerupuk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kenaikan harga BBM terhadap pendapatan, keragaan UKM kerupuk dan
efisiensi faktor-faktor produksi sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Penelitian dilakukan pada April 2008 sampai dengan Mei 2008.
Analisis dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya. Uji beda dua rataan untuk menganalisis
keragaan UKM dan fungsi produksi Cobb Douglass yang dianalisis melalui metode OLS untuk melihat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah kenaikan harga BBM, keuntungan UKM kerupuk semakin berkurang. Kenaikan harga BBM
berpengaruh positif terhadap jumlah input produksi tepung, garam, minyak tanah, kayu bakar dan tenaga kerja, pengeluaran untuk semua input produksi, jumlah
output, total biaya produksi, dan penerimaan hasil penjualan. Namun berpengaruh negatif terhadap jumlah input produksi bawang putih, penyedap rasa dan bahan
baku pembantu, dan pendapatan bersih UKM. Sebelum kenaikan harga BBM, hanya variabel bahan baku dan kayu bakar yang berpengaruh nyata terhadap
output yang dihasilkan. Sedangkan pada kondisi setelah kenaikan harga BBM, semua variabel bebas berpengaruh nyata terhadap output. Pada efisiensi teknis,
terjadi perubahan elastisitas semua faktor produksi menjadi lebih efisien. Pada efisiensi alokasi penggunaan faktor-faktor produksi, belum ada faktor produksi
yang efisien. Sebelum kenaikan BBM, rasio NPM Nilai Poduk Marjinal dan BKM Biaya Korbanan Marjinal bahan baku dan kayu bakar kurang dari satu.
Setelah kenaikan harga BBM, rasio NPM dan BKM kurang dari satu sedangkan minyak tanah, kayu bakar, dan tenaga kerja lebih dari satu, sehingga untuk
mencapai kondisi efisien maka penggunaan variabel tersebut harus ditambah.
Variabel bahan baku lebih efisien sebelum kenaikan harga BBM, sedangkan variabel kayu bakar lebih efisien setelah kenaikan harga BBM.
Penelitian tentang kerupuk juga dilakukan oleh Rahmawaty 2006. Judul penelitian adalah Alternatif Strategi Bersaing Perusahaan Dua Gajah Dalam
Industri Kerupuk di Kabupaten Indramayu . Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal
perusahaan Dua Gajah, merumuskan alternatif strategi bersaing yang sesuai bagi perusahaan Dua Gajah dalam mengantisipasi persaingan dalam industri kerupuk.
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret hingga Juni 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan yaitu faktor kekuatan adalah modal yang kuat, hubungan perusahaan dan karyawan terjalin dengan baik,
pemasaran yang luas, kualitas produk baik, lokasi perusahaan strategis, dan pengalaman yang luas dalam bisnis kerupuk. Faktor kelemahan adalah
pembukuan perusahaan belum terlaksana dengan baik, produksi belum dapat memenuhi seluruh permintaan, kegiatan perusahaan tergantung dari pasokan
bahan baku ikan manyung dan ikan remang. Faktor peluang adalah pengetahuan masyarakat tentang ikan yang
mengandung gizi omega tiga, iklan tentang makanan bergizi mempengaruhi persepsi masyarakat dalam mengkonsumsi makanan, perkembangan teknologi
informasi, komunikasi dan produksi, dan kerupuk merupakan industri kecil Indonesia yang berorientasi ekspor. Faktor ancaman adalah kebijakan pemerintah
mengurangi subsidi BBM, persaingan antara industri kerupuk dan eksportir dalam mendapatkan pemasok yang loyal, ketatnya persaingan akibat diterapkannya
AFTA dan WTO, dan tawaran harga yang lebih rendah dari produk substitusi. Berdasarkan analisis IE, perusahaan Dua Gajah sebaiknya melakukan
strategi menumbuhkan dan mengembangkan. Alternatif strategi yang menjadi prioritas berdasarkan analisis QSPM adalah 1 Membentuk joint venture dengan
pemasok yang dapat diandalkan, 2 Menggunakan alat produksi dengan kapasitas yang lebih besar dan modern guna meningkatkan hasil produksi sehingga
perusahaan dapat memenuhi seluruh permintaan dan memperluas daerah
pemasaran, 3 Melakukan joint venture terhadap distributor yang murah dan dapat diandalkan.
Persamaan penelitian analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dengan penelitian terdahulu tentang kerupuk adalah adanya persamaan terhadap
obyek yang diteliti yaitu kerupuk. Penelitian tentang kelayakan usaha kerupuk pernah dilakukan pada salah satu penelitian terdahulu.
Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu tentang kerupuk adalah perbedaan topik penelitian. Pada tiga penelitian terdahulu yang menjadi topik
penelitian adalah strategi pengembangan usaha, pengaruh kenaikan BBM terhadap pendapatan dan strategi bersaing pada perusahaan yang memproduksi kerupuk.
Perbedaan lainnya adalah pada jenis usaha kerupuk yang dianalisis yaitu kerupuk tapioka, kerupuk ikan, kerupuk udang dan kerupuk tepung. Belum ada penelitian
terdahulu yang menganalisis tentang kerupuk rambak kulit. .