Pemanfaatan SPK IPRADIPA Untuk Industri Pangan Lainnya

Departemen PPIC juga membuat perencanaan terhadap material yang dibutuhkan untuk memenuhi produksi atau yang dikenal dengan Material Requirement Planning MRP. Berdasarkan perhitungan MRP tersebut, planner PPIC mengeluarkan dokumen yang memuat jenis-jenis material dan banyaknya material yang dibutuhkan untuk memenuhi OTF, total pesanan per-item produk dan ukuran batch yang akan digunakan untuk memenuhi pesanan tersebut beserta jumlah total batch yang dibutuhkan. Dokumen tersebut dikirimkan ke bagian Raw Material RM dan Departemen Produksi. Bagian RM akan menggunakan data tersebut guna mempersiapkan material yang sesuai dengan kebutuhan produksi, sedangkan Departemen Produksi menggunakan data tersebut untuk menentukan ukuran batch yang akan dipakai dalam proses produksi. Setelah menerima jadwal produksi dan data mengenai jumlah dan ukuran batch yang akan digunakan, maka administrator produksi mulai menyusun jadwal kerja untuk work center mixing. Jadwal kerja dibuat dengan metode backwarding, yaitu dibuat berdasarkan perhitungan mundur terhadap waktu pengiriman yang harus dipenuhi di masa yang akan datang. Dalam jadwal produksi tersebut, ditentukan pula urutan produk yang akan diproduksi. Urutan produk dibuat dengan mengutamakan produk-produk yang harus dipenuhi pada pengiriman paling awal dengan memperhitungkan lamanya proses persiapan dan pembersihan setiap kali ada pergantian adonan dan ketersediaan jumlah pekerja di masing- masing work center. Selanjutnya proses produksi dimulai sesuai dengan jadwal kerja yang telah disusun oleh administrator produksi. Penjelasan mengenai proses produksi sebagai contoh akan digunakan penjelasan pembuatan roti tawar. Penerimaan Pesanan dari Pelanggan Penerimaan Data Order To Factory OTF Pembuatan Jadwal Produksi berdasarkan On Time Picking OTP Perhitungan Material Requirement Planning MRP berdasarkan OTF Pembuatan Jadwal Produksi Proses Produksi Pemeriksaan Perhitungan Jumlah Produk Akhir Memenuhi OTF ? Bahan Baku Mencukupi ? Penyerahan Produk Jadi ke Finish Food Warehouse FGW Penerimaan Produk Jadi Picking Pengiriman Produk ke Pelanggan Penarikan Return Penerimaan Dokumen OTF Ya Tidak Ya Tidak Departemen Sales and Marketing Departemen Production Planning and Inventory Control Departemen Production Departemen Finish Good Warehouse FGW Gambar 69 Proses bisnis perusahaan penghasil roti. Gambar 70 Lantai produksi di PT NIC, Tbk, Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, salah satu faktor yang sangat berperan adalah pemilihan bahan baku. Bahan baku yang berkualitas akan memberikan hasil dengan kualitas yang cukup baik. Dalam proses pembuatan roti, bahan baku dipilih melalui proses seleksi yang ketat sesuai standar yang telah ditetapkan di internal perusahaan. Bahan baku yang terpilih harus memenuhi syarat dapat memberikan hasil berupa roti yang berkualitas, baik dari segi penampakan, tekstur, aroma, hingga rasa. Selain itu, bahan baku yang digunakan harus memenuhi persyaratan halal agar dapat menjamin status kehalalan roti yang dihasilkan. Bahan baku yang dikirim oleh supplier pemasok diperiksa terlebih dahulu melalui proses yang cukup ketat, dengan tujuan agar pemasok yang telah terpilih dapat menjaga konsistensi kualitas dari bahan baku yang diterima. Bahan baku yang diterima selanjutnya disimpan di gudang bahan baku sesuai dengan persyaratan standar penyimpanan masing-masing bahan. Pada saat proses pembuatan roti akan dimulai, bahan baku ditimbang sesuai dengan standar formulasi yang telah ditetapkan. Operator yang bertugas harus memastikan bahwa masing-masing bahan baku yang digunakan telah ditimbang dengan benar agar dapat menjaga konsistensi kualitas roti yang dihasilkan. Berikut dijelaskan mengenai proses kerja pembuatan roti di setiap bagian :

1. Proses Kerja di Work Center Mixing.

Proses pencampuran mixing adalah proses paling awal dalam pembuatan roti, dimana semua bahan baku yang akan digunakan dicampur dan diaduk menjadi satu sehingga semua unsur bahan tercampur rata. Pada proses mixing, semua adonan diproses secara batch sehingga proses berlangsung secara lebih efisien. a. Tahap Pencampuran I Sponge Mixing Pada proses sponge mixing, bahan yang dicampur adalah adonan utama seperti tepung, gula, air, ragi dan bread improver. Adonan hasil sponge mixing kemudian ditempatkan dalam dough box untuk dimasukkan ke Ruang Fermentasi I. b. Tahap Fermentasi Awal Adonan difermentasi pada suhu 27ºC ± 0.5ºC dengan tingkat kelembaban 75 selama kurun waktu kurang lebih 4 jam. Proses fermentasi ini bertujuan untuk mengembangkan adonan sehingga mencapai volume yang diinginkan. c. Tahap Pencampuran II Dough Mixing Pada proses dough mixing, adonan hasil pencampuran pertama dicampur dengan beberapa bahan tambahan untuk adonan tersebut. Setelah itu adonan diaduk hingga beberapa kali pengadukan sampai semua bahan tercampur rata. Jenis adonan yang dihasilkan dari proses ini adalah adonan yang kalis tidak lengket. Proses setup di mesin ini juga sama seperti proses setup di sponge mixing. Proses setup dilakukan dengan mengatur tombol untuk menentukan banyaknya tepung terigu dan jumlah air yang dibutuhkan dari silo serta mengatur lamanya proses pencampuran untuk low speed dan high speed. d. Tahap Pengistirahatan Adonan Floor Time Tahapan ini dilakukan setelah adonan melalui proses dough mixing, dimana adonan diistirahatkan selama 15 menit dalam ruangan fermentasi awal guna menghasilkan adonan yang lebih halus.

2. Proses Kerja di Work Center Make Up.

Proses di work center make up meliputi : pembagian adonan dividing, pembulatan adonan rounding, pengistirahatan adonan intermediate proofing, pembentukan moulding adonan, peletakan adonan ke dalam loyang panning dan penyusunan loyang ke dalam rak racking. a. Tahap Pembagian Adonan Dividing Adonan yang telah dihasilkan dari proses pencampuran, selanjutnya dimasukkan ke dalam divider yang berfungsi membagi adonan sesuai dengan berat adonan per potong piece untuk masing-masing jenis roti yang diproduksi. Dengan menggunakan alat ini, setiap potong adonan yang dihasilkan memiliki berat yang sama. Untuk memulai proses ini, operator harus terlebih dahulu memasukkan adonan ke dalam dough lift dan mensetup berat adonan per piece serta kecepatan divider per menit. Hal ini dikarenakan berat adonan per piece dan kecepatan divider untuk masing-masing jenis adonan berbeda. b. Tahap Pembulatan Adonan Rounding Setelah adonan dipotong-potong, maka selanjutnya potongan- potongan tersebut dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil dengan menggunakan rounder. Tujuannya yaitu agar pada adonan terbentuk lapisan tipis yang tidak lengket dan mudah dibentuk. c. Tahap Pengistirahatan Adonan Intermediate Proofing Proses ini dilakukan untuk menstabilkan adonan agar dapat dibentuk dengan mudah pada proses selanjutnya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan gelembung yang disebabkan proses pembulatan pada adonan. Proses intermediate proofing dilakukan selama 15-17 menit. d. Tahap Pembentukan Lembaran Adonan Pressing Sheeting Adonan selanjutnya melalui mesin press agar dihasilkan lembaran adonan yang pipih. Proses ini bertujuan agar distribusi gas merata sehingga roti yang dihasilkan memiliki crumb yang seragam.